Perkembangan teknologi informasi membuat kita semakin tergantung pada mesin pencari seperti Google untuk menemukan informasi yang kita butuhkan. Terlebih lagi, dalam dunia jurnalistik yang kompetitif, peringkat artikel di mesin pencari menjadi sangat penting. Tidak heran jika para penulis artikel di media massa berlomba-lomba untuk memperbaiki SEO mereka.
Tapi, pernahkah Anda membaca koran dan menemukan kesalahan EYD yang membuat kepala Anda tergeleng-geleng? Ya, kesalahan EYD ternyata tidak hanya terjadi pada tulisan online, tetapi juga dalam koran yang terbit setiap hari.
Salah satu contoh kesalahan yang seringkali kita temui adalah penggunaan kata baku yang salah atau bahkan sangat berlebihan. Beberapa media cenderung mengubah kata-kata dalam bahasa Indonesia yang sudah baku menjadi ejaan yang tidak baku. Secara tidak sadar, hal ini dapat merusak tata bahasa yang seharusnya disajikan dalam tulisan jurnalistik yang berkualitas.
Misalnya, ketika semestinya menggunakan kata “menarik” sebagai bentuk kata kerja, beberapa media sering menggunakan kata “narsis” yang sebenarnya berasal dari Bahasa Inggris yaitu “narcissism”. Bukankah lebih baik jika kita tetap menggunakan kata “menarik” yang sudah baku dalam Bahasa Indonesia?
Kesalahan lainnya adalah penggunaan kata-kata atau frasa yang terlalu sok sombong. Mungkin untuk menciptakan kesan yang lebih meriah, beberapa media sering menggunakan kata-kata yang berlebihan dalam artikel mereka. Padahal, semakin sederhana bahasa yang digunakan, semakin mudah pembaca memahami isi artikel tanpa harus berkutat dengan arti kata-kata yang terlalu rumit.
Bukan hanya itu, penulisan kapitalisasi yang salah juga cukup sering terjadi dalam koran-koran kita. Ada media yang menggunakan kapitalisasi yang salah dalam judul artikel atau bahkan pada kata-kata dalam artikelnya. Padahal, penggunaan kapitalisasi yang benar dapat membantu pembaca memahami isi tulisan dengan lebih baik.
Sebagian besar kesalahan EYD di koran mungkin terjadi karena ketidaktelitian dan keterburu-buruan. Dalam upaya memenuhi tenggat waktu yang ketat dan bersaing dengan media lainnya, media massa sering kali melupakan pentingnya aturan EYD yang benar.
Tentu saja, kita tidak bisa menyalahkan para jurnalis sepenuhnya. Kesalahan EYD adalah hal yang manusiawi, terutama ketika mereka merangkap sebagai penulis, editor, dan penyunting. Tetapi, dengan memperhatikan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut, kita dapat membantu meningkatkan kualitas tulisan jurnalistik yang ada.
Jadi, jika Anda ingin menjadi penulis jurnalistik yang profesional dan terampil, jagalah tata bahasa dalam tulisan Anda. Perhatikan penggunaan kata baku, hindari kesan sok sombong, dan pastikan kapitalisasi yang Anda gunakan benar. Dengan begitu, tidak hanya peringkat artikel Anda di mesin pencari yang meningkat, tetapi juga kredibilitas Anda sebagai penulis.
Semoga dengan adanya kesadaran kita akan pentingnya EYD yang benar, kesalahan-kesalahan tersebut dapat dikurangi dan kualitas tulisan jurnalistik di koran kita dapat meningkat.
Contoh Kesalahan EYD pada Koran
Ketepatan menggunakan bahasa yang baik dan benar merupakan hal yang penting dalam menjaga kredibilitas sebuah media massa, termasuk di dalamnya koran. Saat ini, meskipun munculnya berbagai platform media digital, koran masih menjadi salah satu sumber informasi yang dipercaya oleh masyarakat. Namun, tak jarang kita menemui kesalahan dalam penggunaan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) dalam artikel atau berita yang terdapat di koran.