Bagi kamu yang pernah atau bahkan sering menonton debat, pernahkan kamu mengamati mengenai kaidah kebahasaan yang digunakan dalam debat tersebut? Secara umum, bahasa yang digunakan termasuk dalam bahasa baku. Hal tersebut ditujukan karena debat merupakan bentuk adu argumen yang bersifat formal dan pendapat yang diberikan harus berdasar (logis dan bersifat analitik).
Debat sebagai sebuah kegiatan yang bersifat formal, mempunyai kaidah kebahasaan yang bersifat baku dan ilmiah. Sehingga, dalam pembuatan teks debat juga harus disesuaikan dengan kaidah bahasa debat yang disarankan.
Penggunaan bahasa baku dan ilmiah tersebut ditujukan supaya pesan-pesan serta argumen yang disampaikan tidak disalah pahami atau menghindari adanya salah tafsir. Disamping itu, penggunaan bahasa yang baku juga bisa membantu pertukaran argumen yang bersifat intelek. Nah, secara lengkapnya, yuk simak ciri-ciri bahasa yang digunakan.
Daftar Isi
Sesuai dengan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia
Mengingat bahasa yang dipakai dalam debat harus bahasa yang formal, maka penggunaan bahasa yang digunakan juga harus sesuai dengan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). Sesuai dengan kaidah EBI disini berhubungan dengan penggunaan tanda baca, pembentukan dan pemilihan kata, frasa, klausa, dan kalimat. Sehingga, kamu juga harus memperhatikan hal tersebut ketika menyusunnya.
Menggunakan Kalimat-Kalimat yang Kompleks
Kalimat kompleks merupakan nama lain dari kalimat majemuk. Disebut sebagai kalimat kompleks dikarenakan jenis kalimat ini memuat lebih dai satu kalimat dasar. Kemudian, penggunaan kalimat ini juga ditandai dengan penggunaan konjungsi atau kata penghubung seperti dan, serta, lagipula, lalu, lantas, kemudian, atau, melainkan, dan lain sebagainya.
Kalimat kompleks juga mengandung lebih dari satu verba utama, unsur inti, dan satu klausa. Contohnya adalah: “Meskipun belajar online menjadi solusi metode pembelajaran di masa pandemi, tetapi pelaksanaannya masih dianggap kurang efektif dan efisien.”
Kalimat Mengandung Fakta dan Harus Sistematis
Selain sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan yang tepat, teks juga harus memuat fakta. Tidak lupa, kalimat yang disampaikan juga harus diterima nalar atau logis, dengan begitu bisa dipahami oleh kelompok lain dan para pendengar debat. Lebih baik lagi jika kalimat mempunyai konten padat, runtun, dan sistematis.
Kalimat Mengandung Makna Denotatif
Ciri berikutnya adalah penggunaan kalimat yang menggunakan makna denotatif atau denotasi. Makna denotatif adalah kata yang memiliki makna sebenarnya dan bukan makna kiasan.
Dalam kata lain, kalimat dengan makna denotatif adalah kalimat yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari karena lebih sering digunakan dibandingkan dengan kalimat yang bermakna konotasi (kiasan). Ciri lain dari kalimat dengan makna denotasi biasanya makna katanya merupakan hasil dari observasi sehingga juga berdasarkan dengan fakta yang ada.
Menggunakan Kalimat Definisi dan Kata Ganti Orang
Salah satu ciri yang tak boleh dilupakan adalah penggunaan kalimat definisi. Penggunaan kalimat ini bertujuan untuk menjabarkan mengenai suatu pengertian, penjelasan, maupun konsep tentang suatu hal. Contohnya seperti penggunaan kata ‘yakni’, ‘adalah’, ‘yaitu, ‘merupakan’, dan lain sebagainya.
Adanya penjabaran menggunakan kalimat definisi tersebut juga digunakan untuk mendukung argumen yang kamu sampaikan. Sehingga, argumen bisa lebih berdasar dan terdapat rujukannya. Selain itu, dalam pembuatannya juga harus menggunakan kata ganti orang yang digunakan untuk mengganti sebutan terhadap nama orang. Misalnya dengan menggunakan ‘Anda’, ‘mereka’, dan ‘saya’.
Pemahaman Akhir
Dalam debat, penggunaan bahasa baku dan ilmiah sangat penting karena debat merupakan bentuk adu argumen yang bersifat formal dan logis. Bahasa yang digunakan dalam debat harus sesuai dengan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) untuk menghindari kesalahan dalam penulisan dan komunikasi yang tidak efektif.
Selain itu, bahasa yang digunakan dalam debat juga harus menggunakan kalimat-kalimat yang kompleks, mengandung fakta, dan sistematis agar dapat diterima nalar dan dipahami oleh kelompok lain serta para pendengar debat. Penggunaan kalimat dengan makna denotatif juga diperlukan, karena kalimat denotatif memiliki makna yang sebenarnya dan berdasarkan fakta.
Dalam penyusunan argumen dalam debat, kalimat definisi juga harus digunakan untuk memberikan penjelasan dan konsep yang lebih jelas. Selain itu, penggunaan kata ganti orang juga diperlukan untuk mengganti sebutan nama orang dan membuat argumen lebih terfokus.
Dengan memperhatikan ciri-ciri bahasa yang digunakan dalam debat, pesan-pesan dan argumen yang disampaikan dapat lebih jelas, logis, dan efektif dalam mempengaruhi pendengar dan pihak lain yang terlibat dalam debat.
Itulah penjelasan untuk kaidah kebahasaan teks debat yang umumnya digunakan. Untuk memperjelas penjelesan di atas, kamu juga bisa menyimak contoh teks debat dengan berbagai tema yang ada di tambahpinter.com. Dengan memahami contohnya, nantinya kamu pun akan lebih mudah untuk menyesuaikan penggunaan kaidah kebahasaannya, selamat membuat!