6 Pakaian Adat Sulawesi Utara Serta Penjelasannya

Dari senjata tradisional, sastra, rumah tradisional, tari adat, hingga pakaian adat semuanya menjadi bagian kebudayaan yang dimiliki oleh Sulawesi Utara. Keragaman budaya tersebut membuat Sulawesi Utara punya banyak hal yang bisa diunggulkan disamping kekayaan alamnya.

Pakaian adat merupakan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh Sulawesi Utara, namun masih kurang dikenali oleh banyak masyarakat di Indonesia. Sebagai upaya agar pakaian adat tersebut semakin familiar di kalangan masyarakat, berikut ada 6 pakaian adat Sulawesi Utara yang akan diperkenalkan. Selangkapnya simak ulasannya di bawah ini.

Pakaian Adat Sangihe Talaud

Pakaian Adat Sangihe Talaud
Sumber: wadaya.rey1024.com

Untuk kamu yang masih asing dengan Sangihe Talaud, wilayah ini merupakan kepulauan yang ada di barat laut Sulawesi. Lokasinya bisa dibilang dekat dengan Pulau Mindanao, bagian dari Filipina. Masyarakat wilayah Sangihe Talaud ini juga mempunyai pakaian adat yang diberi nama laku tepu. Untuk wanita, baju laku tepunya berupa baju model terusan yang panjangnya hingga betis, serta punya model kerah berbentuk “V”.

Sementara itu, untuk bagian bawahan dari laku tepu dinamakan dengan kahiwu. Para wanita Sangihe Talaud juga memakai aksesoris untuk melengkapi pakaian mereka dengan memakai bandang. Bandang merupakan sebuah selendang yang diselempangkan di bahu bagian kanan, lalu di sematkan di bagian pinggang kiri.

Sama halnya dengan wanita, nama pakaian adat Sulawesi Utara dari Sangihe Talaud untuk pria juga dijuluki dengan laku tepu. Hanya saja, laku tepu yang dikenakan pria punya bentuk yang tidak sama persis dengan milik wanita. Laku tepu yang dipakai pria berupa baju terusan dengan panjang hingga tumit. Kemudian, bentuk kerahnya sendiri agak tegak dan tidak membentuk huruf “V”.

Para pria ini juga mengenakan aksesoris berupa selendang yang disebut popohe yang dililitkan di pinggang. Dikenakan pula aksesoris untuk kepala yang disebut dengan paporong yang dibuat dari bahan kain kofo.

Baca juga: 13 Suku di Pulau Sulawesi

Pakaian Adat Bolaang Mongondow

Pakaian Adat Bolaang Mongondow
Sumber: portalbmr.com

Bolaang Mongondow adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sulawesi Utara dan kebanyakan wilayah tersebut dihuni oleh suku Mongondow. Dulunya, masyarakat suku Mongondow membentuk suatu kerajaan. Oleh karenanya, beberapa pakaian adat yang dimiliki oleh suku Mongondow juga mendapat pengaruh dari kerajaan tersebut.

Di masa lampau, proses pembuatan pakaian adat suku Mongondow masih terbilang sangat alami. Bahan yang digunakan berupa kulit kayu yang diambil seratnya atau disebut dengan lanut. Lanut tersebut pun nantinya ditenun dan menjadi sebuah kain.

Nah, di masa sekarang ini, pakaian adat Sulawesi Utara dari Bolaang Mongondow yang masih dipakai terbilang tidak terlalu mewah seperti gambar pakaian adat Sulawesi Utara di atas. Para wanita mengenakan pakaian berupa kebaya yang dijuluki dengan salu dan bawahannya berupa rok. Sebagai hiasannya, dipakailah kembang goyang dan beberapa aksesoris leher seperti kalung dan penutup dada.

Kemudian, para pria mengenakan beberapa komponen yaitu baju baniang, celana, dan dilengkapi dengan sarung tenun. Ikat pinggang juga dipakai sebagai aksesoris tambahan, yang mana ikat pinggang tersebut terbuat dari kuningan atau tembaga. Ikat pinggang tersebut berfungsi untuk meletakkan keris sebagai aksesoris senjata. Untuk bagian kepala, dikenakanlah ikat kepala yang disebut dengan mangilenso.

Pakaian Adat Minahasa

Pakaian Adat Minahasa
Sumber: budayanesia.com

Wilayah lainnya yang ada di Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Minahasa. Pakaian adat masyarakat Minahasa ini juga dibedakan menjadi dua yaitu wanita dan pria. Dari gambar pakaian adat Sulawesi Utara yang tercantum di atas, pakaian adat pria terdiri dari baju baniang atau baju lengan panjang dengan atau tanpa kerah. Baju baniang biasanya juga punya 2 saku di bagian bawah dan 1 saku di bagian atas.

Pada baju baniang khas Minahasa tersebut, dilengkapi dengan sulaman motif kelapa, padi, dan naga di bagian depan kemeja dan bawah lengan. Sebagai perpaduan dari baju baniang, dipakailah celana hitam polos yang semakin ke bawah semakin lebar. Lalu, pada bagian pinggang, para pria mengenakan ikat pinggang yang terbuat dari kulit ular dengan bentuk serupa mahkota.

Untuk nama pakaian adat Sulawesi Utara dari Minahasa yang dipakai oleh wanita, dijuluki dengan karai momo. Karai momo mulanya adalah sebuah kebaya lengan panjang berwarna putih yang bagian bawahnya agak melebar mirip dengan ikan duyung.

Pada bagian bawah tersebut bisa dibilang menjadi ciri khas dari pakaian karai momo. Kemudian, bagian bawah ini dihiasi dengan sulaman berbentuk padi, kelapa, bunga melati, dan bunga kaca piring. Hiasan serupa juga ditemukan di bagian depan karai momo sebelah kiri.

Untuk memperindah tampilan para wanita Minahasa yang mengenakan karai momo, bagian kepala wanita dihias dengan memakai konde serta kronci atau mahkota. Konde dalam masyarakat Minahasa terdapat dua macam yaitu konde lumalundung (terdiri dari 9 bunga manduru putih) dan konde pinkan (terdiri dari 5 tangkai kembang goyang). Lalu, ditambah aksesoris di bagian lain diantaranya kelana (kalung leher), simban (kalung mutiara), gelang, dan anting.

Pakaian Tonaas Wangko dan Walian Wangko

Pakaian Tonaas Wangko dan Walian Wangko merupakan nama pakaian adat Sulawesi Utara untuk kalangan pemuka adat. Pakaian adat Tonaas Wangko didominasi oleh warna hitam dan berhiaskan motif padi di beberapa bagian baju yaitu kerah, lengan, dan bagian depan. Bentuknya berupa kemeja lengan panjang berkerah tinggi, memiliki kancing, dan tanpa saku sesuai dengan gambar pakaian adat Sulawesi Utara di bawah ini.

Pakaian Tonaas Wangko dan Walian Wangko
Sumber: komentar.co.id

Motif padi pada beberapa bagian pakaian Tonaas Wangko dihiasi dengan warna emas sehingga membuat tampilannya lebih menarik. Sebagai pelengkap, penutup kepala berwarna merah dipakai dengan motif yang sama yaitu motif padi keemasan. Sedangkan, pakaian adat Walian Wangko merupakan bentuk modifikasi dari pakaian adat Tonaas Wangko. Pada pakaian Walian Wangko punya bentuk yang lebih panjang semacam jubah.

Tak ketinggalan, para wanita juga punya pakaian khusus berupa kebaya panjang dengan warna putih. Bawahannya berupa kain sarung batik dengan warna hitam. Sebagai aksesoris, para wanita memakai kalung leher dan selendang.

Pakaian Adat Kohongian

Salah satu nama pakaian adat Sulawesi Utara yang keberadaannya cukup dipertanyakan adalah pakaian adat kohongian. Tidak banyak yang mengetahui apakah pakaian adat ini masih dikenakan atau tidak. Konon, pada masa lampau, pakaian adat kohongian ini tidak bisa dipakai oleh sembarang orang, mengingat yang boleh memakainya hanya kalangan bangsawan atau masyarakat kelas atas dalam acara pernikahan.

Hal tersebut dikarenakan pakaian kohongian bernilai tinggi sehingga hanya masyarakat kelas atas saja yang mampu membelinya. Nah, di zaman sekarang ini, pemakaian pakaian adat kohongian masih belum diketahui apakah tetap dipakai atau tidak. Namun, jika memang masih dipakai, maka akan sangat penting untuk tetap melestarikannya sebagai bentuk warisan budaya daerah.

Pakaian Adat Simpal

Nama pakaian adat Sulawesi Utara lainnya adalah pakaian adat simpal yang umumnya dikenakan oleh abdi kerajaan. Sehingga, tidak sembarang orang yang bisa memakai pakaian ini. Mengingat baju ini dulunya hanya dipakai oleh orang tertentu, maka sebaiknya pakaian adat ini tetap dilestarikan entah dengan menggunakannya pada acara adat maupun kebudayaan tertentu.

Baca juga: 12 Alat Musik Sulawesi Utara

Pemahaman Akhir

Sulawesi Utara merupakan wilayah yang kaya akan budaya dengan beragam kebudayaan, seperti senjata tradisional, sastra, rumah tradisional, tari adat, dan pakaian adat. Dalam konteks pakaian adat, Sulawesi Utara memiliki berbagai macam pakaian adat yang khas dan memiliki ciri khas masing-masing.

Beberapa contoh pakaian adat di Sulawesi Utara adalah Laku Tepu dari Sangihe Talaud, pakaian Bolaang Mongondow, pakaian Minahasa, pakaian Tonaas Wangko dan Walian Wangko untuk kalangan pemuka adat, pakaian Kohongian yang digunakan pada acara pernikahan dan hanya oleh masyarakat kalangan bangsawan, serta pakaian Simpal yang dikenakan oleh abdi kerajaan.

Pakaian adat ini merupakan bagian penting dari kebudayaan Sulawesi Utara dan menjadi identitas unik dari masyarakat setempat. Dengan melestarikan dan memperkenalkan pakaian adat ini kepada masyarakat luas, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan kekayaan budaya Sulawesi Utara dan menjaga warisan budaya ini agar tetap hidup dan berkembang dalam era modern ini.

Nah, demikian ulasan mengenai pakaian adat Sulawesi Utara yang cukup beragam. Meskipun beberapa dari pakaian adat tersebut ada yang tidak lagi diketahui dipakai atau tidak, maka penting untuk tetap melestarikan pakaian adat lainnya yang masih dipakai supaya tidak punah. Selain itu, supaya generasi kini dan mendatang masih bisa mendapati warisan budaya daerah Sulawesi Utara.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Wasila

Lulusan Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya yang saat ini berkecimpung di dunia penerjemahan. Disela-sela kesibukan menerjemah, juga menulis artikel dengan berbagai topik terutama berhubungan dengan kebudayaan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *