Orang yang Berbagi Salib dengan Yesus: Sebuah Perjalanan Keagungan dan Penderitaan

Ketika kita membicarakan tentang Yesus dan misi-Nya dalam menyelamatkan umat manusia, sulit untuk tidak memikirkan salah satu peristiwa paling dramatis dalam sejarah manusia: Salib.

Salib, sanskerta Krishnatala, adalah tempat eksekusi publik yang digunakan oleh Romawi pada abad pertama Masehi untuk menghukum para penjahat yang terbukti bersalah. Salah satu peristiwa paling terkenal adalah ketika Yesus disalib bersama dengan dua orang lainnya.

Berdasarkan catatan sejarah, dua orang tersebut adalah orang yang dihukum mati bersama Yesus. Mereka adalah dua penjahat, satu di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri Yesus. Meskipun mereka dijatuhi hukuman yang sama, takdir mereka berbeda setelah maut mereka menjemput di atas kayu salib.

Orang pertama, yang dikenal sebagai “Penjahat yang Menghujat”, menyertai Yesus dalam menghadapi ejekan, cercaan, dan penderitaan. Ia ikut mengerjakan dosa-dosanya yang memang layak dihukum mati. Namun, di saat-saat terakhir hidupnya, terjadi perubahan dalam hatinya. Dalam kesadarannya yang mendalam, ia meminta pengampunan kepada Yesus dan mengakui Dia sebagai Raja. Maka, Yesus memberikan janji yang menakjubkan kepadanya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan-Ku di dalam Firdaus” (Lukas 23:43).

Keputusan orang yang disalib bersama Yesus ini memberikan inspirasi yang besar bagi kita semua. Ia menunjukkan bahwa tidak pernah terlambat untuk mengubah hidup dan menerima anugerah-Nya. Meski dalam saat-saat terakhir, ia masih memiliki kesempatan untuk memilih arah hidup yang benar dan menemukan pengharapan yang sejati.

Di sisi lain, orang kedua yang disalib bersama Yesus memilih jalannya sendiri. Ia terus mempertahankan sikapnya yang mengejek dan meragukan kuasa-Nya, secara terang-terangan menyakitkan hati Yesus. Pada akhirnya, ia harus menerima takdirnya dan mati dalam keadaan yang hampa tanpa pengharapan apapun.

Kisah mereka memberikan kita pelajaran yang berharga. Orang yang berhasil memperoleh anugerah dan kehidupan abadi adalah mereka yang sungguh-sungguh putus asa dari hidup lama dan mengarahkan hidupnya kepada-Nya. Semangat penyertaan dan pengampunan Tuhan adalah datang bagi mereka yang dengan sungguh-sungguh mencari-Nya.

Pada akhirnya, peristiwa Salib menjadi simbol penderitaan, pengampunan, dan pengharapan bagi umat manusia. Yesus sebagai Putra Allah rela disalib untuk menebus dosa-dosa manusia dan menyelamatkan mereka yang mau menerima-Nya. Melalui kisah dua orang yang disalib bersama Yesus, kita diajak untuk merenung dan mempertimbangkan bagaimana kita menghadapi hidup ini dan mengambil pelajaran berharga dari iman mereka yang kuat dalam kehidupan yang sia-sia ini.

Dalam kedalaman penderitaan dan kemegahan Salib, kita menemukan harapan sejati dan kasih yang tak terbayangkan. Mari kita menerimanya dan memilih jalur hidup yang benar, sejalan dengan kasih dan pengampunan Yesus Kristus yang telah dipersembahkan di atas kayu salib. Hanya melalui-Nya kita akan menemukan kehidupan yang benar, pengampunan yang abadi, dan janji kebahagiaan tak terhingga di dalam-Nya.

Yesus dan Jawaban Orang yang Disalib

Dalam kisah Alkitab, terdapat penyaliban Yesus Kristus di Bukit Golgota. Di sekitar Yesus, juga ada dua orang lain yang disalib bersama denganNya. Salah satu dari mereka melemparkan ejekan kepada Yesus, sementara yang lain meminta Yesus untuk mengingatinya di dalam Kerajaan Surga. Apa yang Yesus jawabkan kepada mereka? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita mempelajari dengan lebih rinci mengenai jawaban Yesus kepada kedua orang itu.

1. Tindakan penuh belas kasih Yesus

Saat Yesus disalib, orang-orang yang berada di sekitarnya mencemooh dan menghinanya. Salah satu penyalib bahkan ikut mengejek dan meminta Yesus menyelamatkan diriNya sendiri jika Dia adalah Anak Allah yang Mahakuasa. Namun, yang lain memiliki sikap yang berbeda. Dia berkata kepada sesamanya, “Jangankah engkau takut akan Allah, padahal engkau yang sama-samanya dihukum? Kita memang menerima hukuman yang sesuai dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah” (Lukas 23:40-41).

Dalam jawabannya, orang ini mengakui kesalahannya dan menyadari bahwa Yesus tidak bersalah. Dia mengakui hukuman yang diterimanya sebagai akibat dari perbuatan jahat yang dilakukannya. Dalam keadaan seperti itu, Yesus memberikan tindakan yang penuh dengan belas kasih. Dia berkata kepada penyalib yang percaya itu, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:43).

Dalam kata-kataNya yang penuh kasih dan belas kasih, Yesus menyatakan bahwa orang itu akan mendapatkan tempat di surga bersama denganNya. Melalui tindakan ini, Yesus menunjukkan pengampunan dan anugerahNya yang melimpah bagi mereka yang bertobat dan mengakui kesalahannya. Dia menegaskan pengharapan mereka yang percaya kepadaNya.

2. Yesus yang menderita untuk menyelamatkan manusia

Respons Yesus kepada penyalib yang menjlemaan penuh kesyukuran dan pengharapan akan anugerahNya. Melalui perkataannya, Yesus mengungkapkan kedahsyatan pembangkitan orang berdosa dan mengampuni dosa. KematianNya di kayu salib bukan hanya sebagai hukuman bagi-Nya, tetapi juga sebagai pengorbanan bagi seluruh umat manusia.

Yesus, sebagai Anak Allah yang sempurna dan tanpa dosa, menderita dan mati di salib untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa mereka. Dalam surat Rasul Petrus, dikatakan bahwa “Dia sendiri memikul dosa kita dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran” (1 Petrus 2:24). Jawaban Yesus kepada penyalib yang percaya menunjukkan kekuasaan penyelamatanNya dan bukti akan anugrah yang melimpah dari rahmat Allah bagi orang berdosa.

Pertanyaan Umum (FAQ)

1. Bagaimana sikap orang yang disalib yang percaya kepada Yesus dapat menjadi contoh bagi kita?

Orang yang disalib yang percaya kepada Yesus memberikan contoh kerendahan hati, kesadaran akan kesalahan, dan keyakinan dalam anugerah dan pengampunan Yesus. Mereka mengakui kesalahan mereka dan memohon belas kasih dan pengampunan Yesus. Kita bisa belajar dari sikap rendah hati mereka dan menyadari bahwa kita juga berdosa dan membutuhkan pengampunan dari Tuhan.

2. Bagaimana kematian Yesus di salib mempengaruhi kita secara pribadi?

Kematian Yesus di salib membuka jalan bagi kita untuk menerima pengampunan dosa dan keselamatan. Melalui kematian dan kebangkitanNya, Yesus menawarkan kesempatan kepada kita untuk hidup dalam persekutuan dengan Allah dan menerima hidup yang kekal. KematianNya adalah tindakan kasih dan pengorbanan yang tidak dapat kita nilai dan mempengaruhi hidup kita secara pribadi saat kita menerima anugerah dan bersekutu denganNya.

Kesimpulan

Melalui dialog dengan orang yang disalib yang percaya, Yesus menunjukkan belas kasihNya yang tak terbatas dan kekuasaan penyelamatannya. Dia menawarkan pengampunan dan anugerah kepada siapa pun yang percaya kepadaNya dan bertobat dari dosa mereka. JawabanNya mengingatkan kita tentang kasih Allah yang tidak terbatas dan kekuatan penyelamatanNya. Kita diajak untuk mengikuti contoh sikap rendah hati dan keyakinan dalam kasih dan anugerah Yesus yang diberikan oleh orang yang disalib itu. Mari kita menjadikan kehidupan kita sebagai respons bagi tindakanNya yang penuh belas kasih dan membagikan berita baik tentang keselamatan kepada orang lain.

Apakah Anda siap untuk mempercayai dan mengikuti Yesus hari ini? Jika demikian, marilah kita membangun hubungan yang erat denganNya dan hidup dengan rendah hati, kesadaran dosa, dan keyakinan dalam anugerah dan pengampunanNya. Segera bertobat dan dekati Yesus, maka Anda akan menemukan hidup yang penuh dengan arti, sukacita, dan kemenangan.

Artikel Terbaru

Rani Maulidia S.Pd.

Penulis yang terus berinovasi. Mari kita bersama-sama menjelajahi dunia ilmiah!