Rumah Adat Kalimantan Utara Serta Penjelasannya

Kalimantan Utara memang menjadi satu provinsi yang termuda di Indonesia. Hal ini dikarenakan provinsi ini baru disahkan secara paripurna pada tahun 2012. Meskipun menjadi provinsi paling muda, tetapi tidak membuat provinsi ini sangat minim ragam kebudayaan. Justru wilayah yang berbatasan langsung dengan Sabah dan Sarawak ini punya ragam budaya yang patut untuk diulik lebih lanjut.

Jika selama ini wilayah Kalimantan lebih banyak didominasi oleh suku Dayak, maka begitu juga dengan Kalimantan Utara. Namun, bukan berarti di wilayah Kalimantan Utara ini hanya diisi oleh suku Dayak saja. Terdapat 6 suku lain diantaranya adalah suku Tidung, Bulungan, Suluk, Banjar, Bugis, dan Jawa.

Dari seluruh suku yang ada di Kalimantan Utara, suku Tidung termasuk satu suku yang belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia secara luas. Bahkan, salah satu kebudayaan suku Tidung ini pernah disalah pahami sebagai kebudayaan milik orang Cina.

Nah, untuk itu, mari mengenal lebih lanjut salah satu kebudayaan suku Tidung yang berupa rumah adat. Kira-kira bagaimanakah bentuk rumah adat yang dimiliki oleh suku Tidung? Mari simak penjelasannya beserta dengan mitos-mitos terhadap rumah adat Kalimantan Utara tersebut.

Mengenal Sekilas Suku Tidung

Mengenal Sekilas Suku Tidung
Sumber: pesonaindonesia.kompas.com

Tarakan adalah wilayah di Kalimantan Utara yang terkenal dengan sebutan Kota Minyak. Namun, selain kekayaan minyak yang dipunyai Tarakan, kota terbesar di Kalimantan Utara ini punya sejarah masa lalu yang berhubungan dengan Kerajaan Tidung. Kerajaan tersebut memang ada hubungannya dengan suku Tidung mengingat kerajaan tersebut menjadi kerajaan milik suku Tidung.

Nama suku Tidung berasal dari kata ‘tiding’ atau ‘tideng’ yang artinya adalah gunung. Nyatanya, penamaan tersebut bertolak belakang dengan masyarakat suku Tidung yang lebih banyak tinggal di wilayah pesisir. Kemudian, secara asal-usul suku ini masih punya hubungan dengan suku Dayak, mengingat suku Tidung merupakan sub suku dari suku Dayak Murut. Hanya saja, suku Tidung kebanyakan memeluk agama Islam.

Masyarakat suku Tidung tidak hanya menempati satu wilayah, mereka lebih sering berpindah-pindah dari wilayah pedalaman Kalimantan, dari Tanah Tidung ke Malaysia, Tarakan, Malinau, hingga ke Berau. Dikarenakan seringnya hidup berpindah-pindah tempat inilah, masyarakat suku Tidug mulai mendapat pengaruh dari para pedagang Muslim yang sering singgah di wilayah pesisir.

Meskipun sudah banyak yang beragama Islam, suku Tidung kerap melakukan ritual-ritual yang berhubungan dengan adat dan tradisi dari nenek moyang mereka. Disamping itu, suku Tidung juga masih terus menjunjung kedekatan dengan alam sebagai bagian karakteristik dari suku Dayak.

Masyarakat suku Dayak tetap menerima pengaruh dari budaya luar seperti Melayu, Bugis, dan Bajau. Hanya saja, mereka tetap mencoba mengolah pengaruh tersebut tanpa menghilangkan karakteristik suku mereka sendiri. Salah satunya dalam hal rumah adatnya yaitu rumah adat baloy mayo.

Baca juga: 11 Rumah Adat Kalimantan Selatan Serta Penjelasannya

Rumah Adat Baloy Mayo

Rumah Adat Baloy Mayo
Sumber; id.wikipedia.org

Setiap suku tentunya mempunyai rumah adatnya masing-masing. Fungsi dari rumah adat pun bisa jadi berbeda-beda, ada masyarakat yang menggunakannya sebagai tempat tinggal, tempat upacara adat, maupun fungsi lainnya. Masyarakat suku Tidung juga punya rumah adatnya sendiri yang dijuluki dengan nama rumah baloy mayo.

Rumah adat Kalimantan Utara ini mempunyai bentuk arsitektur yang unik khas suku Tidung. Tidak seperti rumah adat lainnya, kesan saat melihat rumah adat baloy mayo menunjukkan kalau rumah adat ini begitu modern. Banyak yang mengatakan kalau rumah adat ini masih mendapat pengaruh dari rumah lamin, rumah adat milik Kalimantan Timur.

Bahan yang dipakai untuk membangun rumah adat Kalimantan Utara ini diambil dari kayu berkualitas tinggi yaitu kayu ulin. Kayu itu memang mudah sekali ditemukan di hutan Kalimantan dan punya julukan lain yaitu kayu besi. Ketika terkena air, kayu ini akan semakin keras dan kuat seperti halnya besi. Ketahanan dari kayu ulin inilah yang membuatnya dijuluki demikian.

Salah satu hal yang unik dari rumah suku Tidung adalah bangunannya dibuat dengan menghadap ke utara, sementara pintu utamanya menghadap ke arah selatan. Saat ini, rumah adat baloy mayo dapat ditemukan di Karang Anyar, Tarakan Baru dan dijadikan sebagai lokasi wisata budaya. Langkah ini tentu jadi langkah yang baik yang dilakukan oleh pemerintah Kalimantan Utara dalam mengenalkan arsitektur khas rumah adat Kalimantan Utara milik suku Tidung.

Ruangan-Ruangan di Rumah Adat Baloy Mayo

Ruangan-Ruangan di Rumah Adat Baloy Mayo
Sumber: kumparan.com

Seperti halnya rumah pada umumnya, rumah adat baloy mayo mempunyai beberapa ruang utama yang disebut dengan ambir. Keempat ambir tersebut terdiri dari ambir kiri (alad kait), ambir tengah (lamin bantong), ambir kanan (ulad kemagot), dan lamin dalom.

Ambir kiri atau alad kait merupakan tempat yang berfungsi sebagai tempat pengaduan perkara yang berhubungan dengan adat istiadat. Kemudian, ruangan kedua disebut dengan ambir tengah atau lamin bantong. Ruangan ini difungsikan sebagai tempat para pemimpin adat untuk berdiskusi dan bersidang menentukan perkara adat yang terjadi. Ruangan ketiga disebut dengan ambir kanan atau ulad kemagot yang mana dipakai untuk ruang damai setelah perkara selesai dipecahkah.

Selanjutnya, ruangan terakhir di rumah adat Kalimantan Utara ini disebut dengan lamin dalom. Ruangan ini menjadi singgasana kepala adat besar suku Tidung. Selain empat ruangan utama tersebut, masih ada ruangan lain yang ada di rumah adat ini. Di bagian belakang, terdapat sebuah bangunan yang khusus dibuat di tengah-tengah kolam dengan nama lubung kilong. Lubung kilong tersebut dipakai untuk menampilkan pertunjukan tradisional khas suku Tidung seperti tari jepin.

Pada bagian belakang dari lubung kilong, masih ada ruangan lain yang disebut dengan lubung intamu. Ruangan ini dipakai sebagai ruang pertemuan adat masyarakat suku Tidung dengan jumlah yang lebih besar. Misalnya untuk acara pelantikan pemangku adat dan acara musayawarah besar-besaran.

Baca juga: Pakaian Adat Kalimantan Selatan Serta Penjelasannya

Mitos Rumah Adat Baloy Mayo

Mitos Rumah Adat Baloy Mayo
Sumber: kumparan.com

Selain keunikan arsitekturnya yang tampak modern dan modis, rumah adat Kalimantan Utara milik suku Tidung ini punya mitos tersendiri pada di bagian tertentu. Mengingat rumah ini dibangun untuk kepentingan adat, di dalam rumah ini bisa ditemukan ruangan dengan singgasana. Singgasana itulah yang dipercayai mempunyai mitos tersendiri.

Di singgasana tersebut, dipercayai kalau raja terdahulu suku Tidung masih menduduki satu singgasana. Kemudian, di singgasana lainnya juga dipercayai kalau putri serta pengawal raja terdahulu. Masyarakat suku Tidung percaya kalau hanya orang-orang tertentu yang mampu melihat raja, putri, serta pengawal kerajaan tersebut. Konon, mereka tetap ada dan duduk di singgasana tersebut karena ingin menjaga rumah adat khas Kerajaan Tidung.

Melengkapi mitos tersebut, di rumah adat baloy mayo ini juga dilengkapi dengan foto-foto dari para raja terdahulu. Dua meter dari singgasana yang disakralkan itu, ada sesajen yang disajikan khusus untuk para arwah terdahulu. Sesajen tersebut berupa kopi serta gelas air yang diberi bunga. Lalu, di bagian kanan dan kiri sesajen tersebut, ada guci-guci dengan berbagai ukuran dan warna.

Ada pula patung wanita dengan pakaian kuning. Patung tersebut ternyata merupakan pemberian dari Ratu Elizabeth yang membuat tampilan rumah semakin khas dengan nuansa warna kuning dan emas. Di bagian depan patung wanita, ada pula patung seekor ular yang menyimbolkan kelincahan seorang raja.

Baca juga: 11 Alat Musik Kalimantan Selatan

Pemahaman Akhir

Kalimantan Utara, sebagai provinsi termuda di Indonesia, memiliki ragam kebudayaan yang kaya meskipun relatif belum banyak dikenal secara luas. Selain suku Dayak yang mendominasi wilayah Kalimantan, Kalimantan Utara juga memiliki enam suku lain, yaitu Tidung, Bulungan, Suluk, Banjar, Bugis, dan Jawa.

Salah satu suku yang menonjol di Kalimantan Utara adalah suku Tidung. Meskipun kurang dikenal secara luas, suku Tidung memiliki kebudayaan yang unik dan menarik. Salah satu aspek kebudayaan suku Tidung yang patut diungkap adalah rumah adat mereka.

Rumah adat suku Tidung, yang disebut baloy mayo, memiliki arsitektur yang unik dan modern. Rumah ini dibangun dengan menghadap ke utara, sedangkan pintu utamanya menghadap ke selatan. Bahan utama yang digunakan adalah kayu ulin, yang tahan lama dan kuat. Rumah adat baloy mayo memiliki empat ruangan utama yang digunakan untuk berbagai kegiatan adat, serta ruangan tambahan untuk pertunjukan dan pertemuan.

Rumah adat baloy mayo juga memiliki mitos-mitos yang melingkupinya. Ada ruangan singgasana yang diyakini diduduki oleh raja terdahulu suku Tidung dan putri serta pengawalnya. Mitos ini menambah keistimewaan dan kepercayaan masyarakat suku Tidung terhadap rumah adat mereka.

Dengan mengenal lebih lanjut tentang kebudayaan suku Tidung dan rumah adat baloy mayo, kita dapat menghargai keragaman budaya di Kalimantan Utara dan mempromosikan warisan budaya ini kepada masyarakat yang lebih luas. Upaya pelestarian dan pengenalan kebudayaan suku Tidung akan memberikan apresiasi yang lebih dalam terhadap kekayaan budaya Indonesia.

Itulah tadi penjelasan mengenai rumah adat Kalimantan Utara yang dijuluki dengan rumah adat baloy mayo, khas milik suku Tidung. Rumah tersebut juga mempunyai mitos yang dipercaya oleh masyarakat suku tersebut dan mitos inilah yang membuat rumah ini mempunyai sisi keunikannya tersendiri.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Wasila

Lulusan Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya yang saat ini berkecimpung di dunia penerjemahan. Disela-sela kesibukan menerjemah, juga menulis artikel dengan berbagai topik terutama berhubungan dengan kebudayaan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *