Contoh Kalimat Peyorasi Serta Keterangannya

Apakah kamu sudah mengetahui kalimat peyorasi? Atau justru kamu masih asing dengan kalimat peyorasi? Tanpa disadari, kamu juga pasti sering menemukan seseorang yang menggunakan kalimat tersebut. Contohnya ketika ada yang berbicara dan memilih kata ‘mati’ dibandingkan ‘meninggal’, sesungguhnya hal tersebut adalah peyorasi, lho. Bagaimana bisa?

Lalu, apa sih sebenarnya peyorasi tersebut? Apa hubungannya dengan pelajaran bahasa Indonesia? Seperti apa contoh lengkapnya? Temukan jawabannya dalam artikel ini, ya. Selamat membaca!

Pengertian Peyorasi

Pengertian Peyorasi
Sumber foto: StockSnap dari Pixabay

Dalam bahasa Indonesia ada istilah yang dinamakan perubahan dan pergeseran makna kata. Nah, salah satu penyebab terjadinya hal tersebut dikarenakan adanya perkembangan bahasa ataupun perkembangan pemikiran dari para pengguna bahasa. Ada enam jenis pergeseran makna, yaitu generalisasi, spesialisasi, ameliorasi, peyorasi, sinestasia, dan asosiasi. Pada artikel ini, kita akan membahas secara khusus tentang peyorasi.

Peyorasi adalah pergeseran atau perubahan makna menjadi lebih buruk atau lebih rendah daripada makna asal. Sehingga, dapat dikatakan bahwa peyorasi adalah makna kata yang berguna untuk membuat kasar sebuah makna.

Makna peyorasi adalah kebalikan dari makna ameliorasi yang memiliki fungsi untuk memperhalus makna. Maka dari itu, terkadang kalimat dengan makna peyorasi seringkali digunakan untuk merendahkan sesuatu.

Baca juga: Contoh Makna Kata

Contoh Kalimat Peyorasi

Contoh Kalimat Peyorasi
Sumber foto: Pexels dari Pixabay
  1. Sejak bercerai dia sudah minggat dari rumah suaminya (Kata ‘minggat’ merupakan peyorasi dari kata ‘pergi’).
  2. Menjadi jomblo memang menyenangkan karena bebas, tetapi juga kesepian (Kata ‘jomblo’ adalah peyorasi atau memiliki makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘tunasmara’).
  3. Percuma kerja kalau cuma jadi babu di rumah orang (Kata ‘babu’ adalah peyorasi dari kata ‘asisten rumah tangga’).
  4. Kasian Meli, dia bunting tapi suaminya jauh di Jakarta (Kata ‘bunting’ adalah peyorasi atau makna yang lebih kasar dibandingkan dengan kata ‘hamil’).
  5. Makanya cari laki yang bener, biar bisa membangun rumah tangga (Kata ‘laki’ merupakan peyorasi atau memiliki makna yang lebih kasar dibandingkan dengan kata ‘suami’).
  6. Karena mencuri ayam, Dono masuk penjara 3 tahun (Kata ‘penjara’ merupakan peyorasi atau memiliki makna yang lebih kasar dengan kata ‘lembaga pemasyarakatan’.
  7. Pukul 9, Bu Siti beranak di Bidan Eka (Kata ‘beranak’ adalah peyorasi atau makna yang lebih kasar dibandingkan dengan kata ‘melahirkan’).
  8. Di sepanjang jalan Gatsu banyak gelandangan yang meminta-minta (Kata ‘gelandangan’ merupakan peyorasi atau memiliki makna yang lebih kasar dengan kata ‘tunawisma’).
  9. Harus diadakan training pelayan toko agar mereka sopan dan santun kepada pembeli (Kata ‘pelayan toko’ merupakan peyorasi atau memiliki makna yang lebih kasar dengan kata ‘pramuniaga’).
  10. Ambil saja bekas pacarku, karena dia selingkuh! (Kata ‘bekas’ tersebut memiliki peyorasi atau makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘mantan’).
  11. Karena tidak disetujui keluarga, Rana dan Ridwan memilih kawin lari (Kata ‘kawin’ tersebut memiliki peyorasi atau makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘nikah’).
  12. Penampilan perempuan itu sangat aneh (Kata ‘perempuan’ tersebut memiliki peyorasi atau makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘wanita).
  13. Kalau sudah menjadi bini orang itu harus bisa menjadi ibu rumah tangga (Kata ‘bini’ merupakan peyorasi atau memiliki makna yang lebih kasar dengan kata ‘istri’).
  14. Di perempatan lampu merah, banyak banci yang sedang bernyanyi (Kata ‘banci’ adalah peyorasi atau memiliki makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘waria’).
  15. Joko diseret polisi karena mencuri ayam Bu Mina (Kata ‘diseret’ tersebut memiliki peyorasi atau makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘ditangkap’).
  16. Kelakuan si Markinah memang sudah kayak gitu dari orok, jadi wajar saja (Kata ‘orok dalam kalimat tersebut memiliki peyorasi lebih kasar dibandingkan kata ‘bayi’).
  17. Saat pandemi seperti ini, Hasna terpaksa harus menjadi pengangguran (Kata ‘pengangguran’ tersebut memiliki peyorasi atau makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘tunakarya’).
  18. Semakin hari, kehidupan ini makin melarat (Kata ‘melarat’ adalah peyorasi atau memiliki makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘sengsara’).
  19. Perusahaan tekstik tempat Wati kerja sudah bangkrut sejak dua bulan lalu (Kata ‘bangkrut’ adalah peyorasi atau memiliki makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘gulung tikar’).
  20. Dasar bocah gak tau diuntung! (Kata ‘bocah’ dalam kalimat tersebut memiliki peyorasi atau makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘anak’).
  21. Selalu hati-hati di jalanan sepi karena ada gerombolan begal (Kata ‘gerombolan’ tersebut memiliki peyorasi atau makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘kawanan’).
  22. Sejumlah pelacur direhabilitasi di Komnas Perempuan (Kata ‘pelacur’ adalah peyorasi atau memiliki makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘Pekerja Seks Komersial/PSK’).
  23. Karena banyak kesalahan, pejabat desa itu ditendang dari jabatannya (Kata ‘ditendang’ adalah peyorasi atau memiliki makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘dikeluarkan’).
  24. KPK secara resmi akan memenjarakan para tikus yang memakan uang rakyat (Kata ‘tikus’ dalam kalimat tersebut memiliki peyorasi atau makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘koruptor’).
  25. Karena dari kampung gaya berpakaian Rini sangat norak (Kata ‘kampung’ dalam kalimat tersebut memiliki peyorasi atau makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘desa’).
  26. Tingkat buta huruf di desa Anyarsari sangat tinggi karena tidak ada yang bersekolah (Kata ‘buta huruf’ dalam kalimat tersebut memiliki peyorasi atau makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘tuna aksara’).
  27. Karena salah makan, dia sering bolak-balik ke jamban (Kata ‘jamban’ adalah peyorasi atau memiliki makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘toilet/WC’).
  28. Sangat disayangkan kaki Andi menjadi pincang, karena jatuh dari motor (Kata ‘pincang’ adalah makna peyorasi atau memiliki makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘tunadaksa’).
  29. Menjadi laki-laki harus kuat dan tahan banting (Kata ‘laki-laki’ adalah peyorasi atau memiliki makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘pria’).
  30. Sejak hidupnya hancur karena berbagai masalah, ia menjadi gila (Kata ‘gila’ adalah makna peyorasi atau memiliki makna yang lebih kasar dibandingkan kata ‘hilang akal’).

Baca juga: Contoh Paragraf Analogi

Pemahaman Akhir

Peyorasi adalah salah satu jenis perubahan makna kata dalam bahasa Indonesia, di mana makna asal kata tersebut berubah menjadi lebih buruk atau lebih rendah dari makna semula. Hal ini bisa menyebabkan kata tersebut digunakan untuk merendahkan atau menyatakan sesuatu dengan kasar. Peyorasi memiliki peran penting dalam bahasa, karena dengan adanya perubahan makna ini, pengguna bahasa dapat mengekspresikan nuansa yang lebih tajam atau emosional dalam komunikasi mereka.

Contoh-contoh peyorasi dapat ditemukan dalam kalimat-kalimat seperti “beranak” (peyorasi dari “melahirkan”), “pengangguran” (peyorasi dari “tunakarya”), “pincang” (peyorasi dari “tunadaksa”), dan masih banyak lagi. Penting bagi kita sebagai pengguna bahasa untuk memahami makna dan konotasi yang terkandung dalam kata-kata yang kita gunakan, sehingga komunikasi yang kita sampaikan dapat lebih tepat dan tidak menyinggung perasaan orang lain.

Pemahaman tentang peyorasi dan jenis-jenis perubahan makna kata lainnya akan membantu siswa untuk lebih peka terhadap nuansa dan arti kata yang digunakan dalam berbagai konteks. Selain itu, pemahaman ini juga akan membantu siswa untuk lebih memahami dan menghargai keberagaman bahasa serta penggunaannya dalam berkomunikasi dengan baik dan benar.

Begitulah pengertian dan contoh lengkap serta penjelasan dari kalimat peyorasi. Sekarang, kamu sudah memahaminya bukan? Bahasa Indonesia memiliki keanekaragaman bahasa yang khas, salah satunya ialah pergeseran makna tersebut. Semangat terus belajar bahasa Indonesia, ya!


Referensi:

Rohmayati, Maya dan Shinta Linniasari. 2016. Buku Siswa Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Depok: CV Arya Duta

Artikel Terbaru

Avatar photo

Zia

Bekerja sebagai buruh tulis dalam bidang pendidikan, penulisan kreatif, dan teknologi

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *