Daftar Isi
Indonesia – Dalam salah satu cerita Alkitab yang terkenal, ada sebuah kisah yang menginspirasi dan mengajarkan kita tentang rasa syukur dan pengampunan. Tafsiran dari Kitab Lukas 17:11-19 menawarkan wawasan yang menarik tentang bagaimana kita dapat belajar dari sepuluh orang kusta yang menyembuh. Jom kita cermati kisah ini!
Kisah ini dimulai dengan yunani tarik di kaki tentang sepuluh orang kusta yang tinggal di suatu desa. Mereka hidup dalam keterasingan dan pengucilan karena penyakit yang mengerikan ini telah terlekat pada tubuh mereka. Meskipun demikian, mereka tidak putus asa dan meraih momentum ketika mendengar kabar tentang Yesus dari Nazaret yang lalu di dekat desa mereka.
Sangat menarik bahwa, melihat para kusta ini memohonkan belas kasihan Yesus, Dia tidak langsung menyembuhkan mereka. Sebaliknya, Yesus mengatakan kepada mereka untuk pergi menunjukkan diri mereka kepada para imam dan saat mereka pergi, mereka disembuhkan! Ini mengajarkan kita tentang pentingnya kepercayaan yang tulus serta ketaatan kepada Tuhan.
Rasanya mustahil membayangkan perasaan kegembiraan yang mampu dialami oleh para lepers ini ketika mereka menyadari bahwa mereka telah disembuhkan. Bayangkanlah, mereka yang dulunya terbiasa hidup dalam kesepian dan ditinggalkan, akhirnya bebas dari beban penyakit mematikan mereka. Ini adalah anugerah yang tiada taranya!
Di sinilah pelajaran terbesar kisah ini muncul. Kita belajar tentang arti yang sebenarnya dari rasa syukur. Dalam kasus ini, hanya satu dari sepuluh orang yang kusta yang kembali untuk berterima kasih kepada Yesus. Dia menyembuhkan semua sepuluh, tetapi hanya satu yang mau mengungkapkan rasa syukurnya. Mungkin kita sering kali lupa untuk menghargai dan bersyukur atas berkat-berkat kecil dalam hidup kita, seperti yang terjadi pada kesembuhan para kusta ini.
Dalam kisah ini, Yesus bertanya mengapa sembilan orang yang lain tidak kembali untuk berterima kasih dan Dia menegaskan bahwa orang asing itu adalah satu-satunya anak Tuhan yang kembali dan memberikan pujian kepada-Nya. Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya menghargai dan bersyukur kepada Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita.
Tafsiran Lukas 17:11-19 juga mengilhami kita untuk belajar tentang pentingnya kasih dalam tindakan kita. Yesus memberikan kasih-Nya kepada para lepers ini tanpa syarat. Dia tidak memilih siapa yang patut mendapat belas kasihan-Nya, melainkan memberikannya kepada mereka semua. Ini mengingatkan kita bahwa kita juga harus berbagi kasih kita dengan rasa murah hati dan sukacita, tanpa memandang siapa yang menerimanya.
Sebagai kesimpulan, tafsiran Lukas 17:11-19 mempersembahkan sebuah kisah yang menginspirasi kita untuk lebih memahami arti syukur dan pengampunan. Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya mempercayai Tuhan, menghargai berkat-berkat kecil dalam hidup, dan berbagi kasih tanpa syarat. Mari kita menyadari pesan moral dalam cerita ini dan mengaplikasikannya dalam hidup kita sehari-hari, agar kita dapat menjadi pribadi yang tulus, berterima kasih, dan penuh cinta sesama.
Tafsiran Lukas 17:11-19
Pada suatu hari, saat Yesus sedang melakukan perjalanan menuju ke Yerusalem, Dia melewati perbatasan antara Samaria dan Galilea. Ketika Dia masuk ke sebuah kampung, sepuluh orang yang menderita penyakit kusta datang kepadanya. Mereka berdiri agak jauh dan berseru, “Yesus, Guru, kasihanilah kami!”
Yesus melihat mereka dan berkata, “Pergilah dan perlihatkan dirimu kepada para imam!” Ketika mereka sedang dalam perjalanan menuju imam-imam, sembuhlah mereka. Salah satu dari mereka, ketika ia melihat bahwa ia telah sembuh, kembali dengan suara nyaring memuliakan Allah. Ia jatuh dengan mukanya menyentuh tanah di depan Yesus dan bersyukur kepada-Nya.
Yesus bertanya, “Bukankah kesepuluh orang itu telah sembuh? Di manakah yang sembilan orang yang lainnya? Bukankah tidak ada satupun yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?” Lalu Yesus berkata kepada orang tersebut, “Bangkitlah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkanmu!”
Teks Tafsiran Lukas 17:11-19 ini memberikan pelajaran yang penting bagi kita semua. Berikut adalah beberapa poin penting dalam tafsiran teks ini:
Kristus sebagai Sang Guru
Dalam teks ini, para penderita penyakit kusta memanggil Yesus dengan sebutan “Guru”. Mereka memiliki keyakinan bahwa Yesus memiliki kekuatan untuk menyembuhkan mereka. Ini menunjukkan penghormatan dan pengakuan mereka terhadap Yesus sebagai Sang Guru yang memiliki otoritas dan kuasa untuk mengubah hidup mereka.
Pentingnya Ketaatan
Setelah para penderita penyakit kusta meminta belas kasihan Yesus, Dia memberikan instruksi kepada mereka untuk pergi dan menunjukkan diri mereka kepada para imam. Ini menunjukkan pentingnya ketaatan terhadap hukum dan tatanan sosial pada waktu itu. Meskipun mereka mungkin memiliki keraguan atau sangsi, kesembuhan mereka terjadi karena mereka tunduk pada perintah Yesus.
Penghormatan dan Syukur
Hanya satu dari kesepuluh orang yang sembuh dari penyakit kusta itu yang kembali kepada Yesus dan memuliakan Allah dengan suara nyaring. Ini menunjukkan rendahnya tingkat penghargaan dan rasa syukur dari yang sembilan orang yang lainnya. Yesus menyayangkan hal ini dan menekankan pentingnya memuliakan Allah dan menyatakan rasa syukur.
Iman sebagai Penyelamat
Yesus mengakui iman dari orang yang kembali dan memuliakan Allah sebagai alasan kesembuhannya. Iman tersebut memiliki kekuatan yang dapat menyelamatkan kita dari segala jenis penderitaan dan penyakit. Pesan yang ingin disampaikan Yesus melalui tafsiran Lukas 17:11-19 adalah pentingnya memiliki iman yang tulus dan rasa syukur yang mendalam kepada Allah.
FAQ
1. Mengapa hanya satu orang yang kembali kepada Yesus dan memuliakan Allah?
Kemungkinan besar adalah karena hanya satu orang tersebut yang benar-benar menyadari dan menghargai kesembuhannya. Sisanya mungkin terlalu fokus pada kesenangan mereka sendiri atau terlalu sibuk dengan hal-hal lain yang menghalangi rasa syukur mereka kepada Allah.
2. Apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini?
Kisah ini mengajarkan kita untuk selalu menghargai dan bersyukur atas segala berkat dan penyembuhan yang Allah berikan dalam hidup kita. Penting bagi kita untuk tidak hanya meminta, tetapi juga kembali kepada-Nya dan memuliakan-Nya. Sangat penting bagi kita untuk mengembangkan iman yang tulus dan bertindak dengan rasa syukur yang mendalam kepada Allah.
Kesimpulan
Tafsiran Lukas 17:11-19 mengajarkan kita tentang pentingnya memiliki iman yang tulus dan rasa syukur yang mendalam kepada Allah. Kisah kesembuhan kesepuluh orang penderita penyakit kusta menjadi pengingat bagi kita untuk selalu menghargai dan bersyukur atas berkat dan penyembuhan yang Allah berikan dalam hidup kita.
Kita harus belajar untuk tidak hanya meminta, tetapi juga kembali kepada-Nya dan memuliakan-Nya. Jangan kita terlalu fokus pada kesenangan diri sendiri atau terlalu sibuk dengan hal-hal lain yang menghalangi rasa syukur kita. Mari kita tingkatkan iman kita dan selalu menyatakan rasa syukur yang mendalam kepada Allah dalam segala situasi.
Terakhir, mari kita terus berbagi kisah ini kepada orang lain agar mereka juga dapat mengambil inspirasi dan pembelajaran dari tafsiran Lukas 17:11-19 ini. Dengan demikian, kita dapat membantu memperluas pengertian dan pengetahuan akan kebesaran Allah dalam menyembuhkan dan memberkati kehidupan kita.