Dalam kegiatan perekonomian, perusahaan akan memproduksi jasa atau barang yang bisa memenuhi kebutuhan pasar. Dalam prosesnya, tentu tidak luput dari hukum permintaan dan penawaran. Suatu perusahaan harus mampu memenuhi tingkat permintaan produk untuk menjaga standar penawaran agregat. Lantas, apa itu teori penawaran agregat dan apa saja model penawaran agregat? Inilah penjelasan selengkapnya.
Daftar Isi
Pengertian Penawaran Agregat
Penawaran agregat (aggregate supply) adalah hubungan antara total jasa dan barang yang ditawarkan dan tingkat harga. Hubungan penawaran agregat ini sangat bergantung pada horizon waktu. Diketahui penawaran agregat dibagi menjadi dua macam, yaitu penawaran agregat jangka pendek (SRAS) dan penawaran agregat jangka panjang (LRAS).
Berdasarkan kurva LRAS, dalam jangka panjang, tingkat output ditentukan oleh sejumlah modal dan tenaga kerja, serta ketersediaan teknologi; tingkat output tidak tergantung pada tingkat harga. Oleh sebab itu, kurva LRAS berbentuk vertikal.
Kurva penawaran agregat vertikal memenuhi dikotomi klasik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat output adalah independen terhadap jumlah uang yang beredar. Tingkat output jangka panjang, Y, disebut dengan kesempatan kerja penuh atau tingkat output natural yang mana tingkat output saat sumber daya ekonomi digunakan sepenuhnya dan pengangguran pada titik terwajar.
Selain LRAS yang memiliki kurva vertikal, terdapat kurva SRAS yang horizontal. Dalam jangka pendek, sebagian harga bersifat kaku sehingga tidak menyesuaikan terhadap perubahan permintaan. Fungsi SRAS dapat ditunjukan pada gambar 2 di bawah ini.
Model Penawaran Agregat
Materi teori penawaran agregat selanjutnya adalah model penawaran. Dalam model-model penawaran agregat, beberapa pasar tidak sempurna sehingga output perekonomian menyimpang dari tolak ukur klasik. Akibatnya, kurva SRAS miring ke kanan atas, bukan vertikal. Masing-masing dari ketiga model ini merupakan hal-hal yang berbeda dengan latar belakang persamaan SRAS.
Dengan kata lain, masing-masing memiliki alasan tertentu mengapa gerakan tidak diharapkan pada tingkat harga dikaitkan pada fluktuasi output agregat. Tiga model di bawah ini disederhanakan dalam fungsi:
Y adalah output, Ῡ adalah tingkat output alami, P adalah tingkat harga, dan Pe adalah tingkat harga yang diharapkan. Persamaan ini menyatakan bahwa output menyimpang dari sifat alamiah, bila tingkat harga menyimpang dari tingkat harga yang diperkirakan. Parameter α menunjukkan berapa banyak output merespon perubaham yang tidak diharapkan dalam tingkat harga; 1/ α adalah kemiringan dari kurva penawaran agregat.
Model Harga Kaku
Penjelasan pertama megapa kurva SRAS miring ke atas disebut sebagai model harga kaku. Model ini menekankan bahwa perusahaan tidak secara instan menyesuaikan harga yang mereka tetapkan sebagai reaksi terhadap perubahan permintaan.
Terkadang, harga ditetapkan dari harga kontrak jangka panjang antara perusahaan dan pelanggan. Bahkan tanpa kesepakatan formal, perusahaan dapat mempertahankan harga agar tidak merepotkan pelanggan tetap karena seringnya perubahan harga. Sementara, beberapa harga sulit berubah karena struktur pasar.
Model Upah Kaku
Penjelasan kedua mengapa kurva SRAS miring ke atas karena banyak ekonom menekankan pada lambannya penyesuaian upah nominal. Dalam banyak industri, upah nominal ditetapkan oleh kontrak jangka panjang, sehingga upah tidak dapat disesuaikan secara cepat ketika perekonomian berubah. Model upah kaku menunjukan implikasi dari upah nominal yang kaku pada penawaran agregat.
Model Informasi Tak Sempurna
Penjelasan ketiga mengapa kurva SRAS miring ke atas, tidak vertikal, dapat dijelaskan dengan model informasi tidak sempurna. Berbeda dengan kedua model sebelumnya, model ini mengasumsikan bahwa dalam pasar, semua upah dan harga bebas menyesuaikan diri untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
Model ini mengasumsikan bahwa setiap pemasok dalam perekonomian memproduksi barang tunggal dan mengonsumsi banyak barang. Sebab banyaknya jumlah barang, para pemasok tidak dapat mengamati seluruh harga, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Pemasok seringkali bingung dengan perubahan seluruh tingkat harga dengan perubahan relatif yang berdampak pada berapa banyak barang yang ditawarkan. Hal ini menimbulkan hubungan positif dengan tingkat harga dan output dalam jangka pendek.
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
Materi teori penawaran agregat selanjutnya adalah inflasi, pengangguran, dan kurva philips. Dua tujuan yang diharapkan para pembuat kebijakan ekonomi adalah inflasi dan pengangguran yang rendah namun seringkali dua tujuan ini bertentangan. Saat para pembuat kebijakan menggerakkan perekonomian ke atas sepanjang kurva SRAS, terjadinya penurunan tingkat pengangguran namun menaikan tingkat inflasi.
Sebaliknya, saat mengontraksi permintaan agregat dan menggerakan perekonomian ke bawah pada kurva SRAS, pengangguran naik dan inflasi turun. Trade-off antara inflasi dan pengangguran ini disebut dengan Kurva Phillips, yang merupakan refleksi dari SRAS; ketika para pembuat kebijakan ekonomi menggerakan SRAS, pengangguran dan inflasi bergerak ke arah yang berlawanan.
Kurva Phillips merupakan cara terbaik menunjukan SRAS karena inflasi dan pengangguran merupakan ukuran kinerja perekonomian yang penting. Fungsi persamaan Kurva Phillips adalah sebagai berikut.
π adalah simbol inflasi, πe adalah inflasi yang diharapkan, β adalah parameter yang mengukur respon inflasi terhadap pengangguran siklis, u – un merupakan penganggurang siklis, dan v merupakan guncangan penawaran.
Pada setiap titik waktu, pembuat kebijakan kebijakan dapat mengendalikan permintaan agregat untuk memilih kombinasi inflasi dan pengangguran pada kurva Phillips jangka pendek yang tercerminkan pada gambar 3.
Itulah penjelasan mengenai teori penawaran agregat yang tidak luput dari kegiatan ekonomi perusahaan. Dapat dikatakan jika penawaran agregat ini dilakukan untuk memenuhi tingkat efisiensi dari suatu produk atau jasa serta output nasional.
Sumber
Mankiw, N. G. (2007). Macroeconomics 6th Edition. New York: Worth Publishers, hlm 258-263 dan 364-382.