Daftar Isi
Di sebuah kota kecil yang tak begitu jauh dari Galilea, terdapat sebuah kejadian yang begitu menakjubkan. Lukas 7:11-17 mencatat tentang keajaiban yang dilakukan oleh Yesus, yang diyakini oleh banyak orang sebagai Anak Allah.
Selama berjalan di sepanjang jalan kota, Yesus dan para pengikut-Nya melihat sekelompok orang yang berjalan dengan tujuan terlihat begitu berat. Dan seperti yang dibayangkan, betapa kagetnya mereka ketika mereka menyadari bahwa sekelompok orang ini membawa sebuah peti mati.
Hening, suntuk, dan kepedihan tampak mewarnai suasana. Peti mati ini berisi jenazah seorang pemuda yang disayangi, anak dari seorang janda. Kejadian ini cukup mengharukan, sebab ancaman kemiskinan dan kesepian tampak menghantui pemudi ini. Dalam masyarakat pada saat itu, menjadi seorang janda dan kehilangan seorang anak laki-laki adalah hal yang sangat berat.
Namun, ketika Yesus menghadapi kepedihan ini, Dia tidak berpikir panjang. Hatinya penuh belas kasihan, Ia berjalan mendekati janda itu dan berkata, “Janganlah engkau menangis.”
Inilah saat yang diabadikan dalam Lukas 7:13, yang ditulis oleh Yesus Sang Penyembuh. Kata-kata ini, yang terdengar sederhana, membawa harapan dan kehidupan dalam keadaan putus asa. Yesus mengerti kepedihan pada tingkat yang jauh lebih dalam daripada yang bisa kita bayangkan, karena Dialah Allah yang menyaksikan segala sesuatu.
Dan kemudian, Yesus mengajak diri-Nya untuk menghentikan peti mati. Suasana yang hening seketika berubah. Kedahsyatan tindakan-Nya tertanam dalam setiap langkah yang Ia ambil. Mereka yang hadir, dengan rasa takjub dan kagum, menyaksikan kuasa Allah dengan mata kepala mereka sendiri.
“Yesus perintahkan engkau, hai pemuda, bangunlah!” Seruan ini, seperti halilintar yang menyambar, memotorisasi diri ke jantung dari anak itu. Tiba-tiba, pemuda itu duduk dan berkata-kata. Sebuah keajaiban yang luar biasa telah terjadi. Ia telah bangkit kembali dari kematian.
Kabar tentang kejadian luar biasa ini menyebar dengan cepat di kota kecil itu. Orang-orang mengalami perubahan dalam iman mereka karena mereka menyaksikan kuasa ajaib Yesus dengan mata kepala mereka sendiri. Mereka menyadari bahwa mereka telah menyaksikan kehadiran Tuhan.
Melalui Lukas 7:11-17, kita diajak untuk merenung. Bagaimana Yesus dengan penuh belas kasihan menghibur mereka yang berduka dan menciptakan keajaiban dalam keadaan yang mustahil. Kita dapat memetik hikmah bahwa ketika kita merunduk dalam kepedihan dan putus asa, Ia datang untuk mengubah segala sesuatu.
Kisah ini merupakan pengingat penting untuk kita. Baik saat berhadapan dengan kesedihan dan situasi yang sulit, kita dapat mencari penghiburan dalam kepatuhan kita kepada Yesus. Kuasa-Nya tidak ada tandingannya, dan kuasa-Nya mampu mengubah segalanya.
Saat kita mengalami kepedihan atau kesulitan, renungkanlah Lukas 7:11-17. Renungkanlah tentang Yesus yang datang untuk menghibur kita di saat-saat yang paling sulit, dan bahwa dengan kehadiran-Nya, tidak ada yang mustahil.
Renungan Lukas 7:11-17 – Pertemuan Yesus dengan Janda Nain
Renungan kali ini akan membahas kisah pertemuan Yesus dengan seorang janda di kota Nain, yang tercatat dalam Injil Lukas 7:11-17. Kisah ini mengajarkan kita tentang kekuatan dan belas kasih Yesus Kristus dalam memulihkan kehidupan yang hancur dan memberikan harapan di dalam segala situasi. Mari kita pelajari dengan seksama kisah ini.
Pertama: Perasaan yang Tersirat
Awal dari kisah ini mencerminkan perasaan yang mendalam. Yesus dan murid-murid-Nya datang ke sebuah kota bernama Nain. Ketika mereka tiba di pintu gerbang kota, terdapat sebuah prosesi pemakaman yang sedang berlangsung. Menghadapi kematian bukanlah kejadian biasa, dan ini tentu saja memicu berbagai perasaan yang sulit diungkapkan. Yang paling terpukul pastinya adalah janda tersebut, yang kehilangan suami dan sekarang harus menghadapi kematian anaknya. Renungan ini ingin menekankan bahwa Yesus juga merasakan penderitaan kita dan Dia hadir dalam setiap saat sulit yang kita alami.
Kedua: Belas Kasih dan Kuasa Yesus
Yesus melihat dan merasakan penderitaan janda tersebut, dan hati-Nya dipenuhi oleh belas kasih yang dalam. Renungan ini mengajarkan kita bahwa Yesus bukan hanya memiliki belas kasih, tetapi juga memiliki kuasa untuk melakukan sesuatu tentang penderitaan tersebut. Ketika Yesus melihat janda itu menangis, Dia merasa iba dan berfirman kepada janda tersebut, “Janganlah menangis.” Lalu Dia mendekati peti mati dan menyentuhnya, sambil berkata, “Pemuda, Aku berkata kepadamu: Bangunlah!”
Ketiga: Maha Agungnya Yesus
Reaksi dari peristiwa itu sama sekali tidak dapat dihindari. Ketika Yesus berfirman, pemuda yang sudah mati itu bangkit dan mulai berbicara. Percayakah Anda akan kuasa Yesus yang mampu membangkitkan orang mati? Kisah ini menegaskan betapa maha agungnya Yesus sebagai Tuhan. Dia memiliki kuasa atas kehidupan dan kematian. Renungan ini mengajak kita untuk sungguh-sungguh percaya pada Yesus yang memiliki kuasa untuk mengubah keadaan yang tampaknya tak mungkin.
FAQ – Pertanyaan-Pertanyaan Umum
1. Apakah kisah ini sebenarnya terjadi? Bagaimana kita bisa yakin akan kebenarannya?
Sebagai sejarawan, Lukas menuliskan Injil-Nya dengan tujuan untuk menyampaikan peristiwa-peristiwa yang benar dan terjadi secara historis. Bukti yang mendukung kebenaran Injil Lukas dapat ditemukan dalam keberadaan banyak naskah kuno dari zaman kuno. Selain itu, kesaksian dari para rasul yang hadir saat itu juga menjadi bukti kuat akan kebenaran kisah-kisah dalam kitab Injil.
2. Apakah pesan renungan ini dapat diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari?
Tentu saja! Renungan ini tidak hanya sekadar kisah yang terjadi jauh dalam sejarah, tetapi juga memiliki pengaruh dan pengajaran yang relevan dalam hidup kita saat ini. Kisah ini mengingatkan kita bahwa Yesus adalah Tuhan yang penuh belas kasih dan memiliki kuasa untuk mengubah setiap situasi yang kita hadapi. Ia dapat memulihkan yang hancur, memberikan harapan di dalam kesedihan, dan membangkitkan apa yang sudah mati dalam hidup kita. Mari kita percaya dan mengalami kuasa besar-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kesimpulan
Kisah pertemuan Yesus dengan janda di Nain mengajarkan dan mengingatkan kita akan belas kasih dan kuasa-Nya yang luar biasa. Yesus bukan hanya dermawan belas kasih, tetapi juga memiliki kuasa untuk mengubah keadaan yang tampaknya mustahil. Kisah ini memberikan harapan bagi mereka yang merasa putus asa dan terjebak dalam kesedihan, bahwa Yesus dapat memulihkan dan membangkitkan kehidupan yang hancur. Mari kita berharap dan percaya pada kuasa-Nya dalam setiap situasi hidup kita.
Sebagai tindakan konkret setelah membaca renungan ini, mari kita mengundang Yesus Kristus untuk hadir dalam hidup kita, mempercayakan segala kesulitan dan penderitaan kepada-Nya, dan berserah sepenuhnya kepada-Nya. Dalam Dia kita akan menemukan pengharapan yang pasti dan sukacita yang sejati. Amin.