8 Senjata Tradisional Betawi Yang Melegenda

Kebudayaan merupakan suatu peninggalan leluhur yang berbentuk fisik maupun non-fisik. Peninggalan tersebut mampu bertahan menghadapi berbagai dimensi waktu dan perubahan yang terjadi pada manusia dan zaman.

Salah satu peninggalan kebudayaan yang berbentuk fisik yakni berupa senjata. Senjata adalah hal yang mampu mengubah jalannya suatu pertempuran pada zaman dahulu. Dengan menguasai senjata, strategi, dan menaklukkan alam, nenek moyang kita berhasil menciptakan sebuah peradaban.

Senjata yang digunakan oleh nenek moyang terdahulu kita sifatnya masih tradisional. Sehingga, senjata tersebut dinamakan sebagai senjata tradisional.

Berikut ini merupakan bentuk-bentuk senjata tradisional yang berada di wilayah Jakarta. Wilayah Jakarta didiami oleh suku Betawi sebagai kelompok suku mayoritasnya. Dengan begitu, senjata tradisional Jakarta bisa disebut sebagai senjata tradisional Betawi.

Golok

Golok Betawi
Sumber : s3.jakarta.go.id

Golok adalah senjata tradisional Betawi yang oleh sebagian masyarakat disebut sebagai gablongan. Penamaan tersebut berdasarkan kegunaannya yang digunakan untuk keperluan rumah tangga. Selain itu, gablongan disimpan di dapur oleh masyarakat setempat.

Penyimpanan senjata tradisional Jakarta ini juga ada yang menyimpannya di bawah bantal tempat tidur. Hal itu bertujuan untuk mempermudah si pengguna ketika ingin menggunakannya apabila terjadi pertempuran atau perkelahian yang bersifat aksdiental. Cara demikian biasanya digunakan oleh orang tertentu, yaitu para jawara.

Di samping itu, ada juga golok yang disebut sebagai sorenan. Sorenan adalah golok yang memiliki sarung atau wadah penutup mata goloknya. Sarung tersebut berfungsi untuk melindungi si pemakai dari ketajaman golok.

Golok yang memiliki kualitas biasanya terbuat dari bahan baku pilihan, yaitu berupa baja. Bahan baku pilihan tersebut memiliki efek berupa ketajaman ekstra di kedua sisinya. Akibatnya, sisi atas maupun bawah dari golok memiliki kemampuan untuk melukai ketika digunakan.

Sementara itu sarung golok terbuat dari bahan kayu yang ulet seperti kayu jambu dan kayu rambutan. Pada bagian sarung tersebut biasanya dibiarkan polos, meskipun ada beberapa golok yang ditemukan memiliki motif. Motif tersebut sangat bervariasi. Selain itu, untuk menambah nilai seni, bagian sarung tersebut dilapisi dengan logam, gading, atau tanduk kerbau.

Baca juga: Pakaian Adat Betawi Serta Penjelasannya

Belati

belati
Sumber : repositori.kemdikbud.go.id

Belati adalah senjata tradisional Betawi yang memiliki 3 bagian, yaitu bagian badan, bagian gagang, dan bagian sarung. Jenis senjata belati ini penggunaannya oleh para jawara digunakan sebagai senjata lempar untuk mengincar musuh yang berada di jarak jauh dan menengah. Oleh sebab itu, belati memiliki ketajaman yang sangat tajam agar bisa menancap pada bagian yang dituju.

Senjata tradisional Jakarta ini terbuat dari bahan berupa besi pada bagian badannya. Untuk bagian gagangnya terbuat dari kayu yang sangat keras atau gading. Dan untuk bagian sarungnya terbuat dari kayu yang keras dan biasanya memiliki motif Singa, Garuda, dan Ular Naga.

Nama belati sangat memiliki hubungan yang erat berdasarkan ketajaman yang dimiliki pada bagian satu sisi mata belatinya. Orang Betawi biasa menyebutnya sebagai “Belati Mata Satu”.

Selain itu, ada juga belati yang memiliki ketajaman pada dua sisi mata belatinya. Jenis dari belati tersebut bernama “Belati Mata Dua”.

Kegunaan dari senjata belati ini yang utama yaitu sebagai alat untuk bertarung oleh para ahli silat atau jawara. Jadi, meskipun senjata ini bentuknya kecil, belati mampu mengubah jalannya pertarungan.

Badik Cangkingan

badik cangkingan
Sumber : repositori.kemdikbud.go.id

Badik Cangkingan adalah senjata tradisional Betawi yang pada zaman dahulu digunakan oleh para pemuda Betawi sebagai senjata ketika bepergian. Senjata ini dibawa dengan cara dicangking (ditenteng) di tangan. Oleh sebab itu, senjata tersebut dikenal oleh masyarakat luar Betawi sebagai senjata cangkingan.

Senjata tradisional Jakarta ini sangat mirip dengan senjata tradisional dari Aceh yaitu Rencong. Namun, Badik ini berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan Rencong. Meskipun begitu, senjata ini tidak kalah tajamnya dengan Rencong, ya.

Pada zaman dahulu, badik dibawa dengan cara diselipkan pada celana atau sarung. Posisi menyelipkannya yaitu berada tepat di belakang tubuh. Namun, kini kita sudah hampir tidak pernah melihat ada orang Betawi yang bepergian jauh dengan mencangking senjata badik.

Bahan dasar untuk membuat gagang badik terbuat dari kayu yang keras atau gading. Cincin yang melingkari gagang dari Badik terbuat dari bahan yang cukup mewah, yakni perak, perunggu, atau emas. Sarungnya terbuat dari kayu dan dihiasi dengan ukiran khas Betawi yang menambah kekhasan dari senjata ini. Sedangkan, bagian badan terbuat dari besi atau baja hasil leburan rel kereta api.

Pada masa kini, senjata badik sudah beralih fungsinya dari senjata perang menjadi aksesori tambahan atau pelengkap pada pakaian adat yang digunakan ketika pernikahan terutama oleh pakaian laki-laki. Oleh sebab itu, sudah jarang warga yang menyimpan badik sebagai senjata. Namun, kebanyakan disimpan oleh para perias pengantin.

Punta

punta
Sumber : repositori.kemdikbud.go.id

Punta dalah senjata tradisional Betawi yang memiliki ujung rata. Senjata Punta ini memiliki kemiripan dengan senjata tradisional khas Sunda, yakni Kujang. Yang membedakan antara keduanya yaitu pada bagian ujungnya yang runcing.

Pada zaman dahulu, senjata tradisional Jakarta ini sangat ekslusif dijumpai kehadirannya. Yaitu, hanya dimiliki oleh pedagang-pedagang besar atau saudagar kaya raya. Sehingga, warga masyarakat biasa tidak memiliki privilege atas senjata ini. Namun, pada zaman sekarang sudah sangat jarang seorang saudagar atau pedangang besar yang menyimpan punta ini.

Kegunaan senjata punta yang utama adalah untuk melakukan penyerangan atau mempertahankan diri dari serangan bajing loncat yang mengincar barang bawaan para saudagar. Cara memperolehnya yaitu tidak semua pengrajin bisa membuat senjata ini, sehingga para saudagar perlu melakukan pemesanan terlebih dahulu. Bisa juga punta ini diperoleh dari pemberian orang lain.

Cara membuatnya ialah dengan memanaskan baja yang akan dijadikan punta, kemudian dibentuk dengan peralatan lengkap, ditempa dan dibentuk sesuai bentuk yang diinginkan. Yang membuatnya spesial yaitu jarang orang yang melihat punta dibuat oleh pengrajin sembarangan karena memang merupakan properti khusus orang kaya pada saat itu.

Pada saat ini, kehadiran punta sudah tidak pernah dibawa oleh para saudagar. hanya menjadi koleksi rumahan atau barang yang sangat menarik kolektor dari berbagai negara Asia maupun dunia.

Toya

toya
Sumber : pdbifiles.nos.jkt-1.neo.id

Toya adalah senjata tradisional Betawi yang digunakan untuk menangkis serangan golok. senjata ini memiliki bentuk yang sangat sederhana, yakni berupa kayu lurus atau bambu lurus yang sangat keras. Meskipun begitu, kehadiran senjata ini jika digunakan oleh para ahli silat mampu mengalahkan banyak musuh di medan pertempuran.

Bahan pembuatan toya ini sangat mudah dijumpai serta diperoleh karena masyarakat hanya tinggal mengambil bambu dari rumpunnya. Kemudian, bambu tersebut dipotong lurus kurang lebih 1,5 meter.

Kegunaan dari senjata tradisional Jakarta ini selain untuk bertahan bisa digunakan juga dalam kombinasi jurus-jurus silat seperti melakukan gebukan, sodokan, dan sabitan. Jadi, meskipun tumpul, senjata ini mampu menimbulkan kerusakan di bagian tubuh terutama perut, leher, atau kepala.

Baca juga: 12 Suku di Pulau Jawa Serta Penjelasannya

Tusuk Konde

tusuk konde
Sumber : hendartoey.files.wordpress.com

Tusuk konde  adalah senjata tradisional Betawi yang sangat erat kaitannya digunakan oleh para pejuang wanita. Selain itu tusuk konde ini dikenal juga sebagai tusuk paku serta kembang paku. Penamaan yang begitu bervariatif tersebut didasarkan pada bentuk kepalanya yang memiliki rupa seperti kembang kecil.

Senjata ini memiliki ujung yang runcing, sehingga pada zaman dahulu digunakan sebagai alat untuk menusuk lawan ketika situasi sedang terjepit. Ujung runcing tersebut dapat berkamuflase karena bagian kepala dari tusuk konde tidak menampilkan bentuk yang berbahaya. Ketajaman yang ada diperoleh dari hasil penggosokkan menggunakan batu asah.

Masyarakat zaman dahulu bisa memperoleh senjata tradisional Jakarta ini dengan membelinya di pasar-pasar. Namun, tusuk konde belumlah runcing dah mampu digunakan sebagai alat tusuk ketika baru dibeli. Barulah ketika sudah diasah dan digosok dengan batu, senjata ini menjadi tajam dan berbahaya.

Bahan baku pembuatan senjata tradisional Betawi ini yakni seutuhnya terbuat dari besi yang padat. Pada bagian kepalanya biasa ditambahkan ukiran kembang dan pakis yang menambah nilai estetikanya. Untuk wanita kelas atas, mereka menggunakan tusuk konde yang terbuat dari perak atau emas sekalipun.

Pada zaman sekarang, penggunaan dari tusuk konde sudah beralih dari fungsinya sebagai senjata. Meskipun masih terlihat dominan dalam busana wanita Jakarta modern, namun wanita hanya menggunakan tusuk konde sebagai atribut yang menjaga sanggul agar tidak mudah terlepas.

Sarung

sarung
Sumber : pdbifiles.nos.jkt-1.neo.id

Sarung adalah senjata tradisional Betawi yang biasa digunakan untuk menangkis dan mementalkan serangan dari golok. Di samping itu, sarung juga berguna untuk mengikat leher lawan setelah melakukan tangkisan dari golok tersebut. Senjata ini termasuk sangat unik, karena bukannya berupa senjata tajam namun berupa kain tenun yang seharusnya tidak mampu membuat luka gores sedikitpun.

Meskipun sarung ini mampu digunakan sebagai senjata ketika berperang, orang Betawi tidaklah menggunakannya secara khusus sebagai senjata, namun juga memakainya sebagai selimut di kala dingin maupun untuk menutup aurat saat shalat. Jadi, orang Betawi tidaklah melupakan kegunaan dasar benda tersebut.

Untuk perbedaan dalam kegunaannya, ditentukan berdasarkan cara pemakaian oleh penggunanya. Jika digunakan dengan cara selayaknya orang mengenakan sarung, maka tujuannya adalah untuk perlengkapan shalat. Namun, ketika senjata tradisional Jakarta ini dilingkarkan di leher atau pinggang, maka tujuan dari pemakaian tersebut adalah sarung sebagai senjata. Hal tersebut dilakukan agar si pengguna lebih sigap dan cepat ketika terjadi serangan yang mendadak. Kesigapan tersebut tidak dapat dirasakan apabila sarung dikenakan secara normal.

Ketika menggunakan sarung sebagai senjata, orang Betawi akan melipat secara simetris hingga lipatannya kecil dan rapi.

Pada zaman dahulu, golongan orang yang mengenakan sarung dengan cara melingkarkannya di leher atau pinggang adalah para jawara. Selain itu, para pedagang buah juga mengenakan sarung dengan melingkarkannya ke pinggang, namun sedikit berbeda. Perbedaan antara pemakaian sarung oleh para jawara dan para pedagang buah terletak pada dimasukkannya sarung pada badan. Jika para jawara langsung melingkarkan di bagian luar tubuh, para pedagang memiliki perbedaan, yakni memasukkan lingkaran sarung di dalam baju agar tidak terlihat bersenjata.

Cara memperoleh senjata ini tidaklah susah. Sarung bisa dibeli di pasar-pasar tradisional. Namun, pada zaman sekarang sudah sulit sekali menemukan orang Betawi yang masih mengenakan sarungnya di pinggang, kecuali di pementasan Lenong jika ada seseorang yang berperan sebagai jawara.

Selendang

selendang
Sumber : pdbifiles.nos.jkt-1.neo.id

Selendang adalah senjata tradisional Betawi yang mirip dengan senjata sarung. Namun, selendang diperuntukkan kepada kaum wanita. Senjata jenis selendang ini juga merupakan senjata yang unik, karena berbahan dasar kain tenunan yang halus dan tipis. Warna dari selendang biasanya transparan atau warna-warna halus yang tidak mencolok.

Yang membuat selendang menjadi mematikan yakni adanya rapalan atau doa-doa tertentu yang bisa membuat lawan tidak berdaya. Cara pemanfaatannya kurang lebih sama dengan sarung, yakni untuk menangkis serta menjerat lawan.

Ukuran dari senjata tradisional Jakarta ini yaitu 20 cm x 75 cm. Bentuknya segi panjang. Cara memakainya yaitu dengan menyampirkannya di pundak dan ujung-ujungnya yang berumbai dibiarkan menjuntai ke bawah.

Pada masa kini, selendang hanya digunakan sebagai pelengkap pakaian adat Jakarta, khususnya busana pengantin wanita.

Demikianlah pembahasan mengenai jenis-jenis senjata tradisional Betawi yang begitu melegenda. Kamu pasti pernah melihat beberapa di antaranya melalui siaran televisi, pertunjukkan Lenong, maupun pementasan lain yang sangat menggambarkan adat Betawi.

Baca juga: 20 Alat Musik Betawi dan Cara Memainkannya

Dengan berbagai kemudahan dalam mengakses teknologi pada masa sekarang, kamu jangan pernah berhenti dalam mempelajari budaya Indonesia, ya! Semoga kamu bisa memperluas wawasan dan pengetahuan budaya kamu melalui artikel yang aku bawakan. Sekian dan terima kasih.


Sumber:

1. repositori.kemdikbud.go.id

2. jmb.lipi.go.id

3. eprints.undip.ac.id

4. sipadu.isi-ska.ac.id

5. lontar.ui.ac.id

6. jakarta.go.id

Artikel Terbaru

Avatar photo

Fajar Kurniawan

Halo. Saya adalah seorang mahasiswa Sastra Indonesia Unsoed yang menggemari budaya, sejarah, bahasa, dan sastra.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *