Tidak banyak yang tahu jika Kalimantan Tengah merupakan provinsi yang masih menyimpan banyak keragaman hayati di Taman Nasional Tanjung Puting. Selain keragaman hayati yang masih terjaga, sumber daya alam di Kalimantan Tengah pun masih sangat melimpah seperti perkebunan kelapa sawit dan karet.
Disamping keragaman hayati dan sumber daya alam yang dimiliki oleh Kalimantan Tengah, kebudayaan daerah ini yang berupa pakaian adat juga nampaknya belum dikenal luas oleh masyarakat. Masyarakat yang ada di Kalimantan Tengah umumnya didominasi oleh suku Dayak, tetapi juga ada suku-suku lainnya seperti suku Banjar, suku Melayu, hingga beberapa suku Jawa.
Dengan banyaknya suku yang mendiami wilayah Kalimantan Tengah, maka dipastikan jika daerah ini punya beberapa pakaian adat yang begitu unik. Nah, oleh karenanya, kamu perlu untuk menyimak penjelasan mengenai pakaian adat Kalimantan Tengah berikut sebagai bentuk mengenal lebih jauh kebudayaan daerah di Indonesia.
Daftar Isi
Baju Sangkarut
Baju sangkarut telah dijadikan sebagai ikon pakaian adat Kalimantan Tengah dan lebih dikenal luas oleh masyarakat dibanding pakaian adat lainnya yang berasal dari Kalimantan Tengah. Asal mula pakaian adat ini tidak lain adalah dari suku Dayak Ngaju, salah satu suku yang mendominasi wilayah dari Kalimantan Tengah.
Pembuatan baju sangkarut oleh suku Dayak Ngaju berasal dari bahan kulit kayu nyamu. Kulit kayu tersebut cenderung keras, sehingga dalam pembuatannya harus ditempa sampai kulit menjadi lebih lentur seperti kain pada umumnya. Dari gambar pakaian adat Kalimantan Tengah berikut, bentuk pakaian ini terlihat simple dikarenakan fungsinya hanya sekedar untuk menutup tubuh.
Nah, nama pakaian adat Kalimantan Tengah satu ini sebenarnya punya makna tersendiri yang mana diambil dari bahasa Dayak “sangkarut” yang artinya adalah rompi. Bentuk pakaian adat ini yang berupa rompi sederhana, membuatnya bisa dipakai oleh pria maupun wanita serta karena tidak ada aksesoris khusus.
Bagian bawah baju sangkarut dilengkapi dengan cawat atau celana yang bagian depannya ditutup dengan kain nyamu berbentuk persegi panjang yang disebut dengan ewah.
Sebenarnya, sejak awal baju sangkarut memang tidak mempunyai aksesoris apapun, tetapi dengan perkembangan zaman, masyarakat Dayak Ngaju menambahkan aksesoris ikat kepala atau salutup hatue bagi pria dan salutup bawi bagi wanita. Selain itu, ditambahkan pula aksesoris lainnya seperti anting-anting atau suwang, kalung, gelang, hingga tato di beberapa bagian tubuh.
Pembuatan aksesoris tersebut didukung oleh bahan-bahan alami sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat Dayak untuk selalu dekat dengan alam. Bahan yang dipakai tersebut diantaranya kulit kerang, gigi atau taring binatang, dan biji-bijian.
Untuk pewarnaan baju sangkarut pun, masyarakat Dayak Ngaju menggunakan bahan alami seperti tanah kapur, buah rotan, dan kunyit. Dalam pemilihan corak pada pakaian adat ini, suku Dayak Ngaju juga mendapatkan inspirasi dari alam sekitar seperti corak tumbuhan dan hewan.
Mengenai kegunaan dari baju sangkarut, pakaian ini lebih difungsikan dalam beberapa acara adat seperti pernikahan. Namun, ada beberapa juga yang memakai pakaian adat ini sebagai simbol perlindungan dari adanya roh jahat. Meskipun telah dijadikan sebagai ikon pakaian adat daerah Kalimantan Tengah, keberadaan dari baju sangkarut sudah semakin langka, sehingga perlu adanya upaya pelestarian untuk menghindari kepunahan.
Baca juga: 11 Alat Musik Kalimantan Tengah
Baju Pawang
Dari nama pakaian adat Kalimantan Tengah ini sebenarnya sudah mencerminkan fungsinya. Baju pawang difungsikan sebagai baju yang dipakai oleh dukun. Para dukun menggunakan baju ini saat memanjatkan doa memohon perlindungan dari roh jahat, penyakit, ataupun untuk mendatangkan hujan.
Namun, pada masa sekarang, baju pawang tak lagi dipakai untuk keperluan dukun, melainkan lebih diarahkan untuk dipakai pada acara tari-tarian. Bahan dari baju pawang ini adalah serat kayu yang dilengkapi dengan adanya manik-manik dan rumbai benang. Selain hiasan manik-manik dalam pakaian adat ini, terdapat juga corak khas Kalimantan Tengah yang semakin membuat baju pawang jadi lebih berciri khas.
Baju Berantai
Nama pakaian adat Kalimantan Tengah ini juga merupakan pakaian adat milik suku Dayak Ngaju. Sekilas yang terlihat pada gambar pakaian adat Kalimantan Tengah di atas, baju berantai mempunyai tampilan seperti baju perang. Hal itu memang benar adanya dikarenakan baju berantai difungsikan sebagai baju zirah atau baju untuk perang.
Konon, baju berantai ini mendapat pengaruh dari suku Moro, Filipina. Anggapan tersebut dilihat dari proses pembuatan baju berantai dibuat dari potongan besi-besi yang dirangkai menjadi sebuah baju. Dari waktu ke waktu, tampilan baju berantai kemudian dimodifikasi, tetapi dalam modifikasi tersebut dibuat tanpa menghilangkan bentuk dan identitas asli dari baju berantai.
Saat ini, baju berantai memang tak lagi dipergunakan, tapi dari segi fungsi yang begitu kental dengan nilai historis, maka baju berantai tetap dijadikan sebagai salah satu warisan budaya dari Dayak Ngaju.
Meskipun tak lagi digunakan dan hanya disimpan sebagai bentuk warisan budaya, setidaknya perlu upaya untuk tetap mengenalkan pakaian adat Kalimantan Tengah kepada khalayak umum. Sehingga, generasi sekarang ini bisa menambah wawasan pakaian adat daerah di Indonesia.
Baju Tenunan
Masyarakat Kalimantan Tengah pada zaman dulu telah mengenal adanya seni menenun dan membuat kegiatan tersebut untuk menghasilkan pakaian adat tradisional. Salah satu baju yang dihasilkan adalah baju tenunan yang mana merupakan nama pakaian adat Kalimantan Tengah. Dari namanya saja, sebenarnya sudah tercermin jikalau pembuatan pakaian adat ini dibuat dari proses menenun.
Bahan yang dipakai juga berasal dari bahan alami seperti serat kulit nyamu dan serat nanas. Dalam proses menenun itu, ditambahkanlah motif-motif untuk mempercantik tampilan pakaian ini. Beberapa motif tersebut diantaranya adalah motif pemandangan alam, flora, dan fauna. Mengenai kegunaannya, baju tenunan terbilang sangat fleksibel dan lebih banyak dipakai dalam kegiatan sehari-hari.
Baju Upak Nyamu
Sesuai dengan nama pakaian adat Kalimantan Tengah ini, baju upak nyamu merupakan pakaian adat yang dibuat dari kulit kayu nyamu. Kulit nyamu tersebut dibentuk seperti halnya rompi, cawat, dan ewah. Memang dari bahan dan bentuknya yang ada di gambar pakaian adat Kalimantan Tengah di atas, baju upak nyamu ini mirip dengan baju sangkarut. Ada dua jenis baju upak nyamu, yaitu baju rompi dengan lengan serta tanpa lengan.
Sama halnya seperti baju sangkarut, baju upak nyamu juga tergolong langka, oleh karenanya, untuk menghindari kepunahan, harus ada upaya khusus untuk membuat pakaian adat tersebut tetap lestari dan dikenal oleh banyak orang.
Dari beberapa penjelasan pakaian adat Kalimantan Tengah tersebut, diketahui jika pakaian adat dari daerah ini lebih banyak didominasi oleh suku Dayak. Ini dikarenakan populasi dari suku Dayak yang memang mendominasi wilayah tersebut.
Pengaruh dari suku Dayak ini telah membuat pakaian adat tersebut begitu berciri khas dan terkenal akan keunikannya yang menonjolkan bahan-bahan alami. Namun, sayangnya beberapa pakaian adat yang ada sudah jarang ditemukan.
Baca juga: 6 Pakaian Adat Kalimantan Timur
Pemahaman Akhir
Kalimantan Tengah adalah provinsi yang kaya akan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam yang melimpah, termasuk perkebunan kelapa sawit dan karet. Selain itu, provinsi ini juga menyimpan kekayaan budaya dengan berbagai suku yang mendiami wilayahnya, seperti suku Dayak, suku Banjar, suku Melayu, dan suku Jawa.
Pakaian adat Kalimantan Tengah juga mencerminkan keanekaragaman budaya di daerah ini. Beberapa pakaian adat yang unik dan menarik di antaranya adalah “Baju Sangkarut” yang merupakan ikon pakaian adat Kalimantan Tengah. Baju ini terbuat dari kulit kayu nyamu dan digunakan oleh suku Dayak Ngaju. Meskipun sederhana, baju sangkarut memiliki makna dan nilai historis yang kental.
Selanjutnya, ada “Baju Pawang,” yang awalnya digunakan oleh dukun untuk berbagai tujuan spiritual dan kini dipakai dalam acara tari-tarian. Baju pawang terbuat dari serat kayu dengan hiasan manik-manik dan corak khas Kalimantan Tengah.
“Baju Berantai” juga menjadi pakaian adat khas suku Dayak Ngaju dan pada awalnya digunakan sebagai baju zirah atau perang. Saat ini, baju berantai tak lagi digunakan, tetapi tetap dijaga sebagai bagian dari warisan budaya.
“Baju Tenunan” adalah pakaian adat tradisional hasil seni menenun dengan menggunakan serat kulit nyamu dan serat nanas. Pakaian ini memiliki beragam motif, termasuk pemandangan alam, flora, dan fauna.
Terakhir, “Baju Upak Nyamu” merupakan pakaian adat yang mirip dengan baju sangkarut, tetapi terbuat dari kulit kayu nyamu. Pakaian ini juga langka dan perlu dijaga agar tetap lestari.
Pengenalan lebih lanjut tentang pakaian adat Kalimantan Tengah dapat membantu generasi sekarang dan mendatang untuk lebih menghargai dan memahami kekayaan budaya daerah ini. Perlunya upaya pelestarian dan pengenalan lebih luas tentang pakaian adat ini diharapkan dapat mempertahankan keberagaman budaya Kalimantan Tengah untuk masa depan yang lebih baik.
Nah itulah 5 Pakaian adat Kalimantan Tengah, semoga kita dapat terus mempertahankan nilai budaya tersebut.