5 Artikel Ilmiah Kesehatan, Yuk Simak!

Untuk kamu pelajar tentunya sudah tidak asing lagi dengan artikel ilmiah. Tentu artikel ini sering sekali kamu temui. Buat kamu yang masih kebingungan dalam membuat artikel ilmiah kesehatan berikut terdapat 5 contoh artikel ilmiah kesehatan.

Bahaya Obesitas Anak dan Cara Mengatasinya

Bahaya Obesitas Anak dan Cara Mengatasinya
Sumber : Bruno /Germany from Pixabay

Zaman dahulu sudah banyak terjadi penyakit infeksi yang menyerang banyak orang di berbagai negara. Penyakit infeksi tersebut baik yang ditularkan oleh hewan maupun oleh sesama manusia.

Namun, saat ini tidak hanya terjadi penyakit infeksi, tetapi juga penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif. Penyakit tidak menular antara lain diabetes mellitus (kencing manis), hipertensi (tekanan darah tinggi), berbagai jenis kanker, stroke, gagal ginjal, penyakit jantung, dan obesitas.

Negara Indonesia saat ini menghadapi beberapa masalah gizi yaitu kurang gizi, stunting, dan obesitas. Obesitas dapat diartikan sebagai adanya penumpukan lemak berlebihan di dalam tubuh dan bisa mengganggu kesehatan tubuh.

Hal ini dikarenakan oleh adanya energi yang keluar dengan asupan makanan yang masuk itu tidak seimbang, Obesitas tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga terjadi pada anak usia sekolah dasar.

Baca juga: Contoh Artikel Ilmiah

Penyebab Anak Obesitas

Ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi obesitas pada anak. Faktor tersebut antara lain kelebihan asupan makan, kurangnya konsumsi makanan yang berserat, kurangnya beraktivitas fisik, kebiasaan jajan makanan dan minuman yang tidak sehat, dan pendapatan orang tua yang mempengaruhi kebiasaan jajan anak.

Peran orang tua berpengaruh pada proses pemilihan makanan untuk anak dan mempengaruhi asupan energi dan gizi anak dari makanan dan minuman yang dikonsumsi.

Orang tua yang tidak atau jarang memperkenalkan makanan sayur dan buah kepada anaknya sejak kecil, pemasakan makanan, dan jajan makanan atau minuman yang cenderung tinggi kalori menjadi salah satu faktor anak menjadi obesitas.

Pola makan penyebab obesitas karena asupan makanan atau minuman yang berlebihan karena mengandung tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi gula, rendah serat, sering konsumsi junk food, makanan manis, dan minuman manis.

Penghasilan orang tua yang tingkat ekonominya menengah ke atas cenderung membuat anak menjadi lebih bebas memakan makanan apapun. Hal ini berarti tingkat ekonomi juga mempengaruhi terjadinya obesitas pada anak.

Aktivitas fisik yang kurang pun berpengaruh pada peningkatan berat badan berlebih pada anak. Saat ini anak-anak cenderung jarang bergerak karena kegiatannya lebih banyak duduk atau minim menggerakan seluruh tubuh, seperti saat belajar, sekolah di kelas, les di kelas, bermain game, tidak diajak berolahraga, tidak bermain yang menggunakan gerakan fisik, menonton televisi, bermain gadget, membaca komik, dan lain-lain.

Selain itu, faktor penggunaan kendaraan pun ada hubungannya dengan peningkatan berat badan anak. Anak yang tidak terbiasa untuk jalan kaki atau bergerak misalnya saat berangkat dan pulang sekolah, maka anak-anak lebih berisiko obesitas dikarenakan lebih sering diantarkan dan dijemput saat sekolah menggunakan kendaraan seperti motor dan mobil.

Kebiasaan tersebut tidak diimbangi dengan aktivitas fisik di rumah maupun di luar rumah seperti misalnya ikut kegiatan organisasi dan ekstra kurikuler di sekolah, serta tidak menjaga asupan makan tetap bergizi seimbang dan kalori yang cukup.

Bahaya Obesitas pada Anak

Terjadinya penyimpangan tumbuh kembang dapat terjadi jika anak tidak mendapat asupan gizi yang sesuai dan cukup, seperti melemahnya sistem kekebalan tubuh, kurang asupan zat gizi, dan kegemukan atau obesitas. Anak yang memiliki berat badan berlebih akan lebih berisiko mengalami kematian dini, kecacatan, dan terkena penyakit saat mereka berusia dewasa.

Obesitas pada anak menjadi faktor risiko munculnya sindrom metabolik, gangguan pembuluh darah, penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi atau hipertensi, stroke, gagal ginjal, kadar kolesterol darah tinggi, kadar glukosa (gula) darah tinggi, kadar asam urat dalam darah tinggi, sleep apnea, masalah pada harga dirinya atau merasa rendah diri, masalah pada tulang, gangguan organ pankreas, gangguan kandung empedu, tiroid, serviks, prostat, dan berbagai jenis kanker.

Cara Anak Supaya Tidak Obesitas

Ada beberapa cara untuk anak menjadi menurun berat badannya dan sudah tidak lagi berstatus gizi kegemukan atau obesitas. Beberapa diantaranya yaitu melakukan aktivitas fisik.

Aktivitas fisik diartikan sebagai kegiatan menggerakan seluruh anggota tubuh yang bisa membuat tubuh membakar atau memetabolisme lemak dan mengeluarkannya menjadi energi.

Semakin banyak beraktivitas fisik, maka semakin besar juga energi dan pembakaran lemak yang dikeluarkan. Hal ini berarti semakin membantu anak kegemukan atau obesitas menurunkan berat badan menjadi status gizi normal. Anak yang beraktivitas fisik kurang dari 30 menit lebih berisiko mengalami obesitas.

Sehingga anak perlu dimotivasi untuk lebih banyak melakukan aktivitas fisik. Beri motivasi pada anak atau temani anak untuk banyak bergerak di dalam rumah maupun di luar rumah. Misalnya bermain sepak bola, bola basket, bersepeda, berenang, voli, bulutangkis, berlari, bermain layang-layang, menari, bermain kasti, senam, pencak silat, dan tenis meja.

Dianjurkan anak untuk bergerak fisik atau beraktivitas fisik paling sebentar adalah satu jam setiap harinya.

Pendidikan gizi pun juga dapat dilakukan untuk mengurangi risiko anak mengalami obesitas. Apalagi usia anak-anak adalah masa-masa anak masih dapat dibentuk pemikiran dan sikapnya, sehingga dapat diarahkan untuk mendapatkan pengetahuan yang baik dan benar.

Pendidikan gizi dapat diberikan kepada anak usia sekolah dasar untuk meningkatkan pengetahuan gizi, memutuskan memilih makanan dan minuman yang baik, dan menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Karena umumnya anak-anak jika tidak diberi pengetahuan gizi dengan baik, maka mereka menjadi dapat memiliki kebiasaan untuk salah memilih makanan, jajan makanan atau minuman yang kurang sehat karena juga bisa terpengaruh dari teman-temannya.

Selain itu, dengan adanya kemudahan orang tua memberi uang saku pada anak tanpa menyiapkan makanan untuk anak, maka anak dapat membeli makanan dan minuman apaun tanpa pengawasan orang tua.

Orang tua pun dianjurkan untuk membawakan anak bekal makanan dengan komposisi makanan yang lebih sehat yaitu terdiri dari sumber karbohidrat, protein hewani atau nabati, sayuran dan/atau buah, dan mengutamakan masakan yang ditumis, dikukus, direbus, atau menggunakan minyak lebih sedikit.

Akan lebih baik lagi jika orang tua mengenalkan kebiasaan makan sehat sejak anak masih kecil. Orang tua dapat memilihkan, membuatkan, atau menyediakan sumber bahan makanan yang lebih bervariasi, sering memperkenalkan berbagai macam sayur dan buah, mengenalkan berbagai macam lauk hewani dan nabati, dan memberikan kenyamanan anak untuk makan dengan aman dan nyaman sejak dini.

Selain itu, orang tua perlu membiasakan anak untuk meminum air putih dibandingkan dengan minum minuman manis. Meminimalisir memberikan anak makanan cepat saji seperti makanan kaleng, sosis, bakso, kornet daging, nugget, ataupun makanan camilan tinggi natrium dan tinggi lemak.

Dianjurkan untuk membiasakan pola makan dalam keluarga konsumsi makanan dan minuman alami. Semakin alami suatu makanan dan minuman yang dikonsumsi, maka semakin sehat pula hasil didapatkan oleh tubuh. Semakin sering kita beraktivitas fisik setiap harinya, maka semakin kecil risiko terkena penyakit infeksi dan penyakit tidak menular atau degeneratif. Jadi, jangan lupa untuk menjaga berat badan anak ya!

Manajemen Bencana: Peran Tenaga Kesehatan

Indonesia menjadi salah satu negara yang paling berisiko terjadinya bencana. Bencana yang cukup sering terjadi di Indonesia yaitu banjir, gunung meletus, gempa, tanah longsor, tsunami, dan angin topan.

Sehingga tenaga kesehatan pun sangat dibutuhkan dalam memanajemen bencana. Tujuan dari penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah berfokus pada menyelamatkan banyak nyawa.

Sebelum tenaga kesehatan berkecimpung dalam bidang kebencanaan, perlu untuk mengubah paradigma terlebih dahulu. Ada dua paradigma yang harus kita pahami, yaitu paradigma lama dan paradigma baru.

Paradigma lama hanya fokus pada tanggap darurat yang membuat sikap reaktif atau responsif, serta hanya terpusat dan mengandalkan pemerintah. Sedangkan paradigma baru fokusnya untuk mengurangi risiko bencana, jadi harus proaktif atau mencegah, terdesentralisasi, dan seluruh yang berkepentingan harus ikut berperan dalam pencegahan dan penanggulangan bencana, baik oleh lembaga, komunitas, maupun seluruh lapisan masyarakat dapat saling membantu.

Saat sebelum bencana, tenaga kesehatan bisa berkontribusi untuk menyusun rencana kontigensi yang mana ini merupakan rencana pencegahan bencana.  Sedangkan saat terjadi bencana maka lingkungan sekitar wilayah yang terkena bencana, bangunan, akses transportasi, akses layanan kesehatan, atau pengungsian menjadi masalah yang harus diperhatikan oleh semua sektor termasuk juga tenaga kesehatan.

Sehingga tenaga kesehatan perlu memastikan dapat tercipatnya suasana dan lingkungan yang sehat, serta mencegah korban bencana menjadi sakit atau membantu korban bencana meningkatkan status kesehatannya.

Tahapan Manajemen Bencana

Ada tiga tahap manajemen bencana yaitu tahap pra-bencana, tahap tanggap darurat, dan tahap pasca bencana. Pada tahap pra bencana untuk mengidentifikasi wilayah yang rawan bencana untuk direkontruksi.

Tahap pra bencana terdiri dari tahap pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan. Tahap pencegahan dan mitigasi bertujuan mengurangi resiko bencana. Beberapa upayanya antara lain melakukan modifikasi lingkungan fisik, perbaikan, dan peningkatan kesadaran akan terjadinya ancaman bencana.

Selain itu, bisa juga dibangun bangunan anti bencana, dan memberikan penyuluhan atau pelatihan menghadapi bencana. Pada tahap kesiapsiagaan dilakukan saat sudah ada tanda-tanda akan terjadi bencana. Masyarakat setempat sudah perlu bersiap-siap untuk menghadapinya.

Pada tahap ini bisa dibuatkan rencana kontigensi yang mana dapat dilaksanakan jika memang terjadi bencana. Rencana ini bisa berisi identifikasi daerah rawan bencana, cara-cara pencarian, penyelamatan korban, evakuasi korban, langkah kesiapan sebelum terjadi bencana supaya tidak memakan banyak korban, penyediaan layanan, meminimalisir gangguan layanan dan kerusakan.

Jika sudah terjadi bencana, maka memasuki tahap kedua yaitu tahap tanggap darurat. Himbauan pada tahap ini yaitu perlu menyelamatkan diri dahulu baru orang terdekat, usahakan tenang, menjauh dari pusat bencana, tidak perlu membawa barang apapun saat terjadi bencana, dan tetap melindungi diri dari benda yang bisa melukai.

Pada tahap pasca bencana bisa dilakukan rekonstruksi dan rehabilitasi. Hal ini untuk memperbaiki bangunan, infrakstruktur, atau fasilitas yang rusak akibat bencana. Dapat juga dilakukan perbaikan sistem pasokan air bersih untuk menyediakan makanan bagi korban bencana.

Perbaikan pertanian atau sumber pangan setempat juga perlu segera dilakukan untuk memastikan kembali ketersediaan pangan di wilayah yang terkena bencana.

Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan, yaitu:

  • Bisa dilakukan dengan mendirikan pos bantuan.
  • Berkoordinaasi dengan pemberi bantuan lain.
  • Mendirikan tempat penampungan sementara di gedung yang aman atau di lapangan.
  • Membangun pos kesehatan dan pos-pos koordinasi.
  • Membagikan pakaian, bahan makanan, dan obat kepada korban bencana.
  • Mencari dan mengevakuasi para korban bencana ke pengungsian.
  • Melakukan pencatatatan dan pendataan semua yang rusak akibat bencana (bangunan, fasilitas, lahan perkebunan, lahan pertanian, akses transportasi, dan sebagainya).
  • Mengevaluasi dan membahas apa saja kelebihan dan kekurangan menanggulangi bencana di daerah tersebut.
  • Pemulihan dilakukan terkait dengan lingkungan fisik di lokasi bencana.
  • Pemulihan korban bencana tetap dilakukan baik secara fisik maupun mental.
  • Merancang tata ruang daerah yang ideal untuk wilayah yang terjadi bencana.
  • Membuat sistem pengelolaan lingkungan.
  • Mencari dan menyiapkan lahan yang tepat untuk bisa dijadikan pemukiman tetap dan aman dari bencana.
  • Merelokasi korban bencana dari tenda atau tempat penampungan sementara ke tempat tinggal yang aman.
  • Memperbaiki dan juga membangun rumah dan tempat tinggal para korban bencana.
  • Bisa juga dilakukan perbaikan fasilitas umum untuk jangka waktu menengah.
  • Memberikan pelatihan kerja untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan para korban bencana.
  • Menciptakan lapangan kerja.
  • Memperbaiki atau membangun tempat ibadah, sekolah, perkantoran, puskesmas, rumah sakit, dan pasar atau tempat terjadinya jual beli barang atau jasa.
  • Pos komando beralih fungsi menjadi mendampingi dan memfasilitasi semua rencana dan kegiatan tersebut.
  • Tetap melanjutkan pemantauan di wilayah yang terkena bencana apalagi jika berpotensi terkena kembali. Sehingga pemantauan dilakukan secara terus menerus supaya dapat meminimalisir dampak yang terjadi akibat bencana.

Peran Tenaga Kesehatan dalam Kontribusi Menanggulangi Bencana

  1. Tenaga kesehatan membentuk tim reaksi cepat tanggap, bekerja sama, dan saling berkoordinasi dengan baik.
  2. Membantu melakukan pencarian, pendataan dan mencatat semua data korban bencana yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.
  3. Memastikan kebutuhan air bersih terjamin di wilayah yang terkena bencana.
  4. Membantu menyediakan makanan bergizi, membuat menu sehat, bersih, dan aman dikonsumsi oleh semua korban bencana. Bisa dibuatkan di dapur darurat dengan pemasakan dibantu oleh masyarakat setempat dan diawasi penyediaan makanan bergizi tersebut oleh ahli gizi.
  5. Di penampungan sementara akan ada beberapa masyarakat yang trauma dari kejadian bencana yang dialaminya. Maka tenaga kesehatan dapat berkontribusi untuk mendampingi dan membantu mengatasi trauma yang dialami oleh para korban bencana.
  6. Tenaga kesehatan dapat memberikan edukasi, pendidikan, atau penyuluhan untuk korban bencana dalam penggunaan air bersih, membiasakan diri untuk tetap berperilaku bersih, memanfaatkan makanan alami untuk dikonsumsi dan bergizi, pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, pengetahuan tentang sanitasi, dan sebagainya yang nantinya akan bisa diterapkan masyarakat korban bencana untuk melanjutkan hidupnya.
  7. Tenaga kesehatan dapat melakukan surveilans dan memberikan pelayanan kesehatan yang tanggap 24 jam. Dapat membuat posko pelayanan kesehatan di rumah sakit, puskesmas, gedung, atau lapangan yang masih mudah diakses dan dijangkau oleh korban bencana. Pelayanan kesehatan pun harus gratis dan dilayani dengan baik.
  8. Menyediakan fasilitas sanitasi seperti MCK yang bersih, mencegah pengendapan vektor penyakit, dan mengelola sampah.
  9. Tenaga kesehatan bisa melakukan imunisasi dan vaksinasi untuk mencegah timbulnya penyakit pada korban bencana.

Itulah beberapa contoh dan kegiatan yang dilakukan oleh berbagai sektor dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga masyarakat, komunitas, badan penanggulangan bencana, para tenaga kesehatan, masyarakat lokal, dan sebagainya.

Untuk dapat berjalan baik, maka perlu memanfaatkan sumber daya lokal, perencanaan, dan koordinasi yang saling terjalin. Sehingga bisa meminimalisir kerusakan akibat bencana dan menolong lebih banyak korban bencana yang selamat, dan mencegah terjadinya terulangnya bencana.

Baca juga: Contoh Karya Tulis Ilmiah

Aktivitas Fisik Bisa Menurunkan Berat Badan

Setiap orang mempunyai kebiasaan makan dan kebiasaan hidup yang berbeda. Ada yang memiliki hobi makan apapun, ada yang memiliki kecenderungan untuk makan sesuatu lebih banyak saat hati dan pikirannya sedang gelisah, ada juga yang justru tidak memiliki nafsu makan ketika perasaannya sedang gelisah dan sedih.

Cara setiap orang mengatur atau mengendalikan stresnya pun beragam. Ada yang harus menghisap rokok berbungkus-bungkus saat sedang stress, ada yang memilih banyak minum manis, ada yang cenderung membeli dan mengonsumsi makanan yang cepat saji, ada yang lebih memilih untuk berbelanja barang kesukaan atau random saja apa saja dibeli, ada juga yang lebih memilih banyak diam tidak melakukan apa-apa.

Setiap yang kita lakukan memang mempunyai konsekuensi masing-masing. Tidak dapat dipungkiri dari kegiatan kita sehari-hari seperti bersekolah, menuntun ilmu, beradaptasi di tempat baru, bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, saat hamil atau melahirkan yang membutuhkan adaptasi juga, dan sebagainya. Termasuk juga kenaikan berat badan bisa juga berakibat dari apa yang kita lakukan dan konsumsi sehari-hari yang memicu terjadinya obesitas.

Kenaikan berat badan yang berlebih biasanya tubuh lebih banyak didominasi oleh lemak yang banyak menumpuk di jaringan adiposa atau jaringan penyimpanan lemak.

Jaringan adiposa bisa disimpan di bawah kulit, di organ dalam tertentu, dada, perut, dan anggota tubuh lainnya. Kenaikan berat badan dapat memperlemah tulang untuk menyangga komposisi tubuh yang berlebih.

Selain itu, dapat berisiko juga untuk terkena penyakit jantung, stroke, diabetes, tekanan darah tinggi, kanker, gagal ginjal, gangguan pankreas, gangguan organ hati, menurunnya daya tahan tubuh, menurunnya fungsi kognitif, bisa menyebabkan kecacatan juga, menurunkan kepercayaan diri, dan sebagainya.

Akibatnya bukan tidak mungkin produktifitas hidup dapat menurun, menjadi cepat sakit, bahkan kematian dini.

Umumnya kenaikan berat badan berlebih faktor penyebabnya ada dua yaitu pola makan yang tidak sehat dan aktivitas fisik yang sedikit.

Pola makan yang tidak sehat bisa dari konsumsi makanan yang berlebihan dari yang dianjurkan, sering minum minuman yang rasanya manis, sering makan makanan kue atau camilan yang asin, tinggi natrium, dan berkalori tinggi, sering konsumsi makanan yang menggunakan minyak banyak atau pemasakan yang digoreng, sering memakan bahan makanan yang tinggi kalori.

Selain itu, kegiatan yang lebih banyak untuk duduk, sering bermain video game sambal duduk atau tiduran, sering tidur, tidak menjadwalkan diri untuk berolahraga rutin, jarang berjalan kaki, lebih sering menggunakan fasilitas escalator atau lift dibandingkan tangga, jarang mengerjakan pekerjaan domestik, dan sebagainya juga jadi penyebab kenaikan berat badan.

Ada berbagai macam aktivitas fisik yang bisa dipilih, yaitu antara lain berjalan kaki, bermain sepakbola, bermain badminton, bulu tangkis, bola basket, kasti, baseball, bersepeda, berenang, mendaki gunung. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyarankan masyarakat Indonesia untuk melakukan aktivitas fisik paling sedikitnya dengan durasi 30 menit atau setengah jam per harinya.

Akan tetapi, lebih dianjurkan lagi untuk melakukan latihan fisik yang terukur, teraktur, dan dilakukan dengan baik dan benar. Sehingga dapat dilakukan pemanasan dan pendinginan setelah melakukan latihan fisik seperti contoh yang sudah disebutkan diatas.

Pemanasan bisa dilakukan selama lima sampai dengan sepuluh menit, sedangkan pendingian bisa dilakukan cukup lima menit saja. Pilih saja latihan fisik yang aman dan disukai, sehingga saat menjalani dan melakukan hati tidak merasa berat dan bisa menikmati kegiatan tersebut.

Latihan fisik ini dapat dilakukan minimal tiga kali dalam seminggu atau dalam seminggu bisa dilakukan dengan total 150 menit per hari. Bisa dilakukan di beberapa tempat, seperti di rumah sendiri, di gym, gelanggang olahraga, taman terdekat, tempat penyewaan olahraga, dan sebagainya.

Sebelumnya menentukan aktivitas fisik atau latihan fisik apa yang ingin dilakukan rutin setiap harinya, ada baiknya untuk melakukan beberapa hal berikut ini:

Memeriksakan Kesehatan Terlebih Dahulu

Penting sekali untuk memeriksakan kesehatan kita terlebih dahulu. Apakah tekanan darah normal, kadar gula darah normal, kadar kolesterol normal, kadar asam urat normal.

Juga perlu diketahui apakah mempunyai riwayat keluarga yang memiliki sindrom metabolik atau penyakit tidak menular (contohnya penyakit jantung, kanker, stroke, diabetes mellitus, penyakit pernapasan obstruktif), apakah memiliki sakit asma atau gangguan pernapasan lainnya, dan seterusnya.

Pentingnya pemeriksaan kesehatan ini untuk memastikan bahwa aktivitas fisik atau latihan fisik yang dilakukan tidak memperparah kondisi tubuh yang sedang sakit. Karena pastinya perlakuan latihan fisik pada orang yang sehat tentu berbeda dengan perlakuan latihan fisik pada orang yang memiliki riwayat sakit tertentu.

Baik berbeda dari segi jenisnya, intensitas ringan, sedang, atau beratnya, juga dari durasi waktu yang dilakukan selama latihan fisik.

Mulai dari Latihan Fisik yang Ringan

Tubuh yang memiliki berat badan berlebih biasanya jarang melakukan aktivitas fisik. Sehingga tubuh perlu beradaptasi untuk berubah dari yang pasif menjadi aktif bergerak.

Adaptasi tersebut dapat dimulai dengan sedikitnya gerakan, intensitas rendah, dan durasi yang masih sedikit. Tujuannya supaya tubuh terbiasa dahulu dengan rutinitas gerakan yang kita latih.

Selanjutnya bisa mulai ditingkatkan intensitas, durasi, atau jenis latihan fisiknya. Latihan fisik yang paling mudah dilakukan bisa dimulai dari membiasakan diri untuk berjalan kaki dan melakukan beberapa perengangan otot.

Tetap Terhidrasi dan Jaga Pola Makan Sehat

Saat melakukan aktivitas fisik atau latihan fisik, biasanya tubuh akan mengeluarkan cairan berupa keringat dan mengeluarkan energi dari pembakaran lemak. Namun, jika merasa tidak sanggup latihan fisik tanpa harus konsumsi sesuatu terlebih dahulu maka bisa konsumsi makanan dan minum air putih atau susu 1-2 jam sebelum latihan fisik.

Jangan lupa untuk tetap sedia air putih saat beraktivitas fisik. Tidak disarankan untuk meminum teh atau kopi. Karena teh bisa membuat tubuh menjadi lebih mudah haus, sedangkan kopi bisa meningkatkan kerja denyut jantung.

Sedangkan saat latihan fisik, denyut jantung ini harus dijaga pada tahap normal untuk menjaga kondisi jantung tetap sehat. Detak jantung yang normal saat olahraga sebaiknya berada pada kisaran 70% – 85% dari denyut jantung maksimal. Inipun berbeda untuk berbagai tingkat usia.

Sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke Ahli Gizi atau dokter kesesuaian latihan fisik yang bisa dilakukan serta pola makan sehat yang dapat diterapkan bagaimana. Selain itu, penting sekali untuk konsumsi sumber serat dalam program menurunkan berat badan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan orang Indonesia dewasa untuk mengonsumsi sumber serat yaitu sayuran dan buah sebanyak 400 – 600 gram per harinya.

Tentunya dua per tiga dari jumlah tersebut didominasi oleh konsumsi sayuran. Selain mengandung serat, buah dan sayuran ini mengandung vitamin dan mineral yang bisa membantu tubuh memetabolisme lemak menjadi energi, membantu tubuh menyerap zat gizi, menjaga tubuh supaya tidak mudah sakit, dan menurunkan risiko terkena penyakit.

Baca juga: Contoh Essay

Konsumsi Lemak Hewani Berisiko PJK

Konsumsi Lemak Hewani Berisiko PJK
Sumber : Myriams-Fotos from Pixabay

Berikut ini merupakan contoh artikel ilmiah kesehatan yang ketiga. Semoga bisa membantu kamu ya.

Penyakit jantung koroner atau yang biasa disingkat menjadi PJK merupakan penyakit yang menyerang pembuluh darah terutama organ jantung. Menurut data dari World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia, PJK masih merupakan penyebab utama kematian yang terjadi di seluruh dunia.

Menurut World Heart Federation (WHF) ada beberapa faktor yang membuat seseorang berisiko terkena penyakit jantung koroner, baik itu faktor risiko yang masih dapat diubah ataupun faktor risiko yang tidak dapat diubah.

Faktor Risiko PJK

Diet yang tidak sehat

Pola makan atau pengaturan makan yang tidak sehat yang berarti tidak bergizi seimbang. Gizi seimbang dapat diartikan dalam sehari kita mengonsumsi berbagai sumber serat (terutama berupa sayuran dan buah) sebanyak 400 – 600 gram per hari, mengonsumsi berbagai jenis sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan lemak tidak jenuh.

Pemasakan pun sebaiknya menggunakan minyak yang sedikit, dikukus, atau direbus. Tetap konsumsi juga minum air putih minimal dua liter per hari atau sesuai dengan tingkat aktivitas dan berat badan.

Sedangkan diet yang tidak sehat berarti makanan atau minum yang berlebihan seperti tinggi kalori, tinggi garam atau natrium, tinggi lemak terutama lemak jenuh dan berkolesterol, rendah serat atau tidak konsumsi serat sama sekali, sering minum dan makan makanan yang rasanya manis, jarang minum air putih, sering konsumsi fast food atau junk food, dan lainnya.

Diet yang tidak sehat bisa memicu penumpukan lemak dalam pembuluh darah atau membuat darah menjadi lebih kental sehingga kerja pembuluh darah menjadi berat dan mengakibatkan organ jantung terganggu fungsinya.

Penggunaan tembakau atau rokok

Baik perokok aktif maupun pasif sama-sama memiliki risiko terkena penyakit jantung terutama penyakit jantung koroner. Zat kimia yang terkandung pada rokok dapat mengganggu fungsi pembuluh darah dengan menyebabkan penebalan pada dinding pembuluh darah.

Akibatnya aliran darah terutama oksigen menjadi terhambat sehingga kerja jantung menjadi terganggu jika hal tersebut terus menerus terjadi.

Konsumsi alkohol yang berlebihan

Meminum alkohol yang terlalu sering dan dalam jumlah yang banyak bisa menyebabkan beberapa masalah kesehatan bagi peminumnya. Kadar lemak dalam tubuh terutama trigliserida akan meningkat dan menyebabkan penyumbatan di pembuluh darah bisa meningkatkan tekanan darah tinggi.

Selain itu, tingginya kalori dalam minuman beralkohol meningkatkan berat badan hingga menjadi overweight atau obesitas. Selain itu, ethanol dalam minuman beralkohol bisa menjadi toksik bagi otot jantung.

Kegemukan atau obesitas

Obesitas merupakan suatu kondisi dimana banyaknya penumpukan dalam tubuh. Sehingga pembuluh darah pun tentunya menjadi salah satu tempat penumpukan lemak.

Jika penumpukan lemak ini semakin banyak didalam pembuluh darah, maka bisa meningkatkan kinerja pembuluh darah untuk memompa ke jantung. Karena butuh upaya yang keras untuk memompanya, maka hal tersebut dapat menurunkan fungsi dan menyebabkan gangguan pada organ jantung.

Kurangnya melakukan aktivitas fisik

Aktivitas fisik merupakan kegiatan yang banyak menggerakan anggota tubuh. Karena banyak bergerak inilah tentu membutuhkan energi. Energi yang dibutuhkan tubuh bisa didapatkan dari pembakaran lemak dalam tubuh.

Namun, orang yang jarang beraktivitas fisik akan membuat lemak dalam tubuhnya semakin menumpuk dan semakin mengganggu kinerja pembuluh darah dan organ jantung. Maka seseorang yang jarang bergerak bisa berisiko juga terkena penyakit jantung koroner (PJK).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi

Tekanan darah yang terus meningkat dalam jangka waktu yang relatif lama akan membuat terbentuk plak pada pembuluh darah sehingga dapat mempersempit pembuluh darah koroner.

Karena adanya penyempitan ini maka aliran darah yang membawa nutrisi atau energi dan oksigen ke jantung menjadi terhambat. Sehingga hal ini bisa menyebabkan gangguan pada fungsi organ jantung.

Diabetes mellitus

Hormon insulin yang bertugas untuk memberi sinyal pada otot, sel lemak, dan hati untuk mengambil glukosa (gula) dalam darah untuk diubah menjadi energi, diubah menjadi glikogen di otot, menjadi trigliserida di sel-sel lemak, dan mengubah menjadi glikogen dan trigliserida di organ hati.

Akan tetapi, jika hormon insulin menurun sensitivitasnya maka gula darah akan banyak beredar sehingga kadar gula dalam darah tinggi. Hal ini lah yang bisa menjadikan seseorang terkena diabetes mellitus.

Selain itu, kondisi gula dalam darah yang tinggi juga bisa merusak pembuluh darah yang termasuk juga pembuluh darah jantung.

Dislipidemia

Dislipidemia merupakan suatu kondisi tubuh yang dengan kadar lemak dalam darah tinggi (LDL, VLDL, kolesterol, trigliserida). Penumpukan lemak dalam tubuh dan juga termasuk di pembuluh darah juga bisa menyebabkan gangguan pada organ jantung.

Usia

Semakin bertambahnya usia, ada kemungkinan juga elastisitas pembuluh darah menurun. Hal ini juga berakibat pada terjadinya gagalnya fungsi organ jantung.

Riwayat keluarga

Biasanya hal ini terlihat pada gaya hidup dan pola makan dalam keluarga. Jika anggota keluarga mempunyai kebiasaan tertentu dan didiagnosis sakit jantung, maka ada kemungkinan juga anggota keluarga lainnya terkena jika tidak tidak ada perubahan gaya hidup yang lebih sehat.

Stres

Kemampuan seseorang dalam mengelola stres dapat berbeda-beda. Jika seseorang menangani stresnya dengan merokok, konsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat, tidak banyak bergerak fisik, atau konsumsi alkohol yang berlebihan.

Maka stres berkepanjangan yang diiringi dengan kelola stres yang seperti itu juga bisa membuat seseorang mengalami risiko terkena penyakit jantung koroner.

Jenis kelamin

Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa laki-laki lebih rentan terkena penyakit jantung koroner. Hal ini dikarenakan perempuan mempunyai hormone estrogen.

Hormon estrogen bisa menjaga elastisitas pembuluh darah serta melancarkan aliran darah. Namun, ketika memasuki masa menopause dan hormon estrogen menurun, perempuan juga bisa berisiko terkena penyakit jantung koroner.

Konsumsi Sumber Lemak Hewani Bisa Berisiko Terkena Penyakit Jantung Koroner

Sumber lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, dan hewani bisa meningkatkan seseorang terkena risiko penyakit jantung koroner. Sering konsumsi lemak dalam makanan dan/atau minuman terutama lemak hewani bisa berisiko meningkatkan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) dan obesitas karena jumlah penumpukan lemak dalam tubuh yang semakin banyak.

Meningkatkan profil lipid atau kadar lemak dalam darah berupa peningkatan kadar kolesterol darah, trigliserida dalam darah, kadar LDL, dan kadar VLDL. Bukan tidak mungkin peningkatan kadar lemak dalam darah juga bisa memicu terjadinya diabetes.

Hal ini dikarenakan profil lipid lemak jenuh yang tinggi dalam darah bisa membuat hormon insulin menjadi menurun kinerjanya, sehingga gula dalam darah menjadi lebih banyak yang beredar.

Penumpukan lemak dan banyakan gula dalam darah bisa menghambat aliran darah ke jantung. Jika pola makan tinggi lemak hewani ini tidak diatasi maka seseorang akan lebih berisiko terkena penyakit jantung.

Sebaiknya ubah pola makan dengan konsumsi makanan yang tidak banyak menggunakan minyak, mentega, dan margarin. Utamakan untuk dikukus atau direbus.

Pilihlah makanan sumber lemak tidak jenuh misalnya alpukat, kacang almond, dan minyak zaitun. Untuk proteinnya bisa pilih protein rendah lemak seperti daging ayam tanpa kulit, ikan segar, ikan teri, dan putih telur.

Juga bisa konsumsi protein nabati seperti tempe, tahu, petai segar, oncom, dan kacang-kacangan. Jangan lupa untuk konsumsi juga segala jenis sayur dan buah setiap hari. Serta tetap beraktivitas fisik minimal 30 menit per hari.

Bahaya Anemia Ibu Hamil dan Mengatasinya

 Ibu hamil termasuk dalam kelompok rentan terhadap masalah kesehatan, salah satunya rentan terkena anemia. Anemia ialah suatu keadaan pada tubuh akibat dari kekurangan atau rendahnya jumlah sel darah merah (eritrosit), rendahnya kadar haemoglobin (Hb), dan kadar hematokrit (Ht).

Hasil tersebut dapat diketahui dari pemeriksaan darah yang dilakukan. Penurunan kadar haemoglobin dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu antara lain usia, ketinggian suatu tempat tinggal, jenis kelamin, dan keadaan fisiologi tertentu pada seseorang.

Ibu hamil dikatakan anemia jika hasil cek laboratorium darahnya menunjukkan kadar haemoglobin (Hb) dibawah 11gr% pada masa kehamilan trimester I dan trimester III, dan pada kadar haemoglobin dibawah 10,5% pada masa kehamilan trimester II.

Alasan sering terjadinya anemia pada ibu hamil adalah karena adanya peningkatan kebutuhan energi dan kebutuhan zat-zat gizi, terjadinya perubahan pada sumsum tulang, dan perubahan dalam darah ibu hamil. Umumnya anemia yang terjadi pada ibu hamil adalah akibat dari defisiensi atau kekurangan zat besi (Fe) atau disebut juga anemia gizi besi (AGB).

Anemia pada ibu hamil di Indonesia termasuk dalam masalah nasional. Hal ini dikarenakan mencerminkan nilai kesejahteraan pada sosial dan ekonomi masyarakat dan sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusianya.

Sehingga ada sebutan bahwa anemia disebut juga potential danger to mother and child. Oleh karena itu, anemia perlu mendapat perhatian khusus dan serius dalam penanganannya untuk mencegah dampak negatif dari anemia.

Umumnya faktor penyebab terjadinya anemia pada ibu hamil dikarenakan oleh kurangnya pendidikan gizi dan kesehatan. Sehingga ibu hamil kurang mengetahui bagaimana dan apa saja bahan makanan dan minuman yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi selama masa kehamilannya hingga melahirkan.

Paritas atau jumlah kehamilan juga mempengaruhi seorang ibu hamil dapat berisiko anemia atau tidak. Pemenuhan kebutuhan gizi tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan terkait gizi dan kesehatan, tetapi juga dipengaruhi oleh pendapatan. Seseorang yang mempunyai pendapatan yang rendah, tentu akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gizi hariannya, terutama konsumsi lauk hewani yang merupakan sumber zat besi.

Paritas yang jumlah sudah lebih dari empat kali kehamilan maka semakin meningkatkan risiko anemia dan keguguran. Perempuan yang sudah banyak hamil dan melahirkan akan mengalami kerusakan pada pembuluh darah dan dinding uterus rahim karena kelahiran terdahulunya.

Sehingga aliran darah ke plasenta menjadi tidak optimal dan tidak memadai. Jika aliran darah ke plasenta tidak memadai, maka bisa mempengaruhi sirkulasi gizi yang dibutuhkan oleh janin.

Selain dari jumlah kehamilan, jarak kelahiran yang pendek juga bisa mempengaruhi ibu hamil mengalami anemia. Hal ini dikarenakan ibu belum pulih dari melahirkan yang lalu, sehingga kebutuhan energi dan zat gizi belum optimal terpenuhi.

Akan tetapi, ketika terjadi kehamilan berikutnya yang jarak waktunya pendek dengan kelahiran sebelumnya membuat ibu kekurangan zat gizi karena harus sudah berbagi dengan janin lagi.

Bahaya Anemia pada Ibu Hamil

Kebutuhan zat besi (Fe) pada ibu hamil sebanyak kurang lebih 900 mg untuk pembentukan sel darah pada ibu, plasenta, dan juga darah pada janin yang dikandungnya.

Jika persediaan zat besi ini hanya sedikit dalam tubuh ibu, maka setiap kehamilan akan mengambil zat besi dari persendian dan mengakibatkan anemia pada kehamilan berikutnya.

Bahkan setelah melahirkan pun, di masa menyusui ibu tetap harus terjaga asupan zat besinya. Karena jika kondisi ibu masih anemia, maka proses menyusui bayi pun terhambat karena ASI tidak bisa diproduksi secara optimal.

Kekurangan zat besi dalam tubuh ibu juga bisa menggangu proses pertumbuhan dan perkembangan janin. Selain itu, ibu hamil yang anemia berisiko untuk melahirkan dalam kondisi bayi prematur, partus lama, abortus, ketuban pecah dini (KPD), berat bayi lahir rendah (BBLR), pendarahan setelah melahirkan, syok, preeklampsi, gangguan persalinan, rentan terkena infeksi, dan infeksi setelah melahirkan.

Peluang anemia dan keguguran lebih besar terjadi pada ibu hamil berumur diatas 30 tahun. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya umur perempuan, maka semakin tipis cadangan telur dan indung telur juga menjadi kurang peka terhadap rangsangan dari gonadotropin.

Selain itu, seiring semakin bertambahnya usia perempuan maka peluang terjadinya keguguran lebih meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh menurunkan kualitas dari ovum. Sedangkan kehamilan dini yaitu perempuan yang hamil pada umur dibawah 20 tahun juga berisiko anemia.

Usia yang masih terlalu muda biasanya belum matang dalam kesiapan fisiknya, kesiapan mental, sosial, serta ekonominya. Pada umur di bawah 20 tahun masih dalam usia masa pertumbuhan yang membutuhkan lebih banyak zat gizi.

Jika saat umur tersebut hamil, maka kebutuhan zat gizi akan berbagi dengan janin. Jika asupan makanan dan minuman tidak memadai bisa membuat terjadinya anemia juga.

Cara Mengatasi Anemia pada Ibu Hamil

Sejak tahun 1970 Departemen Kesehatan Republik Indonesia sudah menerapkan suatu program bernama Tablet Tambah Darah atau disebut juga dengan TTD. TTD diberikan kepada ibu hamil melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

TTD mengandung ferrosulfat sebanyak 200 mg dan asam folat sebanyak 0,25 gram atau setara dengan kandungan zat besi sebanyak 60 mg dan asam folat 0,25 gram. Ibu hamil wajib meminumnya satu tablet per hari setiap harinya selama masa kehamilan hingga empat puluh hari setelah melahirkan.

Mungkin akan ada penolakan dari ibu hamil untuk konsumsi TTD. Karena biasanya mereka akan merasa tidak nyaman di perut atau mual. Akan tetapi, tetap diberikan edukasi mengenai pentingnya konsumsi TTD dan bahayanya anemia.

Tablet tambah darah ini disediakan gratis oleh pemerintah yang sengaja dibagikan kepada ibu hamil supaya tidak terjadi anemia dan tentunya menjaga kesehatan ibu dan bayi.

Perlunya ibu hamil untuk meningkatkan konsumsi bahan makanan dan minuman yang mengandung zat besi. Terutama yang bersumber dari protein hewani agar lebih mudah diserap, contohnya ikan, daging merah, dan hati. Supaya dapat terserap dengan baik, maka dibutuhkan asupan vitamin C dan A yang cukup.

Vitamin C dan A bisa didapatkan dari buah dan sayuran. Fungsinya untuk membantu penyerapan zat besi dan pembentukan darah (haemoglobin). Namun, saat makan sebaiknya hindari minum teh dan kopi. Hal ini dikarenakan teh dan kopi mengandung kafein, tanin, oksalat, dan fitat yang bisa menghambat penyerapan zat besi.

Disarankan untuk perempuan menikah diatas umur 20 tahun dan hamil pada umur 20 tahun – 35 tahun untuk mencegah masalah pada kehamilan. Pada pasangan suami istri untuk memprogram dalam memiliki anak.

Sebaiknya maksimal dua anak saja, itu pun dengan jarak kehamilan berikutnya yang tidak dekat. Diusahakan diberi jarak 2-3 tahun dengan usia anak pertama dengan kehamilan anak kedua.

Itulah beberapa artikel ilmiah kesehatan, buat kamu yang sedang mencari referensi artikel ilmiah kesehatan semoga bisa membantu ya.

Pemahaman Akhir

Artikel ilmiah ini membahas tentang bahaya obesitas pada anak, peran tenaga kesehatan dalam manajemen bencana, serta pentingnya aktivitas fisik untuk menurunkan berat badan. Dalam era modern, penyakit degeneratif semakin meningkat, termasuk obesitas pada anak-anak. Obesitas pada anak dapat memicu banyak penyakit serius seperti diabetes, penyakit jantung, dan gangguan metabolisme lainnya. Penyebab obesitas anak meliputi kebiasaan makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan faktor lingkungan. Orang tua memegang peran penting dalam mengajarkan pola makan sehat dan menjaga aktivitas fisik anak.

Selain itu, artikel ini juga mengulas tentang peran tenaga kesehatan dalam manajemen bencana. Indonesia sering mengalami berbagai jenis bencana alam, dan tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam memberikan pertolongan medis dan dukungan psikologis kepada korban. Tahap pra-bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana memerlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk meminimalisir kerugian dan memastikan pemulihan yang optimal.

Aktivitas fisik juga dibahas sebagai cara untuk menurunkan berat badan dan menjaga kesehatan. Pola makan sehat dan aktivitas fisik rutin dapat membantu mengatasi masalah obesitas dan menjaga keseimbangan tubuh. Artikel ini memberikan panduan tentang bagaimana memulai latihan fisik secara perlahan, mengatur pola makan sehat, dan memastikan tubuh tetap terhidrasi.

Kesimpulannya, artikel ilmiah ini memberikan wawasan tentang pentingnya menjaga kesehatan melalui pola makan sehat, aktivitas fisik, serta peran penting tenaga kesehatan dalam menghadapi bencana. Edukasi dan kesadaran mengenai faktor-faktor tersebut sangat penting dalam menjaga kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Dari artikel ilmiah yang telah dibahas, dapat diambil kesimpulan bahwa konsumsi lemak hewani berisiko terhadap penyakit jantung koroner (PJK). Penyakit jantung koroner merupakan penyakit serius yang dapat mempengaruhi pembuluh darah dan organ jantung. Faktor risiko yang dapat menyebabkan PJK meliputi pola makan yang tidak sehat, penggunaan tembakau, konsumsi alkohol berlebihan, kegemukan atau obesitas, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, usia, riwayat keluarga, stres, dan jenis kelamin.

Dalam hal konsumsi lemak hewani, lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, dan lemak hewani dapat meningkatkan risiko terkena PJK. Diet yang tinggi lemak hewani bisa menyebabkan peningkatan kadar lemak dalam darah (dislipidemia), obesitas, dan gangguan lainnya pada pembuluh darah dan organ jantung. Oleh karena itu, penting untuk mengubah pola makan dengan mengurangi konsumsi lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol. Sebaiknya mengonsumsi sumber lemak tidak jenuh seperti alpukat, kacang almond, dan minyak zaitun. Protein rendah lemak seperti daging ayam tanpa kulit, ikan segar, dan putih telur juga dapat menjadi pilihan. Selain itu, asupan serat, sayur, dan buah perlu ditingkatkan, serta menjaga aktivitas fisik minimal 30 menit per hari.

Artikel ini menegaskan pentingnya kesadaran akan pola makan sehat dan gaya hidup yang seimbang sebagai langkah pencegahan terhadap PJK. Kesimpulan ini menegaskan urgensi pentingnya edukasi mengenai dampak konsumsi lemak hewani berlebihan terhadap kesehatan jantung, serta mendorong adopsi kebiasaan hidup sehat bagi masyarakat agar dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung koroner.


Referensi

  1. Rahmiwati, A, dkk. (2018). Determinan Obesitas pada Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan. Vol. 11, No. 2, p. 25 – 34
  2. Widyantari, N. M. A, dkk. (n.d.). Hubungan Aktivitas Fisik, Pola Makan, dan Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Obesitas pada Anak Sekolah Dasar
  3. Suryamulyawan, K. A, & Arimbawa, I. M. (2019). Prevalensi dan Karakteristik Obesitas pada Anak di Sekolah Dasar Saraswati V Kota Denpasar Tahun 2016. Intisari Sains Medis, Vol. 10, No.2, p. 342 – 346
  4. Zamzani, M., dkk. (2016). Aktivitas Fisik Berhubungan dengan Kejadian Obesitas pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia, Vol. 4, No. 3, p. 123 – 128
  5. Azkha, Nirwandi. 2009. Peranan Petugas Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, Vol. 4, No. 1
  6. BPBD Provinsi Bangka Belitung. 2018. Proses Penanggulangan Bencana. https://bpbd.babelprov. go. id/proses-penanggulangan-bencana/.
  7. Parawansa, A.C.V. 2022. Saat Penanggulangan Bencana, Begini Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat. https://fkm.unair. ac. id/saat-penanggulangan-bencana-begini-peran-tenaga-kesehatan-masyarakat/.
  8. Perrin, Pierre. (2001). War and Publik Health : a Handbook. French : ICRC
  9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Anjuran Menkes Nila soal Durasi Waktu Olahraga. http://p2ptm.kemkes. go. id/tag/anjuran-menkes-nila-soal-durasi-waktu-olahraga#:~:text=Menteri%20Kesehatan%20RI%20Nila%20Moeloek,diharapkan%20membuat%20masyarakat%20hidup%20sehat.
  10. Nurcahyo, Fathan. (2011). Kaitan Antara Obesitas dan Aktivitas Fisik. Medikora Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga, VII, No. 1
  11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Tingkatkan Konsumsi Sayur dan Buah Nusantara Menuju Masyarakat Hidup Sehat. https://www.kemkes.go.id/article/view/17012500002/tingkatkan-konsumsi-sayur-dan-buah-nusantara-menuju-masyarakat-hidup-sehat-.html
  12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Alkohol dan Kesehatan Jantung. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/715/alkohol-dan-kesehatan-jantung
  13. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. ((2016). Peringatan : Wanita Juga Bisa Terkena Penyakit Jantung. http://p2ptm.kemkes.go.id/tag/peringatan-wanita-juga-bisa-terkena-penyakit-jantung
  14. World Health Organization (WHO). (2021). Cardiovascular Diseases (CVDs). https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cardiovascular-diseases-(cvds)
  15. World Hearth Federation (WHF). (2015). Cardiovascular Disease Factor Risks. https://world-heart-federation.org/world-heart-day/cvd-causes-conditions/risk-factors/
  16. Bernstein, A., M., et. al., (2010). Major Dietary Protein Sources and Risk of Coronary Hearth Disease in Women. Circulation, 122, p. 876 – 883
  17. Sjahriani, T., &  Faridah, V. (2019). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Jurnal Kebidanan, Vol. 5, No. 2
  18. Astriana, Willy. (2017). Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan Usia. Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol. 2, No. 2
  19. Purwaningtyas, M., L., & Prameswari, G., N. (2017). Faktor Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Higeia Journal of Public Health Research and Development. Vol. 1, No. 3

Artikel Terbaru

Avatar photo

Linnlia

Hai. Semoga hobi saya yang suka menulis dan research ini juga memberi manfaat untuk para pembaca. Jangan lupa di share ya ke orang-orang terdekat jika bermanfaat.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *