Banten merupakan provinsi yang terletak di wilayah paling barat di Pulau Jawa, Indonesia. Sebelum terjadi pemekaran pada tahun 2000, Banten pernah menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat. Maka dari itu kebudayaan daerah Banten juga menarik dengan kesenian dan adanya suku Baduy yang bermukim di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng.
Seperti yang kita tahu, Banten begitu identik dengan sejarah perkembangan kebudayaan islam di Indonesia dan juga menjadi saksi dari kemegahan Islam di Nusantara. Menjadi kota pelabuhan, Banten mempunyai beragam budaya dari luar.
Namun, masyarakatnya tetap mempertahankan kuat dan menjaga kebudayaan Banten sendiri. Contohnya pada alat musik yang masih ada hingga saat ini.
Apa saja alat musik tradisional Banten tersebut? Mari kita simak berikut ini:
Daftar Isi
1. Angklung Buhun
Angklung Buhun dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai “angklung kuno”. Sebab alat musik ini telah ada dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu. Dapat dikatakan, angklung ini dipercaya sudah ada selama terbentuknya masyakarat Baduy, yaitu sekitar abad ke-16. Sehingga bagi masyarakat setempat, kesenian ini menjadi pusaka dalam mempertahankan eksistensi masyarakat Baduy dan mempunyai makna yang sangat penting.
Alat musik tradisional angklung buhun ini hanya dimainkan pada saat acara tertentu saja atau dimainkan setahun sekali, yaitu pada saat upacara ngaseuk. Upacara ngaseuk ini adalah salah satu bagian dari upacara adat ketika penanaman padi.
Walaupun begitu, angklung ini masih bisa ditampilkan di luar ritus tanam padi namun dengan mempunyai aturan, yaitu hanya boleh ditabuh hingga masa mengobati padi (ngubaran pare atau sekitar tiga bulan dari ditanamnya padi.
Sesudah itu, selama enam bulan berikutnya semua alat musik ini tidak dapat dimainkan dan hanya bisa dimainkan lagi pada musim penanaman padi berikutnya.
Angklung Buhun dimainkan oleh kaum laki-laki yang terdiri dari 9 pemain dan 2 orang pemain bedug atau Dog Dog.
2. Dogdog Lojor
Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara di tabuh ini menghasilkan bunyi “dog..dog..”. Bunyi tersebut menjadi asal dari nama alat musik tradisional ini. Namun, kata “lojor” diartikan panjang, sesuai dengan bentuknya yang panjang hampir 1 meter.
Dogdog lojor terbuat dari bahan kayu yang dibentuk silinder memanjang. Pada bagian tengahnya dibentuk berongga, dengan salah satu sisinya ditutup dengan membran dari kulit kambing. Kemudian kulit kambing tersebut direnggangkan dengan cara diikat dengan seutas tali dari kulit bambu, agar dapat menghasilkan bunyi yang bisa ditentukan.
Diduga, awal perkembangan dogdog lojor dari Kabupaten Lebak, sisi selatan Banten. Alat musik ini dijadikan sebagai pengiring dalam ritual adat masyarakat setempat. Tabuhannya dibawakan oleh beberapa pemain dengan suasana riang gembira, yang diartikan sebagai bentuk rasa syukur akan hasil panen yang melimpah.
3. Lisung / Bendrong Lesung
Alat tradisional ini dimainkan pada saat pengolahan padi atau gabah menjadi beras. Lesung terbuat dari bahan kayu seperti perahu yang berukuran kecil dengan memiliki panjang kurang lebih 2 meter, lebar 0,5 meter dengan kedalaman sekitar 40 cm.
Fungsi lesung sendiri adalah memisahkan kulit gabah dari beras. Dan aslinya, lesung hanya berupa wadah cekung yang terbuat dari kayu besar dengan bagian tengah yang dibuang. Padi atau gabah yang akan diolah ditaruh di dalam lubang tersebut, kemudian ditumbuk dengan menggunakan alu atau tongkat tebal dari kayu. Dilakukan secara berulang-ulang hingga beras terpisah dari sekam.
Kesenian tradisional Banten ini dipertunjukkan pada acara tertentu saja, seperti hajatan, sunatan, atau acara sukaria sesudah panen.
4. Kendang / Gendang Banten
Alat musik tradisional yang termasuk dalam klasifikasi alat musik perkusi ini terbuat dari kayu dengan selaput membran. Cara memainkannya dengan cara dipukul.
Seperti yang kita lihat, Gendang mempunyai beberapa ukuran, yaitu ukuran kecil yang disebut rebana. Gendang dengan ukuran sedang disebut redap. Dan gendang dengan ukuran besar disebut bedug.
Baca juga: Alat Musik Jawa Timur
Di budaya Banten, gendang dimainkan sebagai pengiring pertunjukan silat. Alat musik ini juga tersebar di seluruh provinsi Jawa Barat dan Banten.
5. Pantun (Pantun Bambu)
Alat musik tradisional ini termasuk alat musik yang terbilang masih bertahan hingga sekarang. Sebab Pantun Bambu sudah ada sejak jaman dahulu.
Mulanya, Pantun Bambu dimainkan setelah bekerja disawah atau istirahat. Namun, seiring berkembangnya jaman, Pantun Bambu dipermainkan saat pertunjukan kesenian.
Pantun Bambu dibuat dari ruas bambu dengan ukuran diameter sekitar 10 cm dan panjang 80 hingga 100 cm.
Biasanya, Pantun Bambu dimainkan dengan berkelompok atau grup. Setiap grup terdiri dari tiga orang dan tiga Pantun Bambu yang masing-masingnya berfungsi sebagai pantun melodi, pantun bas, dan pantun ritme.
Pantun Bambu juga bisa dimainkan secara bersamaan dengan alat musik tradisional Banten lainnya, seperti Patingtung, Rudat, dan Terbang Gede.
6. Rampak Bedug Banten / Bedug Banten
Alat musik tradisional ini memang sering kita temukan di masjid, yang dijadikan sebagai media informasi datangnya waktu shalat wajib 5 waktu.
Arti kata “Rampak” diartikan “Serempak”, yang berarti Rampak Bedug adalah seni bedug yang menggunakan Gendang banyak dan ditabuh secara serempak, hingga menghasilkan ritme khas yang enak didengar.
Rampak Bedug sendiri bisa dikatakan menjadi perkembangan dari seni bedug atau ngadulag. Alat musik ini tidak hanya dimainkan di bulan Ramadhan, namun juga di acara-acara hajatan dan hari-hari peringatan kedaerahan hingga nasional.
7. Angklung Gubrag
Alat musik tradisional ini juga termasuk kesenian yang hampir punah. Namun, masyarakat setempat masih menggunakannya pada acara khitanan, selamatan kehamilan dan perkimpoian. Sebelum perkembangan jaman, Angklung Gubrag dimainkan saat ritual penanaman padi agar hasil panen berlimpah.
Seperti alat musik Angklung lainnya, alat musik ini juga dimainkan dengan cara di goyangkan. Suara yang dihasilkan berasal dari benturan badan pipa dan bambu.
8. Bambu Jitak
Dapat dikatakan, alat musik tradisional ini masih baru diciptakan oleh seorang warga pada tahun 2008. Bambu Jitak terbuat dari bahan bambu, rotan, rami, dan senar gitar listrik.
Suara yang dihasilkan Bambu Jitak begitu merdu. Untuk memainkannya adalah dengan cara memukul senar gitar listrik yang terbentang pada bambu dengan menggunakan alat pemukul dari kayu. Asal muasal mengapa dinamakan “Bambu Jitak” karena alat ini juga bisa dimainkan dengan dijitak.
9. Kacapi
Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipetik ini juga tersebar di Asia Tenggara dan Asia Timur seperti Thailand, Burma, Vietnam, Cina, Korea, dan Jepang. Sementara di Indonesia, Kacapi juga memiliki nama dan bentuk yang berbeda-beda tergantung daerahnya.
Untuk masyarakat Sunda yang tinggal di Jawa Barat dan Banten, teknik permainan dan bentuk kacapi lebih berkembang ketimbang alat musik petik lainnya yang bisa ditemukan di daerah-daerah lain di Indonesia.
10. Calung
Alat musik tradisionam Banten ini juga khas dari masyarakat Sunda yang tinggal di daerah Jawa Barat hingga Banten. Calung sendiri merupakan perkembangan alat musik angklung. Namun, untuk memainkan Calung adalah dengan cara dipukul pada bagian bilahan dari ruas-ruas yang disusun sesuai tangga nada pentatonik.
Baca juga: Alat Musik Jawa Tengah
Bambu yang digunakan untuk membuat Calung adalah jenis awi wulung atau bambu hitam, dan adapula yang menggunakan awi temen atau bambu putih.
Pemahaman Akhir
Kesenian tradisional Banten memiliki kekayaan dan keunikan tersendiri. Provinsi Banten, sebagai bagian dari Pulau Jawa, memiliki warisan budaya yang kaya dan beragam. Alat musik tradisional Banten merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang masih dilestarikan oleh masyarakat setempat.
Beberapa alat musik tradisional Banten yang terkenal antara lain angklung buhun, dogdog lojor, lisung/bendrong lesung, kendang/gendang Banten, pantun (pantun bambu), rampak bedug Banten, angklung gubrag, bambu jitak, kacapi, dan calung. Setiap alat musik tersebut memiliki ciri khas, cara pemainan, dan fungsi yang berbeda-beda.
Alat musik tradisional Banten memiliki peran penting dalam budaya dan adat istiadat masyarakat setempat. Mereka digunakan dalam upacara adat, ritual pertanian, acara perayaan, dan pertunjukan seni. Alat musik ini tidak hanya menghasilkan bunyi yang indah, tetapi juga memiliki nilai sejarah dan makna mendalam bagi masyarakat Banten.
Dengan upaya pelestarian dan pengenalan yang terus dilakukan, alat musik tradisional Banten tetap hidup dan terus diwariskan dari generasi ke generasi. Masyarakat Banten bangga akan kebudayaan dan alat musik tradisional mereka, dan terus melestarikannya sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas dan warisan budaya daerah mereka.
Dalam mengenal dan mengapresiasi alat musik tradisional Banten, kita juga dapat memahami nilai-nilai budaya, sejarah, dan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Melalui kesenian tradisional, kita dapat merasakan keindahan seni dan kekayaan budaya yang ada di Banten.
Pelestarian alat musik tradisional Banten perlu terus didukung dan diapresiasi oleh masyarakat, pemerintah, dan lembaga pendidikan. Dengan demikian, kebudayaan Banten akan tetap hidup dan berkembang, dan generasi muda dapat menghargai serta mempertahankan warisan budaya yang berharga ini.
Demikian alat-alat musik tradisional Banten yang bisa menambah ilmu kalian. Semoga bermanfaat!