Sumatera Selatan secara garis besar terdiri dari dua kelompok etnik yaitu orang iliran dan orang uluan. Orang iliran merupakan kelompok etnik yang mendiami wilayah hilir dari Batanghari Sembilan (sungai-sungai besar di Sumatera Selatan) yang sekarang ini dikenal dengan Palembang. Sementara itu, orang uluan merupakan kelompok etnik yang mendiami wilayah hulu dari Batanghari Sembilan.
Kedua etnik tersebut tentunya mempengaruhi kebudayaan yang ada di wilayah Sumatera Selatan yang salah satunya berupa rumah adat. Dari adanya pengaruh tersebut, tidak heran kalau secara garis besar rumah adat Sumatera Selatan terbagi ke dalam kedua kelompok besar iliran dan uluan. Nah, untuk selengkapnya mengenal nama-nama rumah adat Suamtera Selatan, mari simak ulasan berikut.
Daftar Isi
Rumah Limas
Rumah adat Sumatera Selatan yang pertama ini dikenal dengan nama rumah limas. Bentuk dari rumah adat ini adalah limas sesuai dengan namanya dengan model rumah panggung. Dulunya, rumah adat ini banyak ditemukan di kelompok masyarakat iliran atau Palembang, sehingga mendapat julukan sebagai rumah adat Palembang.
Seluruh bahan yang digunakan dalam pembuatan rumah adat limas masih tergolong tradisional yaitu berasal dari kayu. Kayu yang dipakai dalam pembangunan rumah juga dipilih dari kayu unggulan seperti kayu unglen, kayu seru, kayu tembesu. Ruangan pada rumah adat Palembang ini terbagi ke dalam lima tingkatan yang mana sesuai dengan filosofi kekijing. Filosofi ini mengatur setiap penghuni ruangan rumah dengan jenis kelamin, status, dan usia.
Di bagian atap rumah limas, bisa ditemukan ornamen simbar yang berbentuk tanduk dan melati. Ternyata, ornamen itu bukanlah sekadar hiasan saja, tetapi juga sebagai penangkal petir. Keunikan lain yang ada pada rumah limas adalah pada arah menghadap rumah.
Biasanya, rumah akan menghadap ke arah barat dan timur. Bagi rumah yang menghadap barat disebut dengan matoari edop (matahari terbit), dan yang menghadap timur disebut dengan matoari mati (matahari terbenam).
Baca juga: Pakaian Adat Sumatera Selatan
Rumah adat Sumatera Selatan berikutnya dikenal dengan rumah cara gudang. Beberapa wilayah juga hanya menyebut rumah ini sebagai rumah gudang. Rumah adat ini masih satu rumpun dengan rumah limas yang mana tergolong sebagai rumah iliran, sehingga rumah ini juga bisa disebut sebagai rumah adat Palembang.
Model dari rumah adat cara gudang juga berbentuk sama dengan rumah limas yaitu berupa rumah panggung. Namun, dari segi atap tidaklah sama seperti rumah adat limas, melainkan atapnya berupa perisai. Meskipun begitu, terdapat pula perpaduan rumah limas dan rumah gudang menjadi rumah limas gudang.
Menurut sejarahnya, rumah cara gudang lebih banyak digunakan sebagai tempat tinggal masyarakat kalangan biasa. Meski rumah ini lebih sering dipakai oleh orang biasa, tetapi dari segi material bangunannya tetap dipilih kayu yang berkualitas tinggi seperti kayu tembesu, ungin, dan merawan.
Bagian kolong atau bawah rumah gudang kerap dijadikan sebagai tempat untuk ternak hewan. Tetapi, saat ini, banyak yang telah memodifikasinya menjadi ruangan tempat tinggal tambahan. Arah menghadap rumah cara gudang umumnya selalu dibuat mengarah ke sungai. Hal ini menjadi suatu mitos tersendiri bagi masyarakat Palembang.
Rumah Rakit
Rumah rakit adalah rumah adat Sumatera Selatan yang masih tergolong sebagai rumah kelompok etnis iliran. Jadi, dapat dikatakan pula jika rumah rakit merupakan rumah adat Palembang. Rumah ini tergolong sebagai rumah adat tertua di Sumatera Selatan. Bahkan, menurut sejarahnya, rumah adat Palembang ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya.
Sesuai dengan namanya, rumah rakit dibangung di atas sebuah rakit, sehingga rumah adat ini mengapung di sepanjang sungai. Akan sangat mudah menemukan rumah ada ini di sepanjang Sungai Musi, Sungai Komering, dan Sungai Ogan.
Bentuk dari rumah rakit adalah persegi panjang dan dibangun di atas susunan kayu maupun bambu. Supaya lantai rumah tetap kering dan tidak kena air, maka di atas balok diberikan alas papan kayu yang disusun berjajar. Kemudian, untuk mencegah rumah rakit tidak berpindah-pindah, keempat sudut rumah rakit dipasang dengan tiang kokoh.
Atap dari rumah adat Palembang ini berupa atap pelana yang terbuat dari daun nipah dan ijuk yang diikat dengan tali rotan. Tidak seperti rumah pada umumnya, rumah rakit hanya terbagi menjadi dua ruangan.
Ruangan pertama digunakan untuk menerima tamu, sedangkan ruangan kedua dipakai untuk dapur dan tempat tidur. Sayangnya, jumlah rumah rakit semakin berkurang setiap waktu. Ini dikarenakan oleh perkembangan zaman.
Rumah Ulu Besemah
Nama rumah adat Sumatera Selatan ulu Besemah juga mempunyai julukan lain yakni rumah adat ghumah baghi. Jenis rumah adat ulu Besemah ini bukan lagi rumah adat iliran, melainkan rumah adat uluan.
Rumah adat ini kerap kali ditemukan di kota Pagar Alam. Bentuknya juga berupa rumah adat panggung sama dengan rumah adat Sumatera Selatan kebanyakan. Tiang-tiang dari rumah adat ulu Besemah tidaklah ditancapkan ke tanah, melainkan berdiri di atas umpak batu.
Bentuk dari atapnya berupa atap pelana dengan ukuran yang cukup tinggi, serta sedikit melengkung. Konon, atap tersebut mempunyai bentuk perpaduan dari rumah gadang dari Minangkabau dan rumah jabu bolon dari Batak.
Rumah ulu Besemah ini ternyata terbagi lagi menjadi 4 jenis. Pertama, rumah tatahan yang terbuat dari kayu dan dilengkapi dengan ukiran pada dinding rumah. Kedua, rumah kilapan atau gilapan yang terbuat dari kayu, tetapi tidak mempunyai ukiran pada dinding luar rumahnya. Ketiga, rumah padu kingking atau rumah tingking yang bahannya berasal dari kayu dan bambu. Lalu, yang keempat adalah rumah padu ampagh yang terbuat dari bambu.
Rumah Ulu Semende
Rumah adat ulu Semende atau rumah baghi Semende merupakan rumah adat Sumatera Selatan milik suku Semende yang tinggal di wilayah Kabupaten Muara Enim. Bentuk dari rumah ulu Semende mempunyai bisa dikatakan cukup mirip dengan rumah ulu Besemah karena rumah ini merupakan modifikasi dari rumah ulu Besemah.
Kemiripan tersebut ada pada bentuk atapnya yang melengkung. Sementara itu, untuk bagian dalam rumah yang diberikan sekat-sekat. Kemudian, rumah adat ulu Semende juga diketahui punya lebih banyak jendela dibandingkan rumah adat ulu Besemah.
Rumah Ulu Ogan
Nama dari rumah adat ini mencerminkan dari mana asal rumah ini. Tidak lain rumah adat Sumatera Selatan ini adalah milik suku Ogan yang tinggal di tepi Sungai Ogan. Rumah ulu Ogan juga merupakan modifikasi dari rumah ulu Besemah. Terdapat beberapa modifikasi yang bisa ditemukan di beberapa bagian rumah.
Diantaranya, pada bagian atap, ada penambahan tritisan pada bagian depan rumah dan ke samping. Atap tritisan ini ditopang oleh tiang tinggi. Hal ini membuat jumlah tiang pada rumah ulu Ogan jumlahnya lebih banyak dari rumah adat uluan lainnya. Disamping itu, bentuk atap dari rumah ulu Ogan tidaklah sama dengan rumah ulu Besemah dikarenakan bentuknya tidak melengkung.
Rumah Ulu Komering
Berikutnya, ada rumah ulu komering yang masih jadi bagian dari rumah adat uluan. Umumnya, rumah adat Sumatera Selatan ini bisa ditemukan di tepian Sungai Komering. Bentuknya juga merupakan modifikasi dari rumah ulu Besemah.
Modifikasi tersebut ditemukan pada bagian atap yang tidak melengkung. Modifikasi lainnya ada pada tiang rumah yang ternyata tidak diberi alas umpak batu, melainkan ditanam ke dalam tanah. Modifikasi-modifikasi tersebut membuat setiap jenis rumah uluan mempunyai keunikannya masing-masing.
Rumah Lamban Tuha
Rumah lamban tuha menjadi rumah adat Sumatera Selatan lainnya yang tergolong sebagai rumah uluan tepatnya milik suku Ranau. Ciri khas dari rumah adat ini ada pada atapnya yang tinggi berbentuk pelana. Selain itu, rumah ini menggunakan dua sistem pondasi sekaligus yakni sistem ari dan sistem kalindang.
Lalu, dari segi ruangan juga jumlahnya lebih banyak dibandingkan rumah adat uluan pada umumnya, Terdapat 7 jenis ruangan yaitu kebik, parogan, lapang unggak, lapang tengah, pagu hantu, ruang doh, dan garang lepau. Fungsi dari setiap ruangan tersebut bisa dilihat lewat penjelasan berikut.
- Kebik: Teras yang dilengkapi balkon kayu yang punya akses ke arah parogan dan lapang unggak.
- Parogan: Ruang tamu dan menjadi ruang transisi antara ruang kebik dan ruangan lain.
- Lapang unggak: Ruang serbaguna dengan ukuran lebih luas daripada ruang parogan.
- Lapang tengah: Ruang keluarga dan tempat tidur atau lebing.
- Pagu hantu: Ruangan yang difungsikan untuk menyimpan barang-barang berharga.
- Ruang doh: Ruang yang difungsikan sebagai ruang makan keluarga.
- Garang lepau: Teras yang ada di samping rumah dengan ukuran lebih kecil dilengkapi dengan tangga untuk akses langsung ke lapang tengah.
Baca juga: 13 Alat Musik Sumatera Selatan
Pemahaman Akhir
Sumatera Selatan secara garis besar terdiri dari dua kelompok etnik, yaitu orang iliran dan orang uluan. Orang iliran mendiami wilayah hilir dari Batanghari Sembilan, yang sekarang lebih dikenal sebagai Palembang. Sementara itu, orang uluan mendiami wilayah hulu dari Batanghari Sembilan. Perbedaan ini mempengaruhi kebudayaan di wilayah Sumatera Selatan, termasuk dalam hal rumah adat.
Rumah adat Sumatera Selatan terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu rumah adat iliran dan uluan. Beberapa nama rumah adat di wilayah ini antara lain:
Rumah Limas: Rumah adat limas adalah rumah panggung dengan bentuk limas. Biasanya ditemukan di kelompok masyarakat iliran atau Palembang. Bahan yang digunakan dalam pembuatan rumah ini adalah kayu pilihan, dan atapnya memiliki ornamen simbar sebagai penangkal petir.
Rumah Gudang: Juga dikenal sebagai rumah cara gudang, merupakan rumah panggung dengan atap berupa perisai. Bahan bangunan rumah ini juga menggunakan kayu berkualitas. Bagian kolong bisa dimanfaatkan sebagai tempat ternak atau dapat dimodifikasi menjadi ruang tambahan.
Rumah Rakit: Merupakan rumah adat tertua di Sumatera Selatan dan berada di atas rakit mengapung di sungai, seperti Sungai Musi, Komering, dan Ogan. Rumah ini berbentuk persegi panjang dan atapnya berupa atap pelana terbuat dari daun nipah dan ijuk.
Rumah Ulu Besemah: Salah satu jenis rumah uluan, banyak ditemukan di kota Pagar Alam. Bentuknya memiliki atap melengkung dan dibangun di atas umpak batu. Rumah ini juga memiliki beberapa jenis, seperti rumah tatahan, rumah kilapan, rumah padu kingking, dan rumah padu ampagh.
Rumah Ulu Semende: Rumah adat ulu Semende atau rumah baghi Semende, mirip dengan rumah ulu Besemah, namun memiliki lebih banyak jendela.
Rumah Ulu Ogan: Milik suku Ogan, mirip dengan rumah ulu Besemah, tetapi memiliki beberapa modifikasi pada atap dan sistem pondasinya.
Rumah Ulu Komering: Biasanya ditemukan di tepian Sungai Komering, juga merupakan modifikasi dari rumah ulu Besemah dengan atap yang tidak melengkung.
Rumah Lamban Tuha: Milik suku Ranau, memiliki atap berbentuk pelana dan dua sistem pondasi, yaitu sistem ari dan sistem kalindang. Rumah ini juga memiliki banyak ruangan, seperti kebik, parogan, lapang unggak, lapang tengah, pagu hantu, ruang doh, dan garang lepau.
Rumah-rumah adat ini mencerminkan keunikan budaya dan kearifan lokal dari masing-masing kelompok etnik yang mendiami Sumatera Selatan. Dengan keberagaman ini, wilayah ini menjadi kaya akan tradisi dan warisan budaya yang berharga.
Demikian ulasan mengenai jenis-jenis rumah adat Sumatera Selatan mulai dari rumah limas hingga rumah lamban tuha. Sumatera Selatan bisa dikatakan sangat kaya akan bangunan rumah adatnya. Akan tetapi, saat ini, jenis-jenis rumah adat tersebut sudah sangat jarang ditemukan, mengingat perubahan cara hidup masyarakat yang lebih menyesuaikan ke gaya hidup modern.
Referensi: