Evolusi: Pengertian, Teori, Asal Usul dan Perkembangan

Banyak teori-teori yang membahas tentang asal-usul makhluk hidup. Ilmu pengetahuan yang dipercaya dari zaman dahulu adalah tentang adanya proses evolusi dalam kehidupan makhluk hidup. Namun, seiring berjalannya waktu konsep evolusi menimbulkan pro dan kontra.

Lalu, bagaimakah teori dan mekanisme evolusi itu? Nah, agar kamu dapat memahami tentang evolusi, yuk simak pembahasan berikut ini.

Pengertian Evolusi

Evolusi adalah proses perubahan yang terjadi pada makhluk hidup secara perlahan-lahan dan memerlukan waktu yang relatif lama.

Baca juga: Proses Pembelahan Sel

Asal-Usul Kehidupan

1. Teori Abiogenesis

Teori abiogenesis menjelaskan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati atau dengan kata lain makhluk hidup ada dengan sendirinya. Oleh karena itu, teori ini dikenal juga dengan teori Generatio Spontanea. Teori abiogenesis pertama kali dicetuskan oleh Aristoteles yang merupakan tokoh ilmu pengetahuan dari Yunani Kuno. Percobaan yang dilakukan oleh Aristoteles adalah tanah yang direndam air akan muncul cacing.

Teori abiogenesis ini didukung oleh seorang ilmuwan Inggris pada tahun 1700 yang bernama Nedham. Percobaan yang dilakukan oleh Nedham adalah merebus kaldu dalam wadah selama beberapa menit kemudian ditutup dengan gabus. Setelah beberapa hari, terdapat bakteri dalam kaldu tersebut. Akhirnya, Nedham berpendapat bahwa bakteri berasal dari kaldu.

Setelah itu, pada abad ke-17 Antonie van Leeuwenhoek berhasil menemukan mikroskop. Dia mencoba mengamati air rendaman jerami dengan menggunakan mikroskop temuannya. Ternyata dia melihat adanya mikroorganisme di dalam air rendaman jerami tersebut.

2. Teori Biogenesis

Teori biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup barasal dari makhluk hidup pula. Tokoh teori biogenesis adalah sebagai berikut.

a. Francesco Redi

Redi melakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa ulat tidak muncul dengan sendirinya pada daging yang membusuk, melainkan berasal dari telur lalat.

Percobaan I (1668)

  1. Redi menggunakan dua kerat daging segar dan dua toples.
  2. Toples I diisi dengan sekerat daging dan ditutup rapat-rapat.
  3. Sedangkan toples II diisi dengan kerat daging dan dibiarkan terbuka.
  4. Setelah beberapa hari, daging pada toples II telah membusuk dan terdapat banyak larva.

Berdasarkan percobaan I yang telah dilakukan, redi menyimpulkan bahwa larva bukan berasal dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari lalat yang masuk kemudian bertelur pada keratan daging dan telur tersebut menetas menjadi larva.

Hasil percobaan tersebut mendapat sanggahan dari para ilmuwan pengikut teori abiogenesis. Mereka menyanggah bahwa pada toples I tidak ada kehidupan karena toples tersebut tidak ada kontak dengan udara (tertutup). Akibatnya, tidak ada daya hidup didalamnya. Akhirnya Redi melakukan percobaan yang kedua.

Percobaan II

  1. Meletakkan daging pada toples tertutup kain kasa sehingga masih terjadi kontak dengan udara, tetapi lalat tidak dapat masuk.
  2. Hasil dari percobaan tersebut yaitu daging membusuk dan ditemukan sedikit larva, dan pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak larva.
Percobaan Francesco Redi
Sumber:pinterest.com

Kesimpulan Redi pada percobaan II adalah larva bukan berasal dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari lalat yang hinggap di kain kasa dan beberapa telur jatuh pada daging.

b. Lazzaro Spallanzani

Pada 1765 Lazzaro Spallanzani melakukan percobaan untuk menyanggah kesimpulan yang dikemukakan oleh Nedham. Lazzaro Spallanzani melakukan percobaan sebagai berikut.

  1. 2 tabung kaldu dipanaskan sehingga semua organisme yang ada di dalam kaldu terbunuh.
  2. Setelah didinginkan kaldu tersebut dibagi menjadi 2, satu tabung dibiarkan terbuka dan satu tabung lagi ditutup.
  3. Ternyata pada tabung yang terbuka terdapat organisme, sedangkan pada tabung yang tertutup tidak terdapat organisme.
Percobaan Lazzaro Spallanzani
Sumber: pinterest.com

c. Louis Pasteur

Louis Pasteur melakukan percobaan menggunakan labu leher angsa.

  1. Kaldu direbus hingga mendidih, kemudian didiamkan.
  2. Setelah beberapa hari, air kaldu tetap jernih dan tidak ditemukan adanya mikroorganisme.
  3. Adanya pipa yang berbentuk seperti leher angsa memungkinkan udara dapat masuk ke dalam tabung, tetapi mikroorganisme udara akan terhambat masuk karena adanya uap air pada pipa leher.
  4. Namun, apabila tabung dimiringkan hingga air kaldu sampai ke permukaan pipa, air kaldu tersebut akan terkontaminasi oleh mikroorganisme udara. Akibatnya setelah beberapa waktu, air kaldu akan keruh karena terdapat mikroorganisme.
Percobaan Louis Pasteur
Sumber: pinterest.com

Berdasarkan hasil percobaan tersebut, tumbanglah teori abiogenesis dan muncul teori biogenesis yang menyatakan hal-hal sebagai berikut.

  1. Omne vivum ex ovo, artinya setiap makhluk hidup berasal dari telur.
  2. Omne vivum ex ovo, artinya setiap telur berasal dari makhluk hidup.
  3. Omne vivum ex ovo, artinya setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga3.

Baca juga: Mengenal Hukum Mendel

3. Teori Kreasi Khas/Teori Penciptaan Khusus

Teori ini menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (gaib) pada saat yang istimewa. Teori ini dikenal dengan nama teori kreasi khas.

4. Teori Kataklisma

Teori ini menyatakan bahwa semua spesies diciptakan sendiri-sendiri dan berlangsung dalam periode-periode, diantara periode yang satu dengan yang lain terjadi bencana yang menghancurkan spesies lama dan memunculkan spesies baru. Pelopor teori ini adalah Cuvier.

5. Teori Kosmozoan

Teori ini menyatakan bahwa protoplasma yang membentuk spora-spora kehidupan adalah awal dari kehidupan yang ada di bumi. Spora kehidupan tersebut berasal dari alam semesta yang mencapai permukaan bumi. Pelopor teori ini adalah Arrhenius.

6. Teori Evolusi Kimia

Teori ini menyatakan bahwa kehidupan berasal dari terbentuknya senyawa-senyawa organik di atmosfer. Senyawa organik tersebut berasal dari adanya gas-gas, seperti metana (CH4), hidrogen (H2), uap air (H2O), dan amonia (NH3) di atmosfer serta bantuan energi dari sinar kosmis dan kilatan halilintar, sehingga dapat terbentuk senyawa organik seperti asam amino.

Senyawa organik tersebut terkumpul dalam sup primordial (sup purba). Melalui sup purba inilah kemungkinan kehidupan paling sederhana muncul. Tokoh teori ini adalah A.I. Oparin, J.B. S. Haldane. Dan teori ini dibuktikan oleh Stanley Miller.

Miller membuat sebuah alat yang meniru keadaan awal bumi sebelum kehidupan terbentuk. Alat percobaan Miller tersusun atas tabung kaca yang dilengkapi dengan kran-kran untuk memasukkan bermacam-macam gas, seperti metana (CH4), hidrogen (H2), uap air (H2O), dan amonia (NH3).

Tabung tersebut dihubungkan dengan listrik 75.000 volt dan dilengkapi dengan dua elektroda yang bertujuan untuk menghasilkan bunga api listrik sebagai pengganti halilintar. Setelah beberapa hari, terjadi perubahan warna pada air penampungan dari rangkaian tabung kaca Miller. Perubahan warna tersebut disebabkan karena adanya asam amino dalam air.

Percobaan Stanley Miller
Sumber: pinterest.com

Asam amino adalah zat organik pembentuk protein. Hal ini membuktikan bahwa zat anorganik dapat membentuk setidaknya zat organik yang terdapat pada makhluk hidup.

7. Teori Evolusi Biologi

Oparin juga menduga bahwa senyawa yang akan terbentuk dari peristiwa evolusi kimia akan jatuh ke laut yang panas. Dalam waktu yang lama, senyawa-senyawa yang ada di lautan akan membentuk senyawa baru yang lebih kompleks, dan memiliki kemampuan untuk menggandakan diri dan membuat senyawa kimia lain untuk mencukupi kebutuhan energi dan makanannya.

Diduga bahwa sel hidup yang pertama menggunakan bahan organik di lautan sebagai pembangun struktur tubuhnya serta pemenuhan kebutuhan energinya, sehingga secara perlahan kadar bahan organik yang ada di lautan akan habis lebih cepat dibandingkan pembentukannya oleh tenaga alam.

Karena molekul organik lenyap dari laut, organisme mulai “belajar” bagaimana membuat biomolekul organiknya sendiri dengan memanfaatkan energi sinar matahari melaui proses fotosintesis untuk membuat gula dan molekul organik lainnya dari CO2 mengikat nitrogen, seperti asam amino.

Sejarah Munculnya Teori Evolusi

Teori evolusi adalah teori yang muncul sebagai salah satu cara untuk mencari tahu asal usul kehidupan atau makhluk hidup. Seiring berjalannya waktu, banyak para ahli yang telah menjelaskan teori evolusi. Berikut akan dijelaskan mengenai teori evolusi, antara lain teori evolusi Lamarck, teori evolusi Darwin, teori Cuvier, teori Weismann, dan teori Herbert Spencer.

1. Teori Evolusi Lamarck

Lamarck menyatakan bahwa evolusi yang terjadi pada makhluk hidup merupakan bentuk respon terhadap perubahan lingkungannya. Oleh karena itu, Lamarck merupakan orang pertama yang menyatakan bahwa makhluk hidup melakukan evolusi.

Berikut terdapat fakta mengenai teori evolusi Lamarck.

a. Pertama, mengenai penemuan fosil yang memperlihatkan bahwa makhluk hidup di masa lampau berbeda dengan yang hidup saat ini.

b. Kedua, teorinya menjelaskan mengapa setiap makhluk hidup memiliki adaptasi yang baik terhadap lingkungannya.

2. Teori Evolusi Darwin

Teori evolusi Darwin dimulai saat ia berlayar ke beberapa tempat. Saat sampai di kepulauan Galapagos, Darwin menemukan kura-kura raksasa dan iguana Galapagos yang mirip kadal, tetapi berenang di air dan memakan rumput laut. Darwin memperlihatkan bahwa terdapat variasi pada hewan tertentu berdasarkan bentuk tubuh dan fungsinya dari pulau ke pulau. Hal tersebut terlihat jelas pada populasi burung Finch.

Teori evolusi Darwin tertuang dalam bukunya yang berjudul “On The Origin of Species by Means of Natural Selection”. Pada buku tersebut, Charles Darwin mengungkapkan teorinya mengenai evolusi. Pokok utama dari teori evolusi Darwin adalah sebagai berikut.

  1. Perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu organisme disebabkan oleh seleksi alam (natural selection).
  2. Yang paling kuat adalah individu yang mampu bertahan hidup (Survival of the fittest). Individu yang bertahan akan mewariskan sifat kepada generasi berikutnya.
  3. Individu akan berusaha keras untuk bertahan hidup (Struggle for existence). Individu yang tidak dapat bertahan akan mati dan terjadi kepunahan, sedangkan yang bertahan akan melanjutkan hidupnya dan bereproduksi.

3. Teori Cuvier

Teori ini dikemukakan oleh George Cuvier. George Cuvier (1769-1832) menyatakan bahwa setiap spesies tercipta secara terpisah. Ia menjelaskan bahwa anak seorang atlet tidak serta merta memiliki otot yang kuat begitu dilahirkan tanpa adanya latihan dan olahraga. Namun, George Cuvier tidak membantah mengenai adanya faktor yang diturunkan dari generasi ke generasi dan ia tidak mengetahui faktor penyebabnya.

4. Teori Weismann

Orang yang mengemukakan teori ini adalah August Weismann (1834-1914). Weismann adalah seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman. Menurut Weismann evolusi terjadi karena adanya seleksi alam terhadap faktor genetis.

5. Teori Herbert Spencer

Herbert Spencer adalah seorang ahli filsafat dari Inggris yang pertama kali menggunakan istilah evolusi. Menurut Spencer, konsep evolusi yang dimaksud adalah berkaitan dengan suatu perkembangan ciri atau sifat dari waktu ke waktu melalui perubahan bertingkat.

Pengertian yang dikemukakan oleh Spencer tersebut menunjukkan terjadinya suatu proses perubahan. Namun demikian, tampak bahwa pengertian yang dimaksud tidak terkait dengan kajian biologi, dan pada perkembangannya istilah tersebut tenggelam bersamaan dengan perkembangan pemikiran para ahli filsafat yang lain.

Baca juga: Enzim dan Metabolisme

Perbandingan Teori Evolusi Lamarck, Weismann, dan Darwin

Hipotesis Tentang Jerapah
Sumber: pinterest.com

Setelah para ahli mengemukakan teori evolusinya masing-masing, ternyata ada yang berbeda pendapat antara satu teori dengan teori lainnya. Seperti halnya perbedaan pendapat antara Lamarck dan Darwin.

Teori Lamarck dan Darwin keduanya menyatakan bahwa evolusi spesies terjadi berangsur-angsur. Tetapi, penyebab dan mekanisme terjadinya perbedaan tersebut dijelaskan secara berbeda oleh kedua teori tersebut. Salah satu contoh evolusi yang terkenal adalah mengenai panjang leher jerapah.

Lamarck berpendapat bahwa panjang leher jerapah terjadi karena aktivitas nenek moyang jerapah pada zamn dahulu. Dahulu leher jerapah tidak panjang tetapi karena makanannya dedaunan pada pohon yang tinggi, jerapah menggapai-gapai hingga lehernya menjadi panjang. Sifat leher ini kemudian diwariskan kepada keturunannya, sehingga semua jerapah memiliki leher yang panjang.

Sedangkan Darwin berpendapat bahwa panjang leher jerapah berbeda-beda karena adanya variasi dalam populasi jerapah. Pada populasi jerapah terdapat sebagian jerapah yang berleher lebih panjang daripada yang lainnya. Ketika makanan jerapah tinggi, jerapah dengan leher pendek tidak dapat bertahan hidup dan akhirnya mati.

Hal tersebut menyisakan jerapah dengan leher panjang yang masih dapat bertahan hidup dan menghasilkan keturunan jerapah yang berleher panjang.

Selain Lamarck dan Darwin, Weismann juga berpendapat bahwa sifat leher panjang atau pendek pada jerapah dikendalikan oleh gen. Gen untuk leher panjang bersifat dominan. Sedangkan, gen untuk leher pendek adalah resesif. Karena jerapah berleher pendek tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan, maka jerapah ini tidak dapat bertahan hidup sehingga mati.

Sejarah Evolusi Manusia

Sebenarnya kera bukanlah nenek moyang manusia, melainkan antara kera dan manusia memiliki cikal bakal yang sama. Proses evolusi manusia terjadi secara bertahap dalam waktu yang sangat lama. Sejarah evolusi manusia dimulai dari primata cikal bakal yang kemudian dalam perkembangannya akan mengalami perubahan dari generasi ke generasi sampai perkembangan yang lebih baik seperti manusia zaman sekarang.

Sejarah evolusi manusia yang berasal dari primata cikal bakal adalah sebagai berikut.

1. Primata

Pada 1871, Charles Darwin menerbitkan bukunya yang berjudul The Descent of Man yang berisi tentang asal usul manusia. Pendapat Darwin tersebut memang berdasarkan pada hubungan kekerabatan antara manusia dengan primata. Sehingga dapat dilihat antara manusia (Hominidae) dan orang utan (Pongidae).

Di antara bentuk persamaan tersebut, dapat dilihat dari struktur tubuhnya antara lain sebagai berikut.

  1. Mata menghadap ke depan.
  2. Memiliki kelenjar susu yang terletak di dada.
  3. Memiliki struktur, jumlah, dan macam kerangka yang sama.
  4. Organ darah mempunyai susunan kimia yang sama.
  5. Bentuk rahim dengan tipe simpleks.

2. Manusia Purba

a. Manusia Kera Afrika Selatan

Raymond Dart (1829-1924) menemukan beberapa fosil manusia kera dari Afrika Selatan antara lain Australopithecus africanus, Paranthropus robustus, dan Plesianthropus transvelensis. Menurut Raymond Dart, manusia kera Afrika Selatan memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut.

  1. Dapat berdiri tegak dan berjalan dengan dua kaki.
  2. Memiliki tinggi badan kurang lebih 1,5 meter.
  3. Memiliki volume otak hanya sekitar 450-600 cm3
  4. Habibat hidup di tempat terbuka.

b. Manusia Kera Afrika Timur

Leakey menemukan fosil manusia kera afrika timur dan diberi nama Australopithecus boisai. Australopithecus boisai memiliki ciri-ciri antara lain berbadan lebih kekar, gigi, dan tulang rahang lebih kuat. Penemuan lain adalah jenis Australopithecus habilis yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Memiliki volume otak yaitu ± 650 cm3  lebih besar dibandingkan manusia kera Afrika Selatan, sehingga intelegensinya lebih tinggi.
  2. Sudah menggunakan alat bantu untuk memotong dari batu.

c. Manusia Jawa

Fosil manusia Jawa ditemukan oleh Eugene Dubois, yang merupakan ahli anatomi dan geologi dari Belanda. Eugene Dubois menemukan fosil tersebut di daerah Trinil, Jawa Timur pada 1894. Pada tempat yang berbeda ditemukan pula manusia Jawa jenis lain. Penemuan ini dilakukan oleh C.R. Von Koenigswald di daerah Mojokerto dan Sangiran. Hasil penemuan Koenigswald tersebut diberi nama Pithecanthropus erectus.

Manusia Jawa yang ditemukan tersebut memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut.

  1. Dapat berdiri dan berjalan dengan dua kaki.
  2. Memiliki volume otak ± 770-1000 cm3
  3. Dapat berkomunikasi dengan berbicara.
  4. Dapat membuat alat berburu dan menggunakan api.

d. Manusia Peking

Penemuan fosil manusia purba dilakukan oleh Davidson Black (Canada) dan Franz Weiden Reich (Amerika) pada 1920. Penemuan manusia purba tersebut berada di Gua Kapur, Peking. Hasil penemuan tersebut deberi nama Sinanthropus pekinensis.

Ciri-ciri manusia Peking tersebut antara lain sebagai berikut.

  1. Memiliki volume otak yang agak besar yaitu ± 900-1200 cm3
  2. Diperkirakan hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu.
  3. Mampu menggunakan senjata dan perkakas dari tulang dan batu.
  4. Sudah menggunakan api.
  5. Mempunyai kebudayaan yang lebih maju.

e. Homo Sapiens

Penemuan Homo sapiens oleh Eugene Dubois yaitu Homo wajakensis yang ditemukan di desa Wajak, Jawa Timur pada 1889. Spesies ini diperkirakan hidup kurang lebih 40.000 tahun.

3. Manusia Modern

Manusia modern memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut.

  1. Memiliki volume otak ± 1400-1500 cm3
  2. Memiliki tinggi badan ± 1,6 m.
  3. Memiliki peradaban yang maju.
  4. Memiliki peralatan yang lebih baik.
  5. Suka berburu.
  6. Sudah terdapat hubungan sosial dan upacara ritual.

Dari penjelasan mengenai berbagai sejarah evolusi manusia tersebut, kamu akan memiliki gambaran tentang perkembangan manusia dari generasi ke generasi.

Bukti Evolusi

Benarkah teori evolusi itu ada? Apakah buktinya jika ada? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut akan dijelaskan mengenai bukti evolusi, yuk simak penjelasannya.

1. Adanya Fosil

Bukti evolusi yang pertama adalah adanya fosil. Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu dan terperangkap di dalamnya. Fosil ini mampu menguak tabir kehidupan pada masa lampau. Kehidupan masa lampau berbeda dengan kehidupan pada masa sekarang. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perbedaan struktur antara tubuh hewan atau tumbuhan yang telah menjadi fosil dengan yang masih ada sekarang.

Fosil-fosil inipun jarang ditemukan dalam keadaan lengkap (utuh), umumnya merupakan suatu bagian atau beberapa bagian tubuh makhluk hidup. Faktor-faktor yang menyebabkan jarang ditemukan fosil dalam keadaan lengkap, yaitu sebagai berikut.

  1. Terjadinya lipatan buatan bumi.
  2. Pengaruh air, angin dan bakteri pembusuk.
  3. Hewan pemakan bangkai.
  4. Jenis organisme, ada organisme yang tidak memungkinkan suatu bagian tubuh organisme menjadi fosil, misalnya amoeba.
  5. Keadaan lingkungan yang tidak memungkinkan suatu bagian tubuh organisme menjadi fosil.

2. Variasi Individu dalam Satu Keturunan

Apakah kalian pernah menemukan ada dua individu yang sama persis? Di dunia ini tidak dijumpai dua individu yang identik sama. Bahkan anak kembar pun pasti mempunyai suatu perbedaan. Jadi terdapat adanya variasi antara individu dalam satu spesies. Hal ini terjadi, karena pengaruh berbagai faktor seperti suhu, tanah, dan makanan.

Seleksi terhadap jenis hewan dan tumbuhan selama bertahun-tahun menghasilkan varian yang jauh berbeda dengan nenek moyangnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa adanya variasi merupakan petunjuk adanya evolusi yang menuju terbentuknya spesies-spesies baru.

3. Analogi dan Homologi

Bukti evolusi dapat ditunjukkan pula dari adanya persamaan organ berbagai organisme. Struktur organ tubuh berbagai organisme tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu analogi dan homologi.

a. Analogi

Analogi adalah organ-organ tubuh yang mempunyai fungsi sama tetapi bentuk asalnya berbeda. Misalnya sayap serangga dengan sayap burung.

b. Homologi

Homologi adalah organ-organ makhluk hidup yang mempunyai bentuk asal (dasar) yang sama, kemudian berubah strukturnya sehingga fungsinya berbeda. Misalnya sayap burung homolog dengan tangan manusia, kaki depan kuda homolog dengan sirip dada ikan paus.

4. Embriologi Perbandingan

Adanya persamaan dan perbedaan dalam perkembangan embrio menjadi individu ini menunjukkan adanya hubungan kekerabatan antara organisme yang dapat menjadi bukti evolusi. Van Baer mengemukakan pendapatnya mengenai hal ini, yaitu sebagai berikut.

  1. Sifat-sifat umum organisme akan muncul terlebih dahulu daripada sifat yang khusus.
  2. Perkembangan sifat dimulai dari yang umum menuju yang khusus.
  3. Binatang yang satu akan memisah secara progresif dari binatang yang lain.
  4. Dalam perkembangannya, hewan-hewan memiliki bentuk embrio yang serupa, namun dewasanya berbeda.

5. Perbandingan Fisiologi

Makhluk hidup mulai dari terendah hingga yang paling tinggi tersusun atas sel. Walaupun jumlah sel dan morfologi setelah dewasa berbeda, namun fisiologi di dalam selnya memiliki kemiripan, seperti berikut ini.

  1. Metabolisme
  2. Respirasi
  3. Sintesis protein
  4. Sintesis ATP dan penggunaannya dalam aktivitas hidup

6. Biogeografi

Penyebaran hewan dan tumbuhan di berbagai daerah merupakan pendukung kuat adanya evolusi. Perjalanan Darwin ke Galapagos telah membuahkan bukti bahwa pada pulau-pulau yang berdekatan ditemukan jenis hewan yang mirip.

Mekanisme Evolusi

Mekanisme evolusi dapat terjadi melalui beberapa faktor sebagai berikut.

1. Seleksi Alam

Dalam mekanisme evolusi, seleksi alam adalah teori yang mempunyai konsep bahwa makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama kelamaan akan punah. Makhluk hidup yang tertinggal hanyalah mereka yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Dan antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya akan saling bersaing untuk dapat tetap bertahan hidup.

2. Mutasi Gen

Mutasi yang terjadi pada sel tubuh tidak akan diwariskan, sementara itu mutasi pada sel kelamin dapat mengakibatkan timbulnya sifat baru yang menguntungkan. Jika sifat baru tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungannya maka akan bertahan hidup dan mewariskan mutasi yang dialaminya kepada keturunannya.

Berdasarkan anggapan bahwa terdapat mutasi yang menguntungkan, munculah teori evolusi baru yaitu teori sintetis modern. Pada intinya teori ini berisi tentang konsep mutasi pada teori seleksi alam Darwin. Oleh karena itu, teori ini juga dikenal sebagai Neodarwinisme (1930-1940).

3. Spesiasi

Mekanisme evolusi yang selanjutnya adalah spesiasi. Spesiasi adalah proses pembentukan spesies baru. Proses pembentukan spesiasi alami dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.

a. Spesiasi Alopatrik

Terjadi karena adanya penghalang fisik seperti sungai, gunung, letak geografis, dan sebagainya. Penghalang ini memisahkan sebuah populasi dari populasi induknya, yang berarti memotong aliran gen antarkedua populasi tersebut.

Contoh dari spesiasi alopatrik adalah hasil evolusi dari populasi burung kutilang (finch) di Kepulauan Galapagos yang terpisah dari populasi induknya di Benua Amerika bagian selatan.

b. Spesiasi Parapatrik

Terjadi pada populasi-populasi yang letaknya berdekatan. Kelompok gen mereka menjadi terpisah oleh variasi lingkungan. Sebagai contoh adalah rumput yang tumbuh di lingkungan toksik akan mengembangkan toleransi terhadap logam berat, yang tidak dipunyai oleh rumput di sebelahnya yang tidak terpolusi.

c. Spesiasi Simpatrik

Spesiasi jenis ini terjadi pada tanaman hasil poliploidi (mutasi buatan). Poliploidi adalah peristiwa penggandaan jumlah kromosom yang melebihi aslinya, misalnya dari 2n menjadi 3n.

4. Migrasi

Migrasi atau perpindahan anggota populasi dapat berlangsung sebagai emigrasi (keluar dari populasi) atau imigrasi (masuk kedalam populasi). Jika perpindahan ini menyebabkan populasi terjebak atau terisolasi oleh kondisi geografis, maka akan menyebabkan terbentuknya keseimbangan genetik baru di tempat tersebut.

Baca juga: Proses Sintesis Protein

Pemahaman Akhir

Evolusi adalah proses perubahan yang terjadi pada makhluk hidup secara perlahan-lahan dan memerlukan waktu yang relatif lama.

Teori evolusi telah menjadi dasar dalam memahami asal-usul kehidupan. Beberapa teori yang pernah diusulkan mencakup teori abiogenesis, teori biogenesis, teori kreasi khas, teori kataklisma, teori kosmozoan, teori evolusi kimia, dan teori evolusi biologi.

Teori abiogenesis dulu percaya bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati, namun telah dibantah oleh teori biogenesis yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup lainnya.

Sejarah evolusi manusia ditelusuri melalui penemuan fosil dan sisa-sisa manusia purba. Berbagai fosil manusia purba seperti Australopithecus, Pithecanthropus erectus, dan Homo sapiens menjadi bukti evolusi manusia dari cikal bakal primata.

Bukti evolusi lainnya termasuk adanya variasi individu dalam satu spesies, persamaan dan perbedaan organisme dalam embriologi dan fisiologi, serta distribusi geografis organisme yang menunjukkan hubungan kekerabatan.

Mekanisme evolusi mencakup seleksi alam, mutasi gen, spesiasi (pembentukan spesies baru), dan migrasi. Seleksi alam menyebabkan makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan cenderung punah, sementara mutasi gen dan spesiasi menghasilkan variasi genetik baru dalam populasi.

Evolusi tetap menjadi topik yang menarik dan terus dikaji oleh ilmuwan dan peneliti untuk lebih memahami kompleksitas proses ini dan mengungkap asal-usul makhluk hidup secara lebih mendalam.

Demikian pembahasan mengenai evolusi, bukti evolusi, beserta mekanisme evolusi. Semoga pembahasan ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan kamu dalam mempelajari Biologi.


Sumber:

Kistinnah, Idun dan Endang Sri Lestari. (2010). BIOLOGI. Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Safitri, Ririn. (2016). BIOLOGI. Surakarta: Mediatama.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Efrina

Saya lulusan S1 Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi Tasikmalaya, angkatan 2014. Saya lulus pada tahun 2018. Saya mulai menulis dari tahun 2016. Artikel yang pernah saya tulis diantaranya tentang budaya, tempat wisata di Indonesia, kuliner, hiburan/entertainment, dsb. Saya tertarik untuk menulis dengan tema pendidikan karena saya ingin berbagi ilmu/memberi wawasan khususnya kepada adik-adik yang sedang menimba ilmu di sekolah, agar lebih semangat lagi belajarnya.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *