Teknik Purposive Sampling Serta Contohnya

Dalam melakukan penelitian, selain menentukan ukuran sampel, kamu juga perlu menentukan teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel dibagi menjadi probability sampling dan non probability sampling. Pada artikel kali ini, akan dibahas salah satu jenis teknik non probability sampling yaitu purposive sampling.

Pengertian Purposive Sampling Menurut Para Ahli

Menurut Sugiyono (2015), purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Menurut Arikunto (2006), purposive sampling adalah teknik mengambil sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah atau strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu.

Menurut Notoatmodjo (2010), purposive sampling adalah pengambilan sampel yang berdasarkan atas pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya.

Baca juga: Uji Linearitas Menggunakan SPSS

Pengertian Umum Purposive Sampling

Pengertian Purposive Sampling
Sumber : bongkarn thanyakij from Pexels

Merangkum pengertiannya, menurut beberapa ahli di atas, purposive sampling adalah salah satu jenis teknik ­non probability sampling di mana pengambilan sampel didasarkan pada kriteria-kriteria yang dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti. Sampel diambil bukan secara acak, namun ditentukan sendiri oleh peneliti dengan pertimbangan atau kriteria tertentu.

Purposive sampling disebut juga sebagai judgmental sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan judgement (penilaian) dari peneliti mengenai anggota populasi mana saja yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai sampel. Maka dari itu, agar tidak menjadi subjektif, peneliti harus mempunyai latar belakang pengetahuan terkait kriteria sampel yang diambil agar tujuan penelitian dapat tercapai.

Tujuan

Tujuan digunakannya purposive sampling adalah untuk menentukan sampel sebuah penelitian yang memang memerlukan kriteria-kriteria tertentu agar sampel yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian. Purposive sampling cocok digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.

Rumus Menentukan Ukuran Sampel

Purposive sampling sering kali digunakan pada penelitian kualitatif atau analisis eksploratori. Hal ini berarti semakin banyak sampel maka semakin baik karena inferensi bukanlah tujuan utamanya. Banyaknya ukuran sampel bergantung pada alasan pengambilan sampel dilakukan dan jenis teknik puposive sampling mana yang digunakan. Perihal seberapa baik sampel dapat mewakili populasi (representatif) bukanlah tujuan utama dari penelitian tersebut.

Syarat Penggunaan Purposive Sampling

Purposive sampling akan efektif pada situasi-situasi berikut :

  • Anggota populasi yang memenuhi kriteria peneliti terbatas jumlahnya
  • Peneliti memiliki pengetahuan yang cukup untuk membuat kriteria-kriteria dalam pemilihan sampel sehingga sampel yang dipilih telah memenuhi tujuan penelitian.

Metode Purposive Sampling

Dalam melakukan purposive sampling, yang harus peneliti lakukan adalah menolak anggota populasi yang tidak memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel. Peneliti dapat melakukan beberapa jenis metode purposive sampling berikut tergantung pada tujuan penelitian mereka :

Maximum Variation

Maximum Variation sampling disebut juga sebagai heterogeneous sampling. Dengan metode purposive sampling ini, subjek penelitian dilihat melalui berbagai sudut pandang yang ada. Tujuan dari metode ini adalah untuk memberikan informasi sebanyak mungkin tentang peristiwa atau fenomena yang diteliti. Sebagai contoh, ketika seseorang melakukan jajak pendapat mengenai suatu masalah. Peneliti akan memastikan bahwa dia akan berbicara dengan orang yang berbeda sebanyak mungkin untuk membangun pandangan yang kuat tentang masalah tersebut berdasarkan sudut pandang publik.

Maximum Variation
Sumber : Redrecords ©️ from Pexels

Homogeneous

Homogeneous purposive sample adalah sampel yang dipilih karena memiliki karakteristik atau kumpulan karakteristik yang sama, misalkan kesamaan dalam hal usia, budaya pekerjaan atau pengalaman hidup. Teknik ini berfokus pada kesamaan karakteristik dan bagaimana hubungannya dengan topik yang sedang diteliti. Salah satu contoh purposive sampling jenis ini adalah jika seseorang meneliti efek samping jangka panjang dari bekerja sebagai buruh di pabrik asbes, maka sampel yang diambil harus memenuhi kriteria telah bekerja sebagai buruh di pabrik asbes selama 20 tahun atau lebih.

Baca juga: Metode Penelitian Kualitatif Serta Contohnya

Typical Case Sampling

Typical case sampling merupakan jenis metode purposive sampling yang dilakukan ketika peneliti ingin mempelajari suatu fenomena atau tren terhadap anggota populasi yang dipertimbangkan sebagai “tipikal” atau “rata-rata”. Jika peneliti ingin mempelajari bagaimana kurikulum pendidikan memengaruhi siswa “biasa” atau “rata-rata”, maka peneliti akan fokus terhadap anggota populasi yang tergolong sebagai siswa “biasa” atau “rata-rata”.

Extreme / Deviant Case Sampling

Extreme / Deviant Case Sampling digunakan ketika seseorang ingin meneliti outlier (pencilan) yang menyimpang dari suatu fenomena, isu atau tren tertentu. Dengan mempelajari kasus-kasus yang menyimpang, peneliti seringkali memperoleh pemahaman yang lebih baik. Jika seorang peneliti ingin memahami hubungan antara kebiasaan belajar dan prestasi akademik yang tinggi, maka mereka harus mengambil sampel berupa siswa yang dianggap berprestasi tinggi.

Extreme Sampling
Sumber : Joshua Mcknight from Pexels

Critical Case Sampling

Critical case sampling merupakan jenis metode purposive sampling dimana hanya sejumlah kasus penting atau kritis dipilih dan kemudian diperiksa. Dalam hal ini peneliti berharap dengan mempelajarinya akan mengungkap wawasan yang dapat diterapkan pada kasus lain yang serupa.

Total Population Sampling

Dengan teknik total population sampling, keseluruhan dari anggota populasi yang memenuhi kriteria dimasukkan ke dalam penelitian. Teknik purposive sampling jenis ini biasanya digunakan untuk penelitian dengan jumlah kasus yang diinvestigasi relatif kecil.

Expert Sampling

Expert sampling merupakan jenis teknik yang menggunakan pakar/ahli di bidang tertentu untuk dijadikan subjek dalam pengambilan sampel. Teknik ini digunakan jika terdapat kurangnya bukti pengamatan. Contoh purposive sampling jenis ini, misalkan seorang peneliti ingin mengetahui permasalahan seputar daya tahan suatu mesin. Maka subjek dalam pengambilan sampel penelitian adalah teknisi mesin atau ahli mesin yang mengetahui dengan jelas permasalahan tersebut.

Expert Sampling
Sumber : Gustavo Fring from Pexels

Contoh Purposive Sampling

Beberapa contoh purposive sampling telah diberikan pada bagian sebelumnya. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai contoh purposive sampling. Misalkan, seorang peneliti akan meneliti tentang kinerja karyawan di Perusahaan ABC. Contoh kriteria-kriteria yang ditentukan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

  • Sampel merupakan karyawan tetap perusahaan tersebut
  • Sampel bersedia mengisi kuesioner yang diberikan peneliti
  • Sampel telah bekerja di perusahaan tersebut selama 4 tahun

Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan peneliti, diperoleh sampel penelitian sebagai berikut :

  • Banyaknya karyawan tetap di perusahaan tersebut adalah 159 karyawan
  • Banyaknya karyawan yang bersedia mengisi kuesioner yang diberikan peneliti adalah 89 karyawan
  • Banyaknya karyawan yang telah bekerja di perusahaan tersebut selama 4 tahun adalah 53 karyawan

Dari seleksi berdasarkan kriteria, diperoleh banyaknya sampel untuk penelitian tersebut sebanyak 53 karyawan.

Kelebihan Purposive Sampling

  • Teknik ini tergolong mudah untuk dilaksanakan
  • Sampel yang terpilih merupakan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian

Kekurangan Purposive Sampling

  • Sampel yang diambil dengan teknik purposive sampling tidak menjamin dapat mewakili populasi (representatif)
  • Tidak dapat digunakan dalam penelitian yang bertujuan untuk generalisasi

Baca juga: Rumus Slovin dan Penggunaannya

Pemahaman Akhir

Dalam melakukan penelitian, selain menentukan ukuran sampel, teknik pengambilan sampel juga merupakan hal yang penting. Salah satu jenis teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik non probability sampling di mana sampel diambil berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Para ahli telah memberikan pengertian tentang purposive sampling sebagai teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan khusus terhadap karakteristik atau kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Tujuan dari penggunaan purposive sampling adalah untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian, terutama pada penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak bermaksud untuk melakukan generalisasi.

Ada beberapa metode dalam melakukan purposive sampling, seperti maximum variation, homogeneous, typical case, extreme/deviant case, critical case, total population, dan expert sampling. Setiap metode memiliki kegunaan dan tujuan tertentu sesuai dengan fokus penelitian.

Kelebihan dari purposive sampling adalah mudah dilaksanakan dan sampel yang terpilih sesuai dengan tujuan penelitian. Namun, kekurangannya adalah tidak dapat digunakan untuk generalisasi dan sampel yang diambil mungkin tidak mewakili populasi secara keseluruhan.

Dalam penggunaan teknik purposive sampling, peneliti harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang kriteria-kriteria sampel yang akan diambil untuk memastikan tujuan penelitian tercapai. Teknik ini efektif digunakan dalam situasi di mana anggota populasi yang memenuhi kriteria terbatas jumlahnya dan peneliti memiliki pengetahuan yang cukup untuk menentukan kriteria-kriteria sampel.

Demikian pembahasan mengenai teknik purposive sampling. Semoga pembahasan pada artikel ini dapat membantu kamu memahaminya. Kamu dapat membaca referensi lain terkait teknik-teknik pengambilan sampel (sampling).


Sumber :

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Alfabeta.

Arikunto,Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Rineka Cipta.

Notoatmodjo,S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Etikan,Ilker. 2016. Comparison of Convenience Sampling and Purposive Sampling. American Journal of Theoritical and Applied Statistics.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Fian

Data Analysis Enthusiast

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *