Daftar Isi
Sebagai makhluk sosial, salah satu kemampuan yang perlu untuk dimiliki manusia adalah kemampuan sosialisasi. Sosialiasi memiliki peran krusial untuk membantu manusia jadi bagian dari masyarakat. Hal ini pun menjadi bagian dari kajian ilmu sosiologi dan selengkapnya akan dibahas lebih lanjut dalam penjelasan berikut.
Nature dan Nurture
Dalam bukunya yang berjudul “On the Origin of Species,” Charles Darwin menjelaskan bahwa kemampuan adaptasi manusia telah tercetak dalam kode genetik mereka. Ini berarti bahwa kemampuan tersebut diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pemikiran Darwin ini mendorong orang untuk berpikir bahwa banyak tindakan manusia pada dasarnya bersifat alamiah atau bawaan alam.
Sebagai contoh, pandangan umum adalah bahwa laki-laki cenderung lebih rasional, sementara perempuan lebih emosional. Jika kita melihat ini sebagai hasil dari faktor genetik, hal tersebut bisa menjadi berbahaya. Orang-orang yang merasa “lebih baik secara genetik” mungkin akan mencoba untuk mendominasi orang lain yang dianggap “lebih rendah.”
Pandangan ini bisa mengakibatkan laki-laki, misalnya, merasa memiliki alasan untuk melarang perempuan terlibat dalam beberapa aktivitas yang menurut mereka tidak sesuai dengan kualifikasi perempuan. Oleh karena itu, banyak kritik muncul terhadap pandangan ini, terutama dari ilmuwan sosial.
Bagi ilmuwan sosial, meskipun faktor-faktor biologis memainkan peran penting dalam kehidupan manusia, ada juga faktor-faktor sosial yang tak kalah penting. Jika warna rambut dan kulit mungkin ditentukan oleh kode genetik, perilaku dan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh bagaimana keluarga dan lingkungan sosial mendidik individu tersebut.
Konsep ini dikenal sebagai “nurture,” atau pandangan bahwa perilaku manusia tidak hanya dipengaruhi oleh faktor alamiah, tetapi juga dipelajari dari interaksi dengan orang lain dalam masyarakat. Pandangan “nurture” ini menjadi dasar bagi konsep sosialisasi, yang merupakan fokus pembahasan dalam konteks ini.
Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Dalam sosiologi, individu belajar untuk menjadi bagian dari masyarakat melalui sebuah proses bernama sosialisasi. Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh manusia, yaitu berbicara dan berbahasa, merupakan hasil dari proses sosialisasi.
Macionis mendefinisikan sosialisasi sebagai pengalaman sosial sepanjang hidup, yang memungkinkan manusia untuk mengembangkan potensi mereka, serta belajar tentang budaya. Selain mengajarkan individu untuk menjadi bagian dari masyarakat, sosialisasi juga berperan penting dalam membentuk kepribadian seseorang.
George Herbert Mead menyatakan bahwa kepribadian seseorang dibentuk dari pengalaman sosialnya dengan orang lain. Mead menjelaskan proses pembentukan kepribadian individu ini melalui tiga tahap, yaitu play stage, game stage, dan generalized others.
Tahap Pertama: Play Stage
Dalam play stage, seorang anak akan meniru peran significant others, atau orang-orang yang berperan penting dalam proses sosialisasi anak. Karena pada umumnya significant others seorang anak adalah orang tuanya, maka tahap ini biasanya ditandai dengan perilaku anak yang meniru peran kedua orang tuanya, seperti bermain rumah-rumahan.
Tahap Kedua: Game Stage
Pada tahap kedua, game stage, seorang anak sudah tidak lagi meniru, tetapi mulai mempelajari peran orang-orang selain significant others-nya. Saat berada di tahap ini, anak biasanya mulai terlibat dalam kegiatan-kegiatan kelompok seperti bermain bola, petak umpet, baseball, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan pada tahap ini, anak sudah mampu memahami perbedaan peran antara keeper dan striker, pencari dan penjaga, serta pitcher dan catcher.
Tahap Ketiga: Generalized Others
Tahap terakhir, generalized others, adalah saat seorang anak mampu membayangkan bagaimana orang lain melihat dirinya. Pada tahap ini, anak sudah mengerti akan perannya di masyarakat, dan mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya yang berlaku. Anak yang mencapai tahap ini biasanya dianggap “sudah dewasa”.
Agen Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Artinya, individu belajar dari setiap interaksi sosial yang terjadi dalam hidupnya. Bobot pembelajaran ini tentu saja berbeda antara satu interaksi dengan interaksi lainnya. Sebagai contoh, interaksi sosial antara individu dan anggota keluarganya tentu memiliki bobot yang lebih besar dibanding interaksi antara individu tersebut dengan orang asing.
Pihak-pihak yang memiliki peran signifikan dalam proses sosialisasi seorang individu ini disebut sebagai agen sosialisasi. Secara umum, terdapat empat agen sosialisasi utama yang berperan penting dalam proses sosialisasi seorang individu yaitu keluarga, sekolah, teman bermain, dan media massa.
Keluarga
Keluarga merupakan agen sosialisasi yang paling berpengaruh dalam hidup seseorang. Keluarga menyediakan tempat yang aman bagi individu untuk tumbuh dan berkembang. Lewat keluarga, seorang individu belajar tentang bagaimana ia melihat dunia dan dirinya. Keluarga juga mengajarkan anak tentang konsep identitas, seperti suku, agama, ras, gender, serta kelas sosial.
Sekolah
Agen sosialisasi kedua, sekolah memiliki peran yang tidak kalah penting dari keluarga. Melalui sekolah, seorang individu akan dipertemukan dengan individu-individu lain dari latar belakang yang berbeda.
Ketika berada di sekolah, seorang anak akan cenderung mengelompokkan diri ke dalam kelompok-kelompok kecil yang umumnya didasari oleh kesamaan, baik kesamaan ras, agama, suku, gender, maupun kelas sosial. Lewat sekolah, seorang individu akan belajar tentang apa itu kompetisi, dan pentingnya prestasi.
Teman Bermain
Teman bermain, atau yang biasa disebut dengan peer group, adalah kelompok sosial yang anggotanya memiliki ketertarikan, posisi sosial, dan umur yang relatif sama. Teman bermain merupakan tempat bagi seorang anak untuk kabur dari pengawasan orang tua, yang umumnya mereka rasakan di dalam keluarga dan lingkungan sekolah.
Teman bermain menjadi sarana bagi anak untuk mendiskusikan hal-hal yang tidak bisa mereka diskusikan dengan orang tua, seperti selera musik, gaya berpakaian, dan bahkan, seks.
Media Massa
Agen sosialisasi terakhir, media massa, mengacu pada alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan pada khalayak luas seperti televisi, koran, radio, dan internet. Media mengajarkan tentang perbedaan budaya, memancing diskusi politik, serta menampilkan konten-konten yang mendidik. Namun, media juga dapat digunakan sebagai alat propaganda dan penyebar kebencian.
Kesimpulan
Bagi sosiologi, perilaku manusia tidak sepenuhnya didasari oleh insting yang sifatnya alamiah. Perilaku manusia juga turut dipengaruhi oleh lingkungan sosial seperti keluarga, sekolah, teman bermain, serta media massa. Lewat sebuah proses bernama sosialisasi, individu belajar untuk hidup dan menjadi bagian dari masyarakat. Sosialisasi sendiri berlangsung sepanjang hidup manusia.
Oleh karena itu, setiap interaksi sosial yang dialami oleh seorang individu turut mempengaruhi kepribadian individu tersebut, baik dalam porsi yang signifikan, maupun tidak. Hal inilah yang menyebabkan manusia dapat berubah dari waktu ke waktu. Jika manusia merupakan mahkluk yang digerakkan oleh insting semata, tentu saja perubahan perspektif atau cara pandang merupakan hal tidak mungkin.
Seperti itulah penjelasan mengenai sosialisasi yang menjadi kajian penting pula dalam disiplin ilmu sosiologi. Semoga penjelasan di atas bisa memberikan gambaran mengenai bagaimana sosialisasi terjadi di masyarakat serta bagaimana hal tersebut berkaitan dengan pendekatan kepribadian.
Sumber:
Little, W., Vyain, S., Scaramuzzo, G., Cody-Rydzewski, S., Griffiths, H., Strayer, E., & Keirns, N. (2012). Introduction to Sociology. Houston: OpenStax College.
Macionis, J. (2012). Sociology (14th ed.). New York: Pearson.