Tahukah kamu apa yang disebut dengan teater? Sepintas teater mengartikan tentang pementasan atau sebuah pertunjukan di sebuah panggung.
Lalu, apa yang Disebut dengan Teater Sebenarnya?
Teater berasal dari berbagai bahasa di dunia. Terdapat “theatre” dalam bahasa Inggris atau “teatron” dalam bahasa Yunani yang memiliki makna sebagai tempat untuk menonton.
Dahulunya teater merupakan tempat menonton sebuah pertunjukan seperti drama dengan penataan panggung berdasarkan cerita yang ditampilkan. Awalnya, teater di Indonesia berfungsi sebagai bentuk pemujaan. Seiring berjalannya waktu, fungsi tersebut berubah dengan teknologi terintegrasi.
Daftar Isi
Sejarah Perkembangan Teater di Indonesia dari Masa ke Masa
Sejarah perkembangan teater di Indonesia di mulai dari perkembangan teater tradisional hingga teater modern seperti saat ini. Untuk lebih memahami sejarah perkembangan teater, mari simak ulasan berikut ini.
Teater Tradisional
Kasim Achmad berpendapat bahwa Zaman Hindu menjadi ujung tombak sejarah teater di Indonesia. Hal tersebut ditandai oleh terdapatnya unsur-unsur teater pada pelaksanaan upacara adat agama Hindu. Teater secara penuh disebut sebagai teater ketika telah melepaskan diri dari unsur upacara adat. Masyarakat terus mengembangkan teater kala itu dengan seni pertunjukan spontanitas kala itu.
Pembentukan teater di Indonesia sangat beragam. Ini karena Indonesia terdiri atas berbagai macam suku dan budaya. Sehingga melahirkan tata cara yang berbeda pula. Beberapa contoh teater tradisonal di Indonesia di antaranya adalah drama gong, lenong, ludruk, wayang wong, wayang kulit, ketoprak, ubrug, arja, randai, dan lainnya.
Teater Transisi
Teater transisi disebut juga sebagai teater modern. Teater transisi dilatarbelakangi oleh pengaruh budaya lain sehingga memberi sentuhan warna yang berbeda. Unsur teater transisi terdiri atas teknik teater barat yang mana pada masa itu dilakoni oleh orang Belanda pada tahun 1805.
Pertunjukan teater transisi pada masa kolonial Belanda menjadi salah satu alasan berdirinya gedung Schouwburg atau Gedung Kesenian Jakarta di tahun 1821. Teater transisi mulai dikenal luas oleh masyarakat Indonesia pada tahun 1891 atau bertepatan dengan berdirinya Komedie Stamboel di Surabaya.
Tidak hanya sampai di situ saja, teater transisi terus mengalami perkembangan hingga berdirinya The Malay Opera Dardanella atau Sandiwara Dardanella. Teater tersebut didirikan oleh Willy Klimanoff di tahun 1926. Tak lama setelahnya, perkembangan teater transisi terus bermunculan hingga zaman penjajahan Jepang seperti Sandiwara Orion, Komidi Bangsawan, dan lainnya.
Teater Indonesia dari Tahun ke Tahun (1920 – 1990an)
Sejarah perkembangan teater di Indonesia dirangkum mulai dari tahun 1920 hingga tahun 1990. Berikut adalah penjabarannya.
Teater Indonesia Periode 1920-an
Periode 1920an menjadi awal berkembangnya drama-drama Pujangga Baru. Naskah drama tersebut ditulis berdasarkan masalah penjajahan dan penindasan yang terjadi kala itu. Unsur teater ini disusun menggunakan Bahasa Indonesia dengan bentuk dialog antar tokoh dan sajak.
Teater Indonesia Periode 1930-an
Teater pada masa ini merupakan lanjutan dari periode sebelumnya yang bertemakan perjuangan. Akan tetapi, terdapat tambahan warna dengan sentuhan cerita kerajaan dan kisah mistis.
Beberapa di antaranya adalah Keris Empu Gandring yang ditulis oleh Imam Supardi, Hantu yang ditulis oleh Mr. Singgih, dan Nyai Blorong yang ditulis oleh Dr. Satiman Wirjosandjojo.
Selain itu, Ir. Soekarno juga berkontribusi terhadap perkembangan teater di Indonesia di masa pengasingannya ke Bengkulu. Beliau menuliskan lakon Dr. Setan, Kriukut Bikutbi, dan Rainbow di tahun 1927.
Teater Indonesia Periode 1940-an
Teater ini berkembang di masa penjajahan Jepang sebagai bentuk dukungan terhadap pemerintahan totaliter Jepang. Meskipun demikian, ide kreatif muncul dari Kamajaya dan Anjar Asmara yang menginisiasi Badan Pusat Kesenian Indonesia.
Ide tersebut diwujudkan oleh Presiden Soekarno yang didukung oleh Sanusi Pane, Armijn Pane, Mr. Sumanang, Kama Jaya, ddan Sutan Takdir Alisjabana.
Teater Indonesia Periode 1950-an
Periode teater 1950an juga disebut sebagai perkembangan teater di awal kemerdekaan. Teater ini pada umumnya terdiri atas kisah-kisah perenungan atas jasa pahlawan yang gugur memperjuangkan kemerdekaan. Kisah tersebut menggoreskan kesan dan nilai keberanian, kekecewaan, kemunafikan, pengorbanan, keikhlasan, sikap pengecut, dan kepahlawanan.
Beberapa karya teater Indonesia periode 1950an adalah Awal dan Mira pada tahun 1952, Sayang Ada Orang Lain pada tahun 1953 oleh Utuy Tatang Sontani, Hanya Satu Kali oleh John Galsworthy pada tahun 1956, dan The Man in Grey Suit oleh Averchenko.
Teater Indonesia Periode 1960 – 1970-an
Pada periode ini, teater berkreasi dengan menggabungkan unsur tarian, dagelan, dan unsur etnis lainnya. Beberapa karya terkenal di masa ini di antaranya adalah Paman Vanya oleh Anton Chekhov, Biduanita Botak dan Badak-badak oleh Ionesco di tahun 1960, Pangeran Geusan Ulun oleh Saini KM di tahun 1961, Teater Teror, dan Teater Koma.
Teater Indonesia Periode 1980 – 1990-an
Perkembangan teater Indonesia pada periode ini mulai mendapatkan perhatian khusus dengan didirikannya lembaga teater. Dengan adanya lembaga teater tersebut, lahirlah beragam festival teater seperti Festival Teater Jakarta, Festival Seni Pertunjukan Rakyat di Yogyakarta, Teater Gapit di Solo, Teater Bel di Bandung, dan lainnya.
Teater Kontemporer Indonesia
Teater kontempore Indoenesia menunjukkan perkembangan dunia teater dengan adanya sentuhan gaya baru. Beberapa seniman menggabungkan unsur teater konvensional dengan teater eksperimental dengan jangkauan ekspresi yang lebih luas.
Penutup
Teater adalah bentuk pementasan atau pertunjukan di panggung yang melibatkan penampilan aktor dan aktris yang memerankan karakter dalam sebuah cerita. Meskipun pada pandangan awal teater hanya mengacu pada pertunjukan di panggung, namun sebenarnya teater mencakup lebih dari itu.
Teater sebenarnya merupakan sebuah seni yang mencakup berbagai elemen seperti penulisan naskah, penyutradaraan, pengaturan panggung, peran aktor, musik, tata suara, dan pencahayaan. Teater juga melibatkan proses kolaborasi antara berbagai individu seperti penulis, sutradara, aktor, musisi, dan kru teknis.
Seiring perkembangan zaman, teater telah mengalami transformasi dan adaptasi dalam berbagai budaya dan masyarakat. Di Indonesia, perkembangan teater dimulai dari teater tradisional yang dipengaruhi oleh adat dan kebudayaan setempat. Teater tradisional Indonesia seperti wayang kulit, ketoprak, ludruk, dan lainnya merupakan contoh bagaimana teater menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sejak zaman dahulu.
Selanjutnya, teater mengalami perubahan dan transisi menjadi teater modern yang dipengaruhi oleh budaya Barat. Pengaruh budaya Barat membawa teknik-teknik baru dalam teater yang dikenal sebagai teater transisi. Perkembangan teater transisi di Indonesia terjadi seiring masuknya kolonial Belanda dan pengaruh dari budaya Barat pada abad ke-19 dan 20. Pada masa ini, teater mulai dipentaskan di gedung-gedung teater dan mendapatkan perhatian yang lebih luas dari masyarakat.
Selanjutnya, perkembangan teater di Indonesia terus berlanjut melalui berbagai periode, termasuk periode 1920-an hingga 1990-an. Di setiap periode tersebut, teater mencerminkan konteks sosial dan politik pada masanya. Selama periode ini, teater Indonesia mengalami evolusi dalam tema, gaya, dan bentuk pementasan. Beberapa periode penting dalam sejarah teater Indonesia meliputi periode Pujangga Baru, periode kemerdekaan, periode eksperimen, dan periode lembaga teater.
Perkembangan terkini dalam dunia teater Indonesia adalah teater kontemporer. Teater kontemporer menggabungkan unsur-unsur teater tradisional dan modern dengan pendekatan eksperimental yang lebih luas. Para seniman teater mencoba menggali dan mengekspresikan ide-ide baru melalui pementasan yang inovatif dan kontekstual.
Secara keseluruhan, teater sebenarnya merupakan sebuah bentuk seni yang melibatkan berbagai elemen dan kolaborasi antarindividu. Melalui proses kreatif, teater mencerminkan kehidupan, masyarakat, dan perubahan zaman. Dalam konteks Indonesia, teater telah mengalami perkembangan yang kaya dan beragam, mempertahankan warisan budaya tradisional sambil menggali ekspresi baru dalam teater kontemporer.
Nah, itulah ulasan seputar sejarah perkembangan teater di Indonesia. Perkembangan teater tersebut juga dipengaruhi oleh kemajuan teknologi seperti yang bisa kamu rasakan seperti saat ini.
Komentar