Perkembangan Teknologi Komunikasi

Generasi Y dan Generasi Z lahir pada era teknologi komunikasi yang sedang mengalami kemajuan. Mereka tumbuh dan berkembang bersamaan dengan semakin canggihnya teknologi saat ini. Sehingga, mereka lebih mengenal dan mudah beradaptasi dengan perkembangan teknologi komunikasi.

Teknologi yang semakin canggih akhirnya pun turut memberikan perubahan dalam kehidupan bersosial. Bahkan bisa membuat manusia menjadi ketergantungan dengan teknologi.  Hal ini dikarenakan arus informasi yang semakin tinggi, menjadikan manusia merasa tergantung pada teknologi komunikasi.

Selain itu, lingkungan di sekitar kerap kali menuntut kita untuk selalu up to date. Bahkan sebagian dari kita mungkin saja merasakan fear of missing out (FOMO). Takut kalau nggak tau informasi terkini.

Sebelum lebih jauh, kita ketahui dulu apa sih yang dimaksud dengan teknologi.

Apa itu Teknologi?

teknologi
Gambar oleh William Iven dari Pixabay

Kita sering banget mendengar atau menggunakan kata teknologi. Sebagian dari kita bisa jadi masih belum paham arti kata teknologi itu sendiri.

Sebenarnya teknologi tidak melulu tentang benda-benda elektronik. Tidak selalu teknologi itu berupa peralatan yang rumit. Karena pada dasarnya teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan, kemudahan, dan kenyamanan hidup manusia.

Jadi, gunting aja bisa kita sebut sebagai teknologi. Karena memudahkan kita memotong kertas atau kain.

Sejarah Perkembangan Teknologi Komunikasi

Menurut Dewanto Fajar (2016) ada 3 hal yang dapat mempengaruhi perkembangan teknologi, yaitu perkembangan masa, kebutuhan masyarakat, dan teknologi pendukungnya. Ketiga hal tersebut kerap kali mendorong para ahli untuk melakukan penemuan-penemuan teknologi.

Kalau kita ngomongin tentang sejarah, ada banyak versinya. Robin Mansell (dalam Donbasch, 2008) mengawali cerita sejarah perkembangan teknologi komunikasi dari penemuan mesin cetak.

Penemuan mesin cetak

Mesin cetak ditemukan pada 305 M di China. Mesin cetak ini berbentuk kayu yang diukir lalu diberi tinta dan ditekankan (press) ke atas kertas. Namun mesin cetak ini dirasa kurang efektif. Karena untuk menggunakannya kita harus mengukir kayu terlebih dahulu. Sehingga tidak mudah untuk jika ingin mencetak berbagai macam tulisan.

Di Eropa mesin cetak yang lebih canggih ditemukan oleh Johannes Gutenberg pada tahun 1456. Mesin cetak milik Gutenberg ini memungkinkan untuk melakukan cetakan berkali-kali karena bukan terbuat dari ukiran kayu.

Mesin cetaknya memiliki cetakan berupa besi yang timbul berbentuk huruf. Cetakan-cetakan huruf itu lalu disusun ke dalam mesin cetak, dan diberi tinta. Lalu mesin cetak berjalan dan berhasil mencetak kertas.

Baca juga: Komunikasi Massa

Dengan begitu mesin cetak milik Gutenberg mampu mencetak kertas dalam jumlah yang besar. Selain itu, mesin cetak milik Gutenberg lebih efisien karena dapat disusun ulang dan tidak perlu diukir.

Perkembangan media cetak

Dengan adanya penemuan mesin cetak, maka harapan untuk mengembangkan industri media cetak semakin memungkinkan. Buku-buku dan koran menjadi lebih mudah untuk diproduksi.

Pada tahun 1450-an surat kabar mulai bermunculan di Eropa. Namun di beberapa negara penyebaran surat kabar masih tidak massif. Karena terhambat dengan kebijakan politik saat itu. Misalnya saja di Inggris, surat kabar baru bebas diperjualbelikan pada tahun 1600-an.

Hal ini dikarenakan kerajaan Inggris takut surat kabar melaporkan segala kondisi negaranya saat itu kepada masyarakat. Dengan beredarnya informasi secepat itu, kerajaan Inggris takut jika hal itu menimbulkan diskusi publik.

Media majalah baru diterbitkan secara teratur di Inggris pada tahun 1700. Pada awalnya majalah yang beredar berisi pembahasan tentang politik dan sastra. Sehingga hanya dapat dinikmati oleh orang-orang elit yang yang sudah merasakan pendidikan dan tidak buta huruf.

Di tahun 1825-1850 bisnis majalah semakin berkembang. Konten di dalam majalah tidak melulu membicarakan tentang politik dan sastra. Majalah menjadi memiliki berbagai konten.

Revolusi elektronika

Pada tahun 1947, para ilmuwan dalam bidang fisika melakukan penelitian untuk mengembangkan transistor. Transistor adalah teknologi modern yang mampu memanipulasi arus listrik dalam satu rangkaian terbuka. Transistor ini menjadi cikal bakal munculnya berbagai teknologi komunikasi (Fajar, 2016).

Dampak dari penemuan transistor adalah para ilmuwan semakin terdorong untuk mengembangkan integrated circuit (IC) atau microchip. Jack Kilby adalah pelopor penemuan IC. Setelah adanya microchip, para penemu terdorong menciptakan teknologi komputer.

Di tahun 1970 terciptalah microprocessor  yang menjadi otak dari komputer. Di awal tahun 1980-an, personal computer dirakit untuk penggunaan di rumah.

Berkat penemuan microchip, membukakan jalan untuk penemuan-penemuan teknologi lainnya. Pada akhirnya memicu adanya revolusi elektronika.

Yang dimaksud dengan revolusi elektronika adalah istilah yang merujuk pada percepatana teknologi komunikasi dan komputerisasi karena penemuan komponen penting IC atau microchip (Fajar, 2016). Dari teknologi microchip inilah, muncul teknologi komputer.

Jaringan internet menjadi teknologi selanjutnya yang ditemukan setelah adanya komputer. Pada tahun 1969, jaringan internet digunakan untuk menghubungkan komputer riset di suatu universitas dengan komputer riset di suatu universitas lain.

Ada beberapa cara komunikasi yang populer melalui internet sebelum tahun 1990 diantaranya, melalui email, newsgroups pada tahun 1979, internet relay chat (IRC)  di tahun 1988, dan multi-user text yang berbasis games pada tahun 1978. Sebelum tahun 1991, transaksi di dalam internet dilarang.

Internet baru menjadi media massa yang populer di awal-awal tahun 1990-an. Hal itu bertepatan dengan komersialisasi world wide web (WWW) yang dikembangkan oleh Tim Berners-Lee. WWW dapat digunakan untuk berbagi file atau link dan menawarkan kemudahan untuk mengunggah konten pribadi atau komersil.

Pada tahun 2005, warga Amerika Serikat sudah dapat menikmati jaringan internet di rumahnya masing-masing. Terdapat 73.000.000 lebih warga Amerika Serikat yang dapat mengakses internet dari rumahnya.

Media elektronik membawa kita berhubungan dengan semua orang di mana saja secara instan. Em Griffin (2012) mengatakan buku dapat memperluas mata kita, sedangkan elektronik memperluas sistem saraf pusat. Maksudnya dengan adanya buku, kita menjadi lebih banyak mendapat informasi dari berbagai tempat. Sehingga kita tidak perlu secara langsung melihatnya. Selain itu, adanya media elektronik membantu kita membuka lebih lebar wawasan kita. Melihat lebih jelas berbagai kejadian di luar.

Era Digital

Selanjutnya manusia memasuki era digitalisasi. Pada era ini data dan informasi mulai dirubah dan didistribusikan dalam bentuk digital. Proses perubahan sinyal analog menjadi sinyal digital disebut dengan digitasi (Brennen & Kreiss, 2016).

Meski begitu, bukan berarti teknologi-teknologi yang sudah ada di era elektronik sepenuhnya digantikan oleh teknologi yang ada di era digital. Menurut McLuhan (dalam Griffin, 2012) pada dasarnya era digital sepenuhnya elektronik.

Apa itu Digitalisasi?

www
Photo by LinkedIn Sales Navigator on Unsplash

Penggunaan kata digitalisasi atau digitalization pertama kali digunakan dalam esai milik Robert Wachal pada tahun 1971 (Brenen & Kreiss, 2016). Dalam esai tersebut ia membicarakan tentang dampak sosial dari digitalisasi. Ia mempertimbangkan keberatan dan potensi-potensi yang terjadi ketika penelitian humaniora dibantu dengan sistem komputer (komputerisasi).

Pada saat itu istilah digitalisasi lebih identik dengan hal-hal yang berbau komputerisasi. Namun seiring berjalannya waktu, kata digitalisasi mengalami perluasan makna. Digitalisasi merujuk pada pada banyak hal dalam kehidupan sosial yang berkaitan dengan komunikasi dan infrastruktur media.

Baca juga: Komunikasi Global

Lalu, sebenarnya digitalisasi itu apa sih? Brennen dan Kreiss (2016) mengartikan digitalisasi sebagai penataan kehidupan sosial yang berubah dengan adanya komunikasi digital dan perubahan infrastruktur media.  Dengan kata lain adanya perkembangan teknologi komunikasi yang semuanya menjadi serba digital mempengaruhi aspek lain di kehidupan kita, dan membuatnya ikut berubah juga.

Sistem komunikasi digital, saling terhubung dan juga menghubungkan berbagai aspek kehidupan sosial. Digitalisasi mampu menghasilkan media yang dapat meniru, mensimulasikan, atau menggabungkan semua media lainnya (Brenen & Kreiss, 2016). Para ilmuwan melihat bahwa digitalisasi mampu menggabungkan beragam bentuk informasi atau dengan kata lain mediumlessness.

Pada akhirnya digitalisasi membawa kita ke arah konvergensi media. Hal ini dimungkinkan karena dengan adanya digitalisasi semua bentuk informasi dan data telah berubah menjadi format digital. Sehingga informasi dan data menjadi lebih mudah untuk didistribusikan melalui berbagai perangkat yang kini hampir semuanya berbasis komputasi dan internet.

“waduh, apa lagi tuh konvergensi media?”

Konvergensi media adalah bergabungnya media telekomunikasi tradisional dengan internet sekaligus (Julijanti, 2012). Misalnya saja smartphone. Teknologi smartphone memungkinkan kita untuk mengirim atau menerima pesan, menelepon, memainkan musik, menonton film, menangkap gambar, merekam suara, dan lain-lain hanya dengan satu benda. Ia mampu menggabungkan berbagai media menjadi satu.

Kita sendiri pun merasakan bahwa sebagian besar informasi dan komunikasi yang kita lakukan kini lebih banyak menggunakan jaringan internet. Terlebih lagi, anak muda yang kini tinggal di perkotaan lebih memilih menonton netflix atau versi low budget-nya adalah indoxxi, daripada menonton berbagai macam reality show, ftv, atau sinetron azab yang dapat ditonton secara gratis di tv.

Begitupun ketika kita ingin mengetahui berita terkini. Kita cukup mengikuti berbagai akun media yang tersedia di media sosial. Selain itu kita juga bisa berlangganan koran digital untuk mendapatkan informasi dengan kualitas yang lebih baik.

Perkembangan teknologi komunikasi juga mempengaruhi bagaimana perusahaan media berkembang. Karena proses persebaran informasi dan data yang serba cepat, memungkinkan mereka untuk menyebarkannya melalui berbagai medium.

Misalnya saja sebuah perusahaan media pada awalnya hanya mendistribusikan pemberitaan melalui surat kabar. Namun seiring berkembangnya teknologi, perusahaan tersebut mulai mendistribusikannya melalui internet dan jadilah surat kabar digital. Tidak berhenti di situ, dengan bahan berita yang sama, perusahaan juga dapat memproduksi berita dalam bentuk video untuk disiarkan melalui tv.

Dari contoh di atas kita bisa lihat bahwa batasan dan perbedaan antarmedia menjadi kabur atau blurring. Semua media bisa digabung menjadi satu, dan satu informasi bisa disebarkan melalu berbagai media.

Teknologi saat ini mungkin memang sudah dirasa jauh lebih canggih daripada sebelumnya. Namun adanya teknologi saat ini, tidak lepas dari peran teknologi yang sebelumnya. Karena, teknologi saat ini merupakan hasil dari pengembangan teknologi yang sebelumnya.

Baca juga: Sejarah Model Komunikasi

Pemahaman Akhir

Generasi Y dan Generasi Z tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi. Mereka memiliki pemahaman dan kemampuan yang lebih baik dalam beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Teknologi yang terus maju telah memberikan perubahan signifikan dalam kehidupan sosial, dan dalam beberapa kasus, manusia dapat menjadi ketergantungan pada teknologi tersebut.

Kehadiran teknologi komunikasi yang semakin canggih memungkinkan akses yang lebih mudah terhadap arus informasi yang tinggi. Manusia merasa tergantung pada teknologi ini karena adanya kebutuhan untuk selalu up-to-date dan rasa takut ketinggalan informasi terkini (FOMO).

Sejarah perkembangan teknologi komunikasi dimulai dengan penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada tahun 1456. Penemuan ini memungkinkan produksi buku dan surat kabar dalam jumlah yang besar. Kemudian, dengan perkembangan teknologi elektronika, radio dan televisi menjadi media komunikasi massa yang dominan.

Selanjutnya, dengan munculnya komputer dan internet, terjadi revolusi elektronika yang mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan sosial. Internet menjadi media massa yang populer pada tahun 1990-an dan membawa kemajuan dalam komunikasi, termasuk konvergensi media, di mana media tradisional dan internet bergabung.

Digitalisasi menjadi istilah yang menggambarkan perubahan dalam kehidupan sosial yang disebabkan oleh komunikasi digital dan perubahan infrastruktur media. Digitalisasi telah menghasilkan konvergensi media di mana berbagai bentuk media dapat digabungkan menjadi satu. Perkembangan teknologi komunikasi juga mempengaruhi perusahaan media dan distribusi informasi melalui berbagai medium.

Generasi Y dan Generasi Z merupakan generasi yang tumbuh dan berkembang dalam era teknologi komunikasi yang canggih. Mereka memiliki akses lebih mudah ke informasi dan beradaptasi dengan perubahan teknologi dengan baik. Namun, penting bagi mereka untuk tetap memiliki kesadaran akan dampak dari penggunaan teknologi dan menjaga keseimbangan antara kehidupan digital dan kehidupan nyata.

Pembahasan ini hanya mewakili sedikit materi tentang perkembangan teknologi komunikasi. Untuk lebih rincinya, kamu bisa telusuri lebih lanjut referensi di bawah ini. Semangat yaa belajarnya.


Sumber:

Brennen, J.S., & Kreiss, D. (2016). Digitalization. The International Encyclopedia of Communcation Theory and Philosophy, 1-11.

Donbasch, Wolfgang. (2008). International Encyclopedia of Communication. Malden : Blackwell Publishing.

Fajar, Dewanto P. (2016). Minggu ke 2 : Perkembangan Teknologi Komunikasi [powerpoint slides] teks tidak terpublikasi, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

Griffin, Em. (2012). A First Look at Communication Theory Eight Edition. New York : The McGraw-Hill Companies.

Julijanti, Dinara M. Dinamika Digitalisasi dan Konvergensi Media Televisi di Indonesia. Observasi Vol.10 No.2, 93-102.

Turow, Joseph. (2009). Media Today : An Introduction to Mass Communication. New York : Routledge.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Mayang Lestari

Lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya. Memilih peminatan Manajemen Komunikasi namun sering tertarik dengan kajian media massa.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *