Yuk Ketahui Dasar-Dasar Intervensi Psikologi

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di ruang lingkup psikologi, diperlukan sebuah upaya intervensi psikologi. Tujuan utamanya adalah untuk mencegah sebuah masalah menjadi lebih rumit dan lebih besar dampaknya. Selain itu, juga dapat meningkatkan perkembangan dan kesejahteraan diri pada pihak-pihak yang bersangkutan. Sebenarnya, apa itu intervensi?

Pengertian dan Definisi Intervensi Psikologi

Pengertian dan Definisi Intervensi Psikologi
Sumber: Michal Jarmoluk dari Pixabay

Secara umum, intervensi adalah campur tangan untuk tujuan dan kondisi yang lebih baik. Nah, jika dikaitkan, intervensi psikologi adalah sebuah upaya dan strategi perubahan terencana dengan memperbaiki fungsi-fungsi psikologis yang tidak sehat. Dengan memperbaiki fungsi-fungsi psikologi yang tidak sehat tersebut, maka akan mempertahankan psychological well being.

Seperti yang kita tahu, ilmu psikologi sangat luas jangkauan dan cakupannya. Mulai dari hal-hal bertema klinis, perkembangan manusia, kesejahteraan sosial, pendidikan, hingga dunia industri dan organisasi. Oleh karena itu, intervensi psikologi juga bermacam-macam wujudnya. Bisa jadi intervensi dalam menangani kesehatan mental, rehabilitasi pasca bencana, dan lain sebagainya.

Pada dunia industri dan organisasi, intervensi psikologi dapat dilakukan untuk membantu organisasi dalam mencapai dan meningkatkan efektivitasnya. Perlu diingat, salah satu poin penting dari intervensi adalah cara atau strategi memberikan bantuan. Diharapkan, pihak-pihak yang diberi perlakuan intervensi psikologi dapat mencapai tahap perkembangannya dengan optimal. Interaksi dalam intervensi ini juga dapat bersifat terapeutik (berkaitan dengan terapi).

Sifat dan Bentuk Intervensi Psikologi

Sifat dan Bentuk Intervensi Psikologi
Sumber: fancycrave1 dari Pixabay

Primer, Sekunder, atau Tersier

Intervensi psikologi primer ditujukan untuk kelompok dengan resiko tinggi. Yaitu intervensi untuk coping terhadap stres, mengurangi stres, hingga pencegahan agar tidak stres. Biasanya, intervensi primer dilakukan oleh ahli dan profesional dalam meminimalisir masalah sosial, psikologis, dan sosial-ekonomi. Dengan harapan, dapat menguatkan dan mendorong individu, keluarga, serta masyarakat untuk mencapai hal yang lebih positif.

Selanjutnya adalah intervensi sekunder, dengan poin utama untuk mengidentifikasi gejala awal terjadinya sebuah masalah. Dengan perlakuan yang tepat, maka dapat mengurangi prevalensi terjadinya masalah. Terakhir adalah intervensi tersier, sebuah usaha untuk mengurangi prevalensi terjadinya masalah sehingga tidak terjadi kembali di waktu yang akan datang.

Preventif, Kuratif, atau Rehabilitatif

Preventif memiliki arti kata mencegah, yaitu menghambat konsekuensi dari sebuah penyakit atau masalah. Bentuk intervensi preventif juga terdiri dari beberapa sifat. Pertama, preventif primer dengan menurunkan atau mencegah gangguan mental pada populasi agar tidak sakit. Kedua, preventif sekunder dengan menghambat prevalensi gangguan mental pada masyarakat. Ketiga, preventif tersier dengan mengurangi tingkat gangguan mental setelah sakit (rehabilitasi).

Baca juga: Pengertian Kepribadian dalam Psikologi

Selanjutnya adalah kuratif, yang berarti melakukan perubahan dari kondisi sakit menuju kondisi yang sehat. Apabila diibaratkan, kuratif adalah bentuk dan proses intervensi dalam menyembuhkan sebuah masalah. Yang terakhir adalah rehabilitatif, yaitu proses menjaga individu yang sudah sembuh agar tidak kambuh dan sakit kembali. Dengan diberikan intervensi rehabilitatif, individu diharapkan menjadi lebih mampu dan sehat.

Konseling Individu, Kelompok, dan Komunitas

Konseling Individu, Kelompok dan Komunitas
Sumber: StockSnap dari Pixabay

Salah satu bentuk intervensi psikologi yang sering sekali dilakukan adalah konseling individu, kelompok, dan komunitas. Konseling dan psikoterapi melibatkan hubungan dan modalitas pribadi di antara konselor atau terapis dengan klien (Capuzzi & Stauffer, 2016).  Oleh karena itu, proses konseling individu dan kelompok harus benar-benar dilakukan oleh ahlinya, dalam hal ini adalah psikolog atau konselor.

Penciptaan kondisi dan situasi yang kondusif juga merupakan hal yang penting saat proses intervensi berlangsung. Kondisi dan situasi yang baik dapat membantu klien lebih nyaman dalam pelaksanaan intervensi berbentuk konseling. Di satu sisi, konselor juga harus meningkatkan kesadaran akan adanya keanekaragaman dan kompleksitas masalah sosial pada proses konseling dan psikoterapi. Termasuk membuka perspektif tentang bentuk intervensi apa yang paling sesuai pada tiap kasus.

Nah, selanjutnya, apa dan bagaimana contoh konseling individu dan kelompok? Konseling individu dilakukan pada kasus-kasus yang hanya dialami oleh satu orang (atau lebih, namun konseling harus dilakukan terpisah). Contohnya adalah depresi, konseling keluarga, dan lain sebagainya. Di sisi lain, konseling kelompok dapat melibatkan lebih dari satu klien dalam waktu yang bersamaan. Misalnya, konseling sekelompok siswa mengenai anti bullying, anti narkoba, dan lain-lain.

Bagaimana dengan konseling komunitas? Ya, komunitas adalah kelompok sosial dari sekumpulan manusia yang umumnya memiliki budaya, ketertarikan, dan habitat yang sama. Tahapan pertama dari konseling komunitas adalah asesmen, yaitu mencari sumber permasalahan. Kedua adalah mendiagnosa, dengan cara menyimpulkan dan menguji dugaan sementara. Setelah menemukan titik temu permasalahan, lalu menentukan tujuan intervensi. Terakhir, memilih berbagai alternatif treatment dengan segala pertimbangan sebagai pilihan intervensi.

Intervensi Rentang Perkembangan Manusia

Intervensi Rentang Perkembangan Manusia
Sumber: Lenka Fortelna dari Pixabay

Sejak lahir hingga dewasa, setiap orang selalu mengalami penyesuaian terhadap diri dan lingkungan. Dalam bidang psikologi perkembangan, intervensi dilakukan karena adanya dampak dari perkembangan manusia beserta proses adaptasinya. Setiap tahapan perkembangan mulai dari lingkup individu, keluarga, kerabat, hingga konteks sosio-historis pasti memiliki faktor resikonya sendiri (Schoon, 2006).

Bentuk preventif dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya keterlambatan dan masalah perkembangan. Kuratif dilakukan untuk meluruskan dan membenarkan keterlambatan dan masalah perkembangan tersebut. Terakhir, rehabilitatif dilakukan untuk mengembalikan orang tersebut ke posisi awal sebelum mengalami hambatan perkembangan. Seperti apa contoh kasusnya?

Pada anak-anak, terdapat resiko mengalami keterlambatan perkembangan seperti speech delay atau keterlambatan berbicara. Sebelum memulai intervensi, psikolog perlu mengetahui lebih lanjut bagaimana speech delay tersebut dapat terjadi. Selanjutnya, mencari tahu siapa yang merujuknya, apakah orang tua, guru, pengasuh, dan orang dewasa lainnya. Dengan demikian, psikolog dapat memberikan intervensi dengan tepat dan optimal.

Intervensi Krisis dan Bencana

Intervensi Krisis dan Bencana
Sumber: Jackson David dari Pixabay

Yup, intervensi psikologi sangat dibutuhkan ketika terjadi krisis maupun bencana. Everstine & Everstine (2006) melihat krisis dan bencana sebagai situasi yang tidak stabil dan perlu dikendalikan. Apabila tidak sesegera mungkin dilakukan intervensi, krisis dan bencana akan berpotensi menjadi keadaan yang lebih darurat lagi.  Lalu, bagaimana proses intervensi krisis dan bencana?

Situasi krisis dan darurat dicirikan dengan resiko yang potensial bagi seseorang untuk bunuh diri atau meninggal dunia. Selain itu, dicirikan dengan bahaya fisik yang dapat menimpa, seperti perilaku psikotik dan manik hingga kekerasan. Termasuk juga perilaku yang tidak bisa dikontrol, seperti bencana alam, perang, serangan teroris, gangguan anoreksia, dan masih banyak lainnya.

Tujuan utama dari intervensi psikologi dalam keadaan yang darurat adalah untuk memastikan keamanan orang-orang di dalamnya. Baik keamanan secara fisik, psikologis, maupun upaya untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Sebagian besar intervensi dalam keadaan darurat juga melibatkan banyak struktur eksternal untuk menghadapinya. Dari segi psikologis, intervensi krisis dan bencana dapat dilakukan dengan melakukan psikoterapi dan konseling bagi para korban.

Intervensi Pendidikan

Intervensi Pendidikan
Sumber: Sasin Tipchai dari Pixabay

Hal lainnya yang sangat membutuhkan bantuan intervensi psikologi adalah lingkup pendidikan. Terkadang, ada jarak antara potensi dan prestasi belajar siswa. Slavin (2016) menuturkan terdapat beberapa learning disorder yang dialami oleh siswa sehingga kesulitan dalam belajar dan meraih prestasi di sekolah. Contohnya adalah autisme, ADHD, gangguan komunikasi, disleksia, diskalkulia, slow learner, gifted, intellectual disability, hingga gangguan pendengaran dan penglihatan.

Apabila menemui kasus-kasus tersebut, maka perlu dilakukan sebuah intervensi. Pada tahap awal, terlebih dahulu dilakukan asesmen berupa observasi dan tes untuk mengetahui intelegensi dan perilaku adaptifnya. Selanjutnya, intervensi dapat dilakukan dalam bentuk konseling dengan guru dan psikolog. Selain konseling, intervensi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan atensi dan mengurangi tingkat hiperaktif anak, serta mengoptimalkan kemampuan (bakat) yang dimiliki.

Baca juga: Ruang Lingkup Psikolog

Pemahaman Akhir

Intervensi psikologi adalah campur tangan yang direncanakan untuk memperbaiki fungsi-fungsi psikologis yang tidak sehat, dengan tujuan utama mencegah masalah menjadi lebih rumit dan berdampak lebih besar. Intervensi psikologi berbagai bentuknya, tergantung pada lingkup permasalahan yang dihadapi. Intervensi dapat berupa tindakan preventif, kuratif, atau rehabilitatif, serta dapat dilakukan dalam bentuk konseling individu, kelompok, atau komunitas.

Intervensi psikologi dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa dimensi. Pertama, berdasarkan tingkat keparahan masalah, terdapat intervensi primer, sekunder, dan tersier. Intervensi primer ditujukan untuk mencegah masalah sebelum terjadi, intervensi sekunder bertujuan mengidentifikasi gejala awal dan mengurangi prevalensi masalah, sedangkan intervensi tersier bertujuan mengurangi tingkat masalah yang telah ada.

Klasifikasi kedua adalah berdasarkan sifat intervensi, yaitu preventif, kuratif, atau rehabilitatif. Intervensi preventif bertujuan mencegah terjadinya masalah, baik secara primer, sekunder, maupun tersier. Intervensi kuratif bertujuan menyembuhkan masalah yang sudah ada, sedangkan intervensi rehabilitatif bertujuan menjaga agar masalah tidak kambuh.

Selanjutnya, intervensi psikologi dapat dilakukan dalam konteks individu, kelompok, atau komunitas. Konseling individu melibatkan satu klien dan seorang konselor atau terapis, sedangkan konseling kelompok melibatkan lebih dari satu klien dalam waktu yang bersamaan. Intervensi dalam bentuk konseling komunitas dilakukan pada tingkat komunitas untuk mengatasi masalah yang mempengaruhi kelompok sosial.

Selain itu, intervensi psikologi juga dapat disesuaikan dengan rentang perkembangan manusia. Intervensi pada anak-anak dilakukan untuk mengatasi keterlambatan dan masalah perkembangan, dengan bentuk preventif, kuratif, atau rehabilitatif. Intervensi juga diperlukan dalam situasi krisis dan bencana, dengan tujuan memastikan keamanan fisik dan psikologis serta mengembalikan kondisi semula. Dalam lingkup pendidikan, intervensi psikologi dapat membantu siswa yang menghadapi kesulitan belajar atau memiliki gangguan khusus dalam belajar.

Secara keseluruhan, intervensi psikologi merupakan upaya yang direncanakan dan terencana untuk mengatasi berbagai masalah psikologis. Melalui intervensi yang tepat, diharapkan masalah dapat dicegah, dikelola, atau disembuhkan, serta meningkatkan perkembangan dan kesejahteraan individu, kelompok, dan komunitas yang terlibat.

Yes, itulah penjelasan lengkap mengenai dasar-dasar intervensi psikologi. Dapat disimpulkan bahwa intervensi memiliki tiga sifat yaitu primer, sekunder, dan tersier, dengan tiga bentuk yaitu preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Poin penting lainnya adalah intervensi psikologi dapat diterapkan pada seluruh bidang, mulai dari klinis, sosial, perkembangan, hingga industri dan organisasi. Terima kasih telah membaca artikel ini sampai selesai.


Sumber:

Capuzzi, D. & Stauffer, M. D. (2016). Counseling and Psychotherapy: Theories and Interventions 6th Edition. Alexandria, VA: American Counseling Association.

Everstine, D. S. & Everstine, L. (2006).  Strategic Interventions for People in Crisis, Trauma, and Disaster. New York: Taylor & Francis Group.

Schoon, I. (2006). Risk and Resilience: Adaptations to Changing Times. Cambridge: Cambridge University Press.

Slavin, R. E. (2006). Educational Psychology 8th Edition. Boston: Pearson Education.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Salma

Lulusan Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada.Mengerjakan skripsi dengan metode kuantitatif.

Komentar

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *