Daftar Isi
Tanggal 12 April 1222, sebuah kerajaan muncul di pulau Jawa dengan kekuatan yang mempesona. Ya, itulah Kerajaan Singasari! Meskipun sudah lama berlalu, jejak sejarahnya masih meninggalkan tanda tanya yang menarik. Salah satu aspek yang menonjol dari kerajaan ini adalah agama yang dianut oleh para pemimpinnya.
Dalam masa kejayaannya, Kerajaan Singasari menunjukkan perpaduan kebudayaan Hindu-Buddha yang unik. Raja-raja Singasari memohon kepada dewa-dewi Hindu dan Buddha untuk mendapatkan kekuatan dan berkat dalam menjalankan pemerintahan. Sebagai contoh, Raja Kertanegara, salah satu raja terkenal dari Singasari, dikenal sebagai penganut agama Hindu. Ia sangat menjunjung tinggi dewa Brahma, Vishnu, dan juga Shiva. Ia bahkan membuat banyak candi untuk menghormati dewa-dewa tersebut.
Namun, perlu dicatat bahwa kerajaan ini juga menganut ajaran Buddha. Raja Kertanegara juga terkenal karena menyumbangkan banyak wadah persembahan kepada para biksu Buddha. Dalam kerajaan ini, kedua agama tersebut hidup berdampingan dan saling memengaruhi. Para raja Singasari tidak ragu untuk meminjam konsep dan ajaran dari kedua agama ini dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari.
Tidak hanya raja, masyarakat Singasari pun turut mengikuti agama yang dianut oleh pemimpin mereka. Walaupun tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan beragama masyarakat Singasari pada zaman itu, evidensi arkeologis menunjukkan adanya pengaruh Hindu-Buddha dalam kehidupan sehari-hari mereka. Candi-candi yang dibangun sebagai tempat peribadatan, relief-relief yang menggambarkan cerita keagamaan, serta peninggalan-peninggalan seni yang mencerminkan kepercayaan agama Hindu-Buddha, semuanya menjadi bukti nyata tentang bagaimana agama itu menjadi bagian integral dari kehidupan warga Singasari.
Penting untuk dicatat bahwa walaupun Hindu dan Buddha mendominasi kehidupan beragama di Kerajaan Singasari, agama-agama lain seperti animisme dan kepercayaan lokal juga ada. Masyarakat Singasari hidup dalam masyarakat yang beragam dan mempraktikkan kepercayaan-kepercayaan yang berbeda-beda. Walau begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa agama yang mendominasi kehidupan masyarakat pada masa itu adalah Hindu-Buddha.
Sayangnya, jejak sejarah Kerajaan Singasari terhenti dengan keruntuhan pada tahun 1292. Kerajaan yang pernah mempesona ini menjadi kenangan yang terlupakan di dunia peradaban Jawa. Agama yang dianut oleh kerajaan ini pun seakan-akan ikut terkubur bersama dengan keruntuhan Singasari.
Tetapi, meskipun singasari telah tiada, jejak sejarah dan warisan agama yang dianut oleh kerajaannya tetap hidup dalam diri kita semua. Melalui artikel ini, mari kita mengawali sebuah perjalanan untuk mengenang kerajaan yang unik ini dan merenung tentang agama-agama yang pernah berjuang untuk hidup di masa lalu. Semoga kerajaan Singasari dan agama yang dianutnya tidak pernah dilupakan dan menjadi bagian dari pengetahuan kita tentang peradaban Indonesia.
Agama yang Dianut Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari merupakan salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang pernah berdiri di Nusantara pada abad ke-13. Agama yang dianut oleh Kerajaan Singasari adalah Agama Hindu Siwa dan Agama Buddha, yang mana keduanya memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan masyarakat pada masa itu.
Agama Hindu Siwa
Agama Hindu Siwa yang dianut oleh Kerajaan Singasari didasarkan pada kepercayaan kepada dewa Siwa sebagai dewa utama yang dipuja. Pengaruh agama Hindu Siwa dapat ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan kerajaan, seperti budaya, sistem pemerintahan, seni, dan arsitektur.
Dalam agama Hindu Siwa, terdapat keyakinan terhadap siklus kelahiran, kehidupan, dan kematian yang dikenal sebagai samsara. Masyarakat Singasari percaya bahwa kehidupan manusia tidak berhenti setelah kematian, melainkan akan terus berlanjut dalam bentuk kehidupan berikutnya yang dipengaruhi oleh perbuatan baik atau buruk yang dilakukan selama hidup.
Upacara keagamaan dalam agama Hindu Siwa juga memiliki peran penting di Kerajaan Singasari. Raja dan kaum bangsawan mengadakan upacara yadnya untuk memohon berkat dan keselamatan dari dewa-dewa Hindu. Selain itu, diadakan juga upacara- upacara religius lainnya seperti pemujaan dewa Siwa dan ritual pelaksanaan puputan, yang di dalamnya terdapat pengorbanan diri secara sukarela oleh anggota kerajaan untuk memperoleh kepercayaan dewa-dewa Hindu.
Agama Buddha
Agama Buddha juga memiliki pengaruh yang kuat dalam Kerajaan Singasari. Pada masa itu, agama Buddha dianut oleh kalangan bangsawan dan kaum terpelajar di Kertanegara, raja Singasari yang terkenal. Kepercayaan pada ajaran Buddha mempengaruhi masyarakat dalam hal etika, moral, dan tata cara hidup.
Para anggota kerajaan dan sebagian rakyat Singasari berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan Buddha, seperti meditasi, ritual, dan persembahan kepada sang Buddha. Pada masa pemerintahan Kertanegara, Budhagaya, yang merupakan tempat kelahiran Sang Buddha, dianggap sebagai tempat yang suci.
Agama Buddha memberikan pengajaran tentang pembebasan dari penderitaan dan pencapaian pencerahan melalui delapan jalan utama, yang terdiri dari ajaran-ajaran moral, meditasi, dan penetrasi. Ajaran-ajaran ini memiliki pengaruh yang kuat dalam menciptakan keseimbangan spiritual dan mental bagi masyarakat Singasari.
FAQ
1. Apakah agama yang dianut oleh rakyat Singasari hanya Hindu dan Buddha?
Agama Hindu Siwa dan Agama Buddha memang menjadi agama dominan yang dianut oleh rakyat Singasari pada masa itu. Namun, penting untuk dicatat bahwa terdapat juga beberapa masyarakat kecil yang masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
2. Apakah ada konflik antara agama Hindu Siwa dan Buddha di Kerajaan Singasari?
Meskipun agama Hindu Siwa dan Agama Buddha memiliki pengaruh yang signifikan dalam Kerajaan Singasari, tidak ada catatan sejarah yang menunjukkan adanya konflik berarti antara kedua agama tersebut. Pada masa itu, toleransi agama diterapkan di Singasari, dan kedua agama dipeluk dengan rasa saling menghormati.
Kesimpulan
Dalam kehidupan Kerajaan Singasari, Agama Hindu Siwa dan Agama Buddha menjadi dasar kepercayaan dan pandangan dunia masyarakat pada masa itu. Kedua agama ini memiliki peran penting dalam membentuk nilai-nilai moral dan etika, serta memiliki pengaruh yang kuat dalam kehidupan sosial, budaya, dan politik di Singasari.
Melalui pengabdian kepada dewa-dewa Hindu Siwa dan pengamalan ajaran Buddha, masyarakat Singasari berupaya untuk mencapai kesucian dan kebijaksanaan dalam kehidupan mereka. Toleransi agama yang diterapkan di Singasari juga memungkinkan kedua agama ini hidup berdampingan dengan harmonis tanpa adanya konflik yang signifikan.
Sebagai pembaca, penting bagi kita untuk memahami dan menghormati perbedaan agama yang ada dalam sejarah, serta memperkuat nilai-nilai toleransi dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan begitu, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dan saling menghormati, sejalan dengan semangat Kerajaan Singasari.