Daftar Isi
Pada zaman modern ini, kata “ekstremisme” seringkali terdengar di berita-berita internasional, terutama ketika berbicara tentang kelompok-kelompok radikal dalam dunia Islam. Dua kelompok yang sering kali menjadi fokus pembicaraan adalah Khawarij dan Murji’ah. Meskipun keduanya memiliki pandangan yang ekstrim dalam agama Islam, mereka memiliki perbedaan karakteristik yang sangat penting. Mari kita melihat lebih dekat kedua kelompok ini.
Khawarij: Spiritualitas dengan Pedang
Kelompok Khawarij memiliki sejarah yang panjang dan seringkali dikenang karena tindakan mereka yang penuh kekerasan. Mereka muncul pada awal periode Islam dan telah memainkan peran penting dalam perkembangan sejarah agama ini. Salah satu ciri khas Khawarij adalah kecenderungan mereka untuk mengkafirkan orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka. Mereka percaya bahwa hanya mereka yang memang benar-benar murni dalam imanlah yang berhak disebut sebagai muslim sejati.
Pandangan ekstrim ini sering kali berakhir dengan tindakan kekerasan. Misalnya, pada awal sejarah Islam, Khawarij memberontak melawan Khalifah Ali karena dianggap “berkhianat” dengan membiarkan pembagian harta rampasan perang kepada pihak musuh. Pemberontakan ini berakhir dengan pembunuhan Khalifah Ali dan menyebabkan perebutan kekuasaan dalam dunia Muslim pada masa itu.
Murji’ah: Penundaan Hukum Agama
Di sisi lain, ada kelompok Murji’ah yang lebih dikenal karena pendekatan mereka yang bertolak belakang dengan Khawarij. Kelompok ini cenderung memiliki pandangan yang lebih toleran dalam memahami konsep ajaran agama Islam. Mereka menganggap bahwa iman dan dosa tidak bisa dinilai oleh manusia semata, tetapi hanya Allah yang berhak menilainya.
Murji’ah percaya bahwa penilaian akhir terhadap seseorang harus diberikan kepada Allah, dan bukan menjadi urusan manusia. Pandangan ini memberikan pemahaman yang lebih luas tentang Islam yang lebih inklusif, dengan memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk bertobat dan kembali kepada ajaran Allah.
Ada sebuah kisah menarik dalam sejarah yang berkaitan dengan pandangan Murji’ah. Pada suatu masa, terdapat sekelompok orang yang melakukan dosa besar di masa hidup Nabi Muhammad SAW. Khawarij melihat mereka sebagai kafir dan mendesak agar mereka dihukum mati secara langsung. Namun, Murji’ah berpendapat bahwa hukuman harus ditangguhkan dan diberikan kesempatan untuk bertobat. Ini menunjukkan perbedaan mendasar antara kedua kelompok ini.
Tidak dapat disangkal bahwa kedua kelompok ini memainkan peran penting dalam sejarah Islam. Namun, ekstrimitas dalam agama harus selalu diperlakukan dengan hati-hati karena berpotensi menyebabkan kekacauan dan ketidakharmonisan dalam masyarakat. Penting bagi kita untuk mempelajari perbedaan antara kelompok-kelompok ini dan mengedepankan pemahaman yang inklusif dalam memandang agama Islam.
Perbedaan antara Khawarij dan Murji’ah
Khawarij dan Murji’ah adalah dua kelompok dalam sejarah Islam yang memiliki pendekatan yang berbeda dalam memahami agama dan konsep pemahaman ajaran Islam. Perbedaan antara Khawarij dan Murji’ah meliputi pemahaman mereka tentang dosa besar, kriteria keimanan, dan pendekatan dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
1. Pemahaman dosa besar
Khawarij adalah kelompok yang memiliki pandangan keras tentang dosa besar. Mereka percaya bahwa setiap dosa besar akan mengeluarkan seseorang dari agama Islam dan menjadikannya kafir. Dalam pandangan Khawarij, dosa besar termasuk penyelewengan agama, tindakan kekerasan tanpa alasan yang jelas, dan meninggalkan kewajiban beribadah.
Sementara itu, Murji’ah berpendapat bahwa dosa besar tidak secara otomatis menjadikan seseorang kafir. Mereka menganggap dosa besar sebagai tindakan yang serius, tetapi tidak langsung mengeluarkan seseorang dari Islam. Murji’ah lebih menekankan pentingnya ampunan dan kemungkinan taubat bagi pelaku dosa besar.
2. Kriteria keimanan
Khawarij percaya bahwa iman seseorang ditentukan berdasarkan perbuatan yang tampak di dunia ini. Jika seseorang melakukan dosa besar atau melanggar aturan Islam, maka mereka dianggap tidak beriman. Khawarij memiliki standar yang ketat dalam menentukan keimanan seseorang dan cenderung mengkriminalisasi setiap tindakan yang dipandang sebagai dosa besar.
Sementara itu, Murji’ah berpendapat bahwa keimanan tidak hanya ditentukan oleh tindakan lahiriah, tetapi juga oleh keadaan hati dan keyakinan yang ada dalam diri seseorang. Mereka menekankan pentingnya iman dalam hati dan keyakinan seseorang terhadap ajaran Islam, meskipun perbuatan dunia seseorang tidak selalu mencerminkan imannya.
FAQ
1. Apakah Khawarij masih ada dalam konteks masyarakat Muslim saat ini?
Khawarij memang hadir pada masa awal perkembangan Islam, tetapi istilah ini telah digunakan secara luas untuk menggambarkan kelompok-kelompok ekstremis yang muncul dalam sejarah Islam. Meskipun tidak ada kelompok yang secara eksplisit mengaku sebagai Khawarij saat ini, pemahaman dan pandangan Khawarij yang ketat masih ada dalam kelompok-kelompok yang cenderung menafsirkan agama secara sempit dan menggunakan kekerasan dalam nama Islam.
2. Bagaimana tanggapan Murji’ah terhadap konsep taubat?
Murji’ah menganggap taubat sebagai bagian penting dari ajaran Islam. Mereka percaya bahwa Allah adalah Maha Pengampun dan bahwa setiap dosa dapat diampuni jika seseorang sungguh-sungguh bertaubat dan meluruskan niatnya. Murji’ah menekankan pentingnya memberikan kesempatan untuk taubat kepada setiap individu, tanpa memandang dosa besar yang pernah dilakukannya. Mereka menganggap taubat sebagai langkah menuju pemulihan dan kedekatan dengan Allah.
Kesimpulan
Dalam perbedaan antara Khawarij dan Murji’ah, terdapat pemahaman yang berbeda tentang dosa besar, kriteria keimanan, dan pendekatan dalam menafsirkan ajaran Islam. Khawarij menekankan karakter ekstrem dan tindakan keras terhadap pelaku dosa besar, sementara Murji’ah memberikan penekanan pada kesempatan untuk taubat dan pentingnya kesadaran hati dalam menentukan keimanan. Penting bagi umat Islam untuk memahami perbedaan ini agar dapat menjaga kerukunan umat dan menjauhi ekstremisme agama yang dapat merugikan diri sendiri dan masyarakat. Mari kita saling menghormati perbedaan dalam keimanan dan berusaha mencapai pemahaman yang lebih baik tentang ajaran Islam.
Sekaranglah waktunya untuk berpikir secara kritis dan mempelajari lebih lanjut tentang konsep-konsep Islam. Mari kita bahu-membahu membangun persaudaraan antar umat manusia dengan menghormati perbedaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai cinta kasih dan toleransi dalam menjalankan agama.