Ketahui Praktik Humas dalam Lingkup Global

Dunia semakin terasa dekat dengan adanya teknologi komunikasi. Ia membuat banyak orang di berbagai belahan dunia menjadi terhubung dengan mudah. Hal ini mempercepat terjadinya globalisasi di berbagai bidang. Termasuk juga dalam ranah humas (hubungan masyarakat). Dalam praktiknya hal ini bisa disebut dengan humas global.

Lebih lanjut tentang praktik humas secara global akan kita bahas dalam artikel ini.

Konsep Humas secara Global

Pada dasarnya praktik kehumasan di berbagai level baik nasional maupun internasional memiliki inti yang sama, yakni berhubungan dengan publik internal maupun eksternal. Serta membangun citra baik bagi perusahaan atau organisasinya.

Namun yang membedakan adalah medan atau kondisi yang dihadapi. Jika kita membicarakan praktik humas secara global, maka kita akan menemui banyak perspektif dan kegiatan utama yang berbeda-beda di wilayah.

humas lingkup global
Sumber : Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

Prioritas utama praktik kehumasan di Afrika akan berbeda dengan di kawasan Eropa. Hal ini dikarenakan apa yang mereka hadapi setiap harinya berbeda. Para praktisi humas di Afrika kerap kali menemui berbagai permasalahan sosial, ekonomi, dan politik terkait persatuan atau bahkan kerusuhan yang terjadi di dalam negeri. Tidak berhenti sampai di situ, beberapa negara di belahan bumi lainnya juga masih berada di kawasan berkonflik dengan negara lain.

Baca juga: Mengenal Marketing Public Relations

Teori Humas

teori humas
Sumber : Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay

Dalam praktik kehumasan terdapat beberapa teori yang bisa diterapkan, di antaranya :

  1. Teori Tanda atau Semiotika

Suatu pesan dalam komunikasi mengandung tiga hal, yakni tanda atau simbol, bahasa dan wacana. Dalam praktik kehumasan, inti utama dari tugas dan wewenangnya adalah menyampaikan pesan. Sehingga, penting bagi praktisi humas untuk mengetahui tentang tanda dan simbol.

Teori semiotika modern disampaikan oleh seorang filsuf di abad ke-19 yang bernama Charles Saunders Peirce. Menurutnya semiotika adalah hubungan antara tanda (simbol), objek dan makna. Representasi dari suatu objek disebut dengan interpretant, sedangkan orang yang menginterpretasikan disebut interpreter.

Dalam memaknai suatu tanda, kita dipengaruhi oleh adanya referan dan simbol itu sendiri. Selanjutnya kita bisa menginterpretasikan tanda itu menjadi makna.

  1. Teori Hubungan atau Teori Komunikasi Relasional

Tentunya hal ini sangat penting bagi praktisi humas. Tugas utama mereka adalah menjalin dan menjaga hubungan dengan khalayak agar tetap baik. Hubungan merupakan seperangkat harapan yang dimiliki oleh dua orang yang saling mengenal atas tingkah laku masing-masing pihak berdasarkan pola interaksi yang terjadi di antara mereka (Morissan, 2008, h.57).

Hubungan merupakan hal yang bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan pertama, hubungan tidak akan dapat dipisahkan dari komunikasi. Kedua, sifat dari hubungan tersebut ditentukan oleh komunikasi yang terjadi di antara individu di dalamnya. Ketiga, suatu hubungan biasanya ditentukan secara implisit, bukan eksplisit. Keempat, perkembangan hubungan terjadi sepanjang waktu melalui negosiasi yang terjadi di antara individu di dalamnya.

  1. Teori Perubahan Sikap atau Teori Disonansi

Dalam teori ini dijelaskan bahwa sikap seseorang dapat diubah melalui proses komunikasi dan bagaimana sikap itu dapat memengaruhi tingkah laku seseorang. Teori ini penting bagi praktisi humas, karena dalam praktik kerjanya ia harus mampu mengubah sikap khalayak terhadap organisasi atau perusahaan ke arah yang positif.

Teori perubahan sikap ini mengatakan bahwa orang akan merasa tidak nyaman jika menerima informasi baru yang bertentangan dengan yang mereka yakini selama ini. Secara sadar atau tidak, ia akan berupaya untuk mengurangi rasa tidak nyaman dengan cara menyeleksi informasi yang ia dapat. Rasa tidak nyaman inilah yang disebut dengan disonansi.

Ada tiga tahapan dalam menyeleksi informasi baru yang dirasa tidak nyaman. Pertama, penerimaan informasi secara selektif. Pada tahap ini ia akan menerima informasi yang sesuai dengan sikap atau kepercayaan yang sudah diyakini sebelumnya. Kedua, ingatan selektif. Asumsi dari tahapan ini adalah orang akan lebih mudah mengingat detail dari suatu hal yang mereka sukai. Misalnya, tanpa perlu berusaha untuk mengingat nama-nama anggota pemain klub bola favoritmu, kamu bisa dengan mudahnya menghafal semua nama pemain klub favoritmu. Tahapan ketiga adalah persepsi selektif. Pada tahapan ini orang akan memberikan interpretasinya terhadap pesan yang telah diterimanya berdasarkan sikap dan kepercayaan yang ia yakini selama ini.

  1. Uses and Gratifications

Teori ini kerap kali kita dengar ketika mempelajari tentang media massa. Dalam teori ini khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi, ketika seseorang sedang menonton televisi atau membaca surat kabar, ia akan memilih program atau topik mana yang dapat memenuhi kebutuhannya.

Kebutuhan manusia yang dicari dari media massa, di antaranya pengetahuan, hiburan, kepentingan sosial, dan pelarian. Yup, pelarian. Terkadang orang menggunakan media massa untuk mengatasi rintangan yang terjadi untuk menghindari aktivitas lain.

Teori ini penting bagi praktisi humas karena ia kerap kali menyebarkan pesan menggunakan media massa. Praktisi humas wajib tau bagaimana khalayak menggunakan media massa. Hal ini diperlukan agar pesan yang ingin disampaikan bisa ditempatkan pada media yang tepat agar komunikasi yang dilakukan bisa efektif.

  1. Teori Spiral Keheningan atau Spiral of Silence

Teori ini menjelaskan bahwa pendapat pribadi kita sangat dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan atau diharapkan oleh orang lain. Jika seseorang merasa bahwa pendapatnya tidak sama dengan pendapat mayoritas, maka orang tersebut akan cenderung menjadi diam.

Tentunya persepsi perorangan di sini bukanlah satu-satunya kekuatan yang dapat membuat orang merasa dikucilkan karena pendapatnya berbeda dengan pendapat mayoritas. Media massa merupakan salah satu kekuatan lainnya yang ada di balik spiral of silences.

Pada waktu tertentu pandangan yang dominan kerap kali ditentukan oleh media. Pandangan-pandangan yang dominan itu juga dapat disebarkan melalui media massa. Sehingga pandangan yang dominan ini semakin diperkuat.

Praktisi humas memiliki tugas untuk menangani opini publik terhadap organisasi atau pendapatnya. Pekerjaan mereka menuntut untuk berupaya memengaruhi publik memberikan opini yang positif terkait organisasi atau perusahaannya.

  1. Teori agenda setting

Menurut teori ini, media massa memiliki kekuatan besar yang ia dapat dari menentukan jumlah ruang atau waktu  pada berita-berita tertentu. Dengan memberikan ruang dan waktu yang cukup besar disertai strategi yang tepat dalam menentukan waktu yang tepat untuk menyebarkan pesan, maka hal tersebut dapat memberikan dampak kepada khalayak mengenai apa yang harus mereka pikirkan.

Tidak hanya itu, media massa juga memiliki kekuatan untuk menentukan topik atau pembahasan yang dianggap penting dan menyamakannya dengan berbagai media massa yang lain. Bukankah kita sering menemukan kesamaan berita atau topik yang diangkat dari berbagai media massa?

Teori ini bisa membantu praktisi humas untuk mengetahui bahwa opini publik dapat dibentuk. Salah satu caranya dengan melakukan praktik agenda setting semacam ini. Seperti yang sudah dibahas di poin sebelumnya, bahwa humas bertugas untuk membuat publik beropini positif tentang perusahaan atau organisasinya.

Baca juga: Mengenal Manajemen Media Televisi

Praktik Humas Global di Asia Tenggara

praktik humas global
Sumber : Gambar oleh Bram Naus di Unsplash

Dalam buku Global Public Relations : Spanning Borders, Spanning Culture disebutkan bahwa ada dua negara yang terkenal di Asia Tenggara, satu di antaranya yaitu Indonesia. Indonesia terkenal dengan negara yang mayoritas penduduknya beragama islam.

Seperti negara-negara di Asia lainnya, Indonesia juga harus berjuang melawan penjajah agar bisa merdeka. Perjuangan Indonesia tidak berhenti sampai di situ saja. Ketika Indonesia sudah merdeka ia harus berjuang melawan krisis ekonomi, pemerintahan yang otoriter, bahkan mereka mampu membungkam atau memberedel media yang dirasa bertentangan dengan pemerintah.

Setelah masa orde baru, atau tepatnya pada masa reformasi, humas Indonesia memiliki tugas yang sangat penting, yakni membantu menciptakan pemerintahan yang baik dan menghargai hak asasi manusia. Ini artinya humas Indonesia memiliki peran yang sama dengan negara-negara di Asia lainnya. Mereka harus berusaha untuk melakukan diplomasi publik dan memperbaiki hubungan dengan negara atau wilayah lainnya. Selain itu, rakyat Indonesia juga menginginkan pemerintah atau para pelaku politik dapat mengatasi masalah kesejahteraan bersama, perdamaian dan stabilitas ekonomi.

Indonesia menyadari bahwa profesi humas merupakan profesi yang sangat penting. Untuk mewujudkan dan mengatasi permasalahan Indonesia sebelumnya, para praktisi humas mengadakan Forum Asia 2005 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam sebuah pertemuan di Jakarta. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 400 CEO dan senior manajer dari perusahaan.

Hal ini juga yang terjadi pada negara-negara di Asia Tenggara lainnya. Profesi humas dianggap penting dan memiliki peran yang besar. Ia juga dianggap memiliki kontribusi yang besar dalam kesejahteraan organisasi mereka.

Praktik Humas Global di Asia Selatan

Salah satu negara yang terkenal di kawasan Asia Selatan adalah India. Praktik kehumasan di India mulai berkembang ketika terjadi perluasan pembangunan rel kereta api. Pada saat itu mereka tidak hanya mempromosikan tentang kereta api saja, namun juga mempromosikan tentang bioskop keliling, pameran, dan sebuah festival.

Pada awalnya praktisi humas di India dipandang sebagai fixers, yakni seseorang yang bisa melakukan apa saja yang diminta oleh klien dengan metode yang dipertanyakan. Meminum anggur dan makan malam merupakan cara yang lumrah untuk dilakukan dan dirasa cara yang efektif kala itu dalam praktik kehumasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sriramesh di tahun 1996 (dalam Freitag & Stokes, 2009, h. 124-125) menunjukkan bahwa  pada praktiknya, humas seringkali disamakan fungsinya dengan marketing dan advertising. Praktisi humas memang dilibatkan dalam menjaga nama baik perusahaan, namun perannya tidak dominan.

Meski begitu, praktisi humas di India memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Terlebih lagi, kemampuan ini ia gunakan dalam praktik media relations. Praktisi humas di India lebih sering bertemu dengan pekerja media di luar jam kerja. Dengan begitu, praktik tersebut akan bermanfaat bagi pekerjaan praktisi humas yang juga akan berdampak pada nama baik organisasi atau perusahaan.

Baca juga: Mengenal Apa Itu CSR

Praktik Humas Global di Timur Tengah

Wilayah Timur Tengah ini meliputi wilayah Asia Barat dan Afrika Timur Laut, dari Maroko hingga Pakistan, termasuk Kaukasus. Wilayah ini adalah rumah bagi awal peradaban dan tiga agama monoteistik yang dominan di dunia.

Praktik kehumasan di Timur Tengah juga tidak jauh dari kegiatan periklanan dan seremonial. Komunikasi antara pimpinan perusahaan dengan para praktisi humas hampir tidak pernah dilakukan. Tugas humas di Timur Tengah pada umumnya hanya sebatas menjawab pertanyaan media, menangani tugas seremonial, mengurusi administratif, merencanakan acara dan menerima tamu atau delegasi.

Praktisi humas jarang sekali terlibat dalam rapat organisasi untuk ikut andil dalam mengambil keputusan yang besar di perusahaan. Dalam mengembangkan kebijakan pun, praktisi humas tidak memiliki andil yang cukup besar. Praktik meneliti, menganalisis, atau mengukur opini publik pun juga tidak dilakukan.

Kegiatan-kegiatan yang lebih ditekankan dalam praktik kehumasan di Timur Tengah adalah menyampaikan berita secara luas dan mendapat publisitas. Saat terjadi krisis, praktisi humas justru lebih cenderung mengabaikannya. Ketika terjadi krisis, mereka cenderung menyalahkan pihak lain atau faktor-faktor yang di luar kendali mereka.

Praktik Humas Global di Eropa

Freitag dan Stoke membedakan praktik humas di Eropa menjadi dua, yakni Eropa Barat dan Eropa Timur dan Tengah atau Central Europe and Eastern (CEE). Dalam praktiknya, Eropa Timur dan Tengah ini memberikan banyak pengaruh kepada masyarakat.

Praktisi humas di Eropa Timur dan Tengah mampu membantu memelihara status quo dan mengintegrasikan masyarakat. Setelah disintegrasi Uni Soviet banyak orang Rusia yang tetap berada di negara-negara Baltik, praktisi humas bertugas untuk mengintegrasikan orang-orang Estonia dan Rusia.

Selain itu, praktisi humas di sana mampu membuat transformasi ekonomi maupun sosial. Terlebih lagi, mereka memiliki peran juga untuk mampu membantu membangun negara.

Sedangkan praktik di Eropa Barat sebenarnya memiliki empat fungsi, yakni reflektif, manajerial, edukasi, dan operasional. Meski begitu, pada praktiknya fungsi humas kerap kali bercampur dengan pemasaran dan periklanan.

Praktik Humas Global di Afrika

Kondisi sosial, ekonomi, dan politik negara-negara di Afrika berbeda dengan di Eropa dan di Asia Tenggara yang cenderung stabil dan tidak berkonflik. Praktisi humas di Afrika menghadapi tantangan yang berbeda dengan praktisi humas di negara-negara Barat. Jadi, sangat tidak adil jika menilai praktik kehumasan di Afrika menggunakan standar praktik kehumasan di negara-negara Barat. Meski begitu, praktik kehumasan di Afrika tetap mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik.

Pada pertengan tahun 1990-an terjadi reformasi politik dan ekonomi, praktik kehumasan di Afrika mengadopsi praktik kehumasan di negara-negara Barat. Meski begitu dalam praktiknya sudah disesuaikan dengan karakteristik masyarakat dan kondisi Afrika. Praktik humas profesional versi negara Barat masih belum dapat direalisasikan sepenuhnya di Afrika.

Praktik kehumasan di Afrika lebih mengarah pada kampanye pembangunan. Hal ini dikarenakan yang menjadi perhatian utama dari pemerintah adalah pembangunan bangsa terkait kemiskinan, kerusuhan sipil, kemorosotan ekonomi dan keankearagaman etnis. Sehingga, pemerintah mengharapkan loyalitas praktisi humas untuk membantu komunikasi pembangunan semacam ini.

Bahkan praktisi humas di Afrika memiliki peran dan tanggung jawab secara sosial untuk berkontribusi langsung dalam pembangunan nasional. Hal ini telah ditekankan dalam African Public Relations Association (FAPRA) yakni organisasi yang memayungi praktisi humas Afrika.

Kampanye yang dilakukan pada saat itu umumnya dilakukan secara satu arah dan lebih bersifat perusasif dari pemerintah ke masyarakat. Media yang digunakan bisa apa saja selama itu tersedia. Namun, sebagian besar komunikasi dilakukan melalui jaringan-jaringan besar dari staf lapangan yang bertugas, misalnya pada agen penyuluhan pertanian, atau petugas kesehatan masyarakat.

Praktik Humas Global di Amerika

Di tahun 1990-an praktik kehumasan semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya orang yang berprofesi sebagai praktisi humas. Amerika memang dipandang sebagai kawasan yang maju.

Kegiatan kehumasan yang dilakukan di sana sangat beragam. Mayoritas waktunya digunakan untuk membuat perencanaan dan implementasi strategis. Mereka lebih banyak mendiskusikan tentang citra atau proyeksi seperti apa yang ingin ditampilkan oleh perusahaan.

Namun, tidak hanya itu saja yang mereka lakukan. Mereka juga melakukan perencanaan program, manajemen proyek, media relation, manajemen klien, merencanakan acara, konferensi, melakukan hubungan internal, hubungan dengan masyarakat, berkomunikasi dengan khalayak khusus, serta melakukan manajemen krisis.

Baca juga: Mengenal Pemasaran Digital

Pemahaman Akhir

Teknologi komunikasi telah membuat dunia semakin terhubung dan mempercepat proses globalisasi di berbagai bidang, termasuk dalam praktik humas. Meskipun praktik kehumasan memiliki inti yang sama di berbagai negara, medan dan kondisi yang dihadapi berbeda. Hal ini mengharuskan praktisi humas untuk mengadaptasi pendekatan dan strategi yang sesuai dengan wilayah tempat mereka beroperasi.

Beberapa teori dalam praktik kehumasan, seperti teori tanda atau semiotika, teori hubungan atau komunikasi relasional, teori perubahan sikap atau disonansi, uses and gratifications, teori spiral keheningan, dan teori agenda setting, memberikan dasar yang penting bagi praktisi humas dalam menyampaikan pesan yang efektif dan memengaruhi opini publik.

Di berbagai wilayah seperti Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah, Eropa, dan Afrika, praktik kehumasan memiliki perbedaan dalam hal fokus dan tantangan yang dihadapi. Di setiap wilayah, praktisi humas berperan penting dalam membangun hubungan baik dengan publik, menjaga reputasi perusahaan atau organisasi, dan berkontribusi dalam pembangunan dan perkembangan nasional.

Di Indonesia, praktisi humas memiliki tugas penting dalam menciptakan pemerintahan yang baik, menghargai hak asasi manusia, dan mengatasi masalah kesejahteraan, perdamaian, dan stabilitas ekonomi. Praktisi humas di negara-negara Asia Tenggara lainnya juga memiliki peran serupa dalam diplomasi publik dan memperbaiki hubungan dengan negara-negara lain.

Di India, praktisi humas memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik dan sering berinteraksi dengan media di luar jam kerja. Praktisi humas di Timur Tengah fokus pada menyampaikan berita secara luas dan mendapat publisitas, sementara di Eropa, peran humas dapat bercampur dengan pemasaran dan periklanan. Di Afrika, praktik kehumasan lebih berorientasi pada kampanye pembangunan dan membantu komunikasi pembangunan nasional.

Secara keseluruhan, praktik humas global memiliki perbedaan dalam hal fokus, tantangan, dan pendekatan yang digunakan. Praktisi humas harus memahami konteks regional dan budaya setempat serta menggunakan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan komunikasi yang efektif.

Penjelasan di atas merupakan sebagian dari pembahasan tentang humas global. Untuk lebih rincinya kamu bisa cari tau melalui referensi bacaan yang ada di bawah ini. Semoga penjelasan di atas membantu.


Referensi :

Freitag, A. & Stokes, A. (2009). Global Public Relations : Spanning Borders, Spanning Cultures. USA : Routladge.

Morissan, M. (2008). Manajemen Public Relations : Strategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta : Kencana Prenamedia Group.

Sriramesh, K. & Vercic, D. (2003). The Global Public Relations Handbook : Theory, Research, and Practice. London : Lawrence Erlbaum Associates, Publisher.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Mayang Lestari

Lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya. Memilih peminatan Manajemen Komunikasi namun sering tertarik dengan kajian media massa.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *