Daftar Isi
Prosedur atau fungsi yang dapat memanggil dirinya sendiri disebut dengan sebutan yang cukup keren, yaitu “rekursi”. Bayangkan saja, seperti memiliki kemampuan untuk berbicara kepada diri sendiri, namun dalam dunia pemrograman. Jadi, saat suatu prosedur atau fungsi sedang dieksekusi, dia bisa memanggil kembali dirinya sendiri untuk menjalankan langkah-langkah di dalamnya.
Anda bisa mengibaratkan rekursi ini seperti tokoh dalam film yang menemukan cermin ajaib, yang ketika dia melihat ke dalam cermin, di dalamnya terdapat dunia yang identik dengannya. Begitu pula dengan rekursi ini, saat dia memanggil dirinya sendiri, dia menciptakan salinan dari dirinya yang baru dalam ruang memori yang terpisah.
Namun, meskipun terdengar seru dan menarik, penggunaan rekursi juga perlu dilakukan dengan hati-hati. Jika tidak, kita bisa saja terjebak dalam alur cerita yang tak ada habisnya, seperti film yang terus diulang-ulang tanpa ada akhirnya. Dalam pemrograman, jika tidak ada kondisi berhenti atau batasan yang jelas, kita bisa terjebak dalam loop yang tidak pernah berakhir, menyebabkan program menjadi tidak responsif.
Jadi, penggunaan rekursi ini merupakan suatu keahlian yang perlu dipahami dengan baik, agar dapat membantu kita dalam menyelesaikan permasalahan yang membutuhkan pendekatan berulang-ulang. Dengan pemahaman yang tepat dan penggunaan yang bijak, rekursi dapat menjadi alat yang kuat dalam kotak perangkat kita untuk menaklukkan tantangan pemrograman dengan gaya yang unik.
Cara Membuat Proses Rekursif di dalam Fungsi atau Prosedur
Proses rekursif merupakan suatu metode di dalam pemrograman yang memungkinkan suatu fungsi atau prosedur memanggil dirinya sendiri. Hal ini berguna dalam menyelesaikan permasalahan yang dapat dipecahkan dengan cara yang terstruktur dan berulang. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana cara membuat proses rekursif di dalam sebuah fungsi atau prosedur.
1. Definisikan Fungsi atau Prosedur Utama
Pertama-tama, kita perlu mendefinisikan fungsi atau prosedur utama yang akan memanggil dirinya sendiri. Fungsi atau prosedur ini akan menjadi “panggilan utama” yang akan memicu proses rekursif. Misalnya, kita akan membuat sebuah fungsi untuk menghitung faktorial suatu bilangan.
2. Tentukan Kasus Dasar
Setiap proses rekursif harus memiliki kasus dasar, yaitu kondisi di mana proses rekursif berhenti dan tidak lagi memanggil dirinya sendiri. Dalam contoh menghitung faktorial, kasus dasarnya adalah ketika bilangan yang akan dihitung faktorialnya adalah 0 atau 1.
3. Buat Panggilan Rekursif
Selanjutnya, kita perlu membuat panggilan rekursif di dalam fungsi atau prosedur utama. Panggilan rekursif ini akan memanggil dirinya sendiri dengan parameter yang berbeda. Dalam contoh menghitung faktorial, panggilan rekursifnya adalah memanggil fungsi faktorial dengan parameter n-1.
“`html
function faktorial(n) {
if (n === 0 || n === 1) {
return 1;
} else {
return n * faktorial(n – 1);
}
}
“`
4. Penggunaan Panggilan Rekursif
Untuk menggunakan fungsi atau prosedur rekursif yang telah kita buat, kita hanya perlu memanggilnya seperti pemanggilan fungsi atau prosedur biasa. Misalnya, untuk menghitung faktorial dari bilangan 5, kita cukup memanggil fungsi faktorial dengan parameter 5.
“`html
let faktorialLima = faktorial(5);
console.log(faktorialLima);
“`