1 Korintus 3:1-4: Mengenal Paradigma Baru dalam Pertumbuhan Rohani

Pernahkah Anda merasa frustasi ketika melihat seorang rohaniwan mengalami stagnasi dalam pertumbuhan iman? Mungkin mereka aktif dalam berbagai kegiatan gereja, namun terlihat seperti tidak ada perubahan yang signifikan dalam hidup mereka. Apakah ada faktor tertentu yang menjadi penghalang dalam pertumbuhan rohani mereka?

Begitulah yang dibahas dalam pasal 1 Korintus 3, ayat 1-4. Di sini, Rasul Paulus memberikan wawasan yang menarik tentang paradigma baru dalam pertumbuhan rohani. Mari kita amati dengan cermat.

Pada awalnya, Paulus menegaskan bahwa jemaat Korintus masih hidup dalam paradigma duniawi. Mereka terpengaruh oleh pola pikir yang didominasi oleh keinginan akan kesenangan materi dan rivalitas yang tidak sehat. Paulus menyindir mereka dengan berkata, “Saudara-saudara, aku tidak bisa berbicara kepada kamu sebagai orang-orang rohani, melainkan sebagai orang-orang dunia, sebagai orang-orang yang masih hidup dalam dosa” (ayat 1).

Namun, Paulus tidak berhenti di situ. Ia melanjutkan dengan memberikan alternatif paradigma yang seharusnya menjadi landasan bagi pertumbuhan rohani, yaitu paradigma Kristus. Ia membandingkan kehidupan mereka dengan rumah yang dibangun dengan benda-benda yang fana, seperti kayu, jerami, dan pasir. Bagaimanapun indahnya bangunan itu, akan rusak dan hancur saat terkena ujian. Sebaliknya, Paulus mengatakan bahwa mereka seharusnya membangun hidup mereka di atas dasar yang kokoh, yaitu Yesus Kristus (ayat 11).

Dalam paradigma Kristus ini, pertumbuhan rohani tidak lagi dilihat sebagai kompetisi dan perbandingan di antara sesama percaya. Paulus menekankan bahwa setiap orang memiliki peran masing-masing dalam tubuh Kristus. Ia mengingatkan jemaat Korintus bahwa mereka harus fokus pada pelayanan mereka dan tidak terjebak pada persepsi manusia (ayat 5). Bagi Paulus, yang penting bukanlah siapa yang membaptis mereka, melainkan bagaimana mereka hidup sebagai saksi Kristus di tengah dunia yang penuh dengan godaan dan pencobaan.

Sebagai pembaca modern yang hidup dalam dunia yang semakin terkoneksi, pesan Paulus ini tetap relevan bagi kita. Terlalu sering kita terjebak dalam paradigma duniawi yang menekankan pada popularitas, perbandingan, dan pencapaian pribadi. Namun, melalui pasal ini, Paulus mengajak kita untuk mengubah cara pandang kita dan mengembangkan paradigma baru dalam pertumbuhan rohani.

Dalam dunia yang serba kompetitif, kita perlu mengingat bahwa pertumbuhan rohani bukanlah tentang menjadi yang terbaik atau paling terkenal. Sebaliknya, itu adalah tentang hidup dalam hubungan yang erat dengan Kristus dan menjadi saksi-Nya di tengah dunia yang membutuhkan terang dan kasih.

Jadi, mari kita tinggalkan paradigma duniawi yang menyiksa dan menjadikan pertumbuhan rohani sebagai patokan popularitas dan pencapaian pribadi. Ayo kita bergabung dengan paradigma Kristus, membangun hidup kita di atas fondasi yang kokoh, dan hidup sebagai saksi-saksi yang terang bagi dunia yang membutuhkan harapan.

1 Korintus 3:1-4

Tulisannya:

1: Bahwa hatiku belum mendapat kematangan rohani, jikalau aku masih berbicara seperti manusia yang belum mendapat kematangan rohani, atau seperti orang yang masih hidup dalam duniawi.

2: Karena aku telah memberi makan kamu dengan susu, bukan makanan yang daging, karena kamu belum dapat menerimanya itu, dan kamu belum dapat menerimanya sekarang pun,

3: sebab kamu masih hidup dalam daging. Sebab jikalau pada kamu ada kecemburuan dan perselisihan antara kamu, bukankah kamu hidup, dan apakah kamu tidak hidup dalam daging?

4: Apabila setiap orang berkata: Aku adalah milik Paulus, atau: Aku adalah milik Apolos, bukankah kamu sama seperti manusia yang duniawi?

Penjelasan

Pada bagian ini, Rasul Paulus mengemukakan bahwa jemaat gereja di Korintus masih belum mendapatkan kematangan rohani. Mereka masih berbicara dan hidup dalam cara dunia, tidak membedakan antara ucapan yang terinspirasi oleh Roh Kudus dengan ucapan manusia biasa.

Paulus memberi mereka makanan rohani dalam bentuk susu, bukan makanan yang berat atau daging. Hal ini dikarenakan mereka belum siap untuk menerima ajaran yang lebih dalam tentang kehidupan rohani. Mereka masih terikat pada kecemburuan dan perselisihan antara satu sama lain, menunjukkan bahwa mereka masih hidup dalam daging dan tidak memiliki pola pikir yang dikuasai oleh Roh Kudus.

Pemisahan dan pemberian label kepada pemimpin gereja seperti Paulus dan Apolos juga menunjukkan bahwa jemaat Korintus masih terpengaruh oleh pola pikir dunia dan masa lalu mereka yang telah terbiasa dengan perpecahan dan divisivitas. Mereka mengidentifikasi diri mereka dengan pemimpin gereja tertentu daripada menyatukan diri mereka di dalam Kristus.

Paulus mencoba untuk membawa pemahaman yang lebih dalam kepada jemaat Korintus, bahwa mereka seharusnya bersatu sebagai satu tubuh di dalam Kristus, bukan terpecah-belah oleh perbedaan pendapat dan preferensi terhadap pemimpin gereja. Mereka perlu mengembangkan kematangan rohani untuk bisa mengenali dan mengikuti kehendak Allah dengan benar.

FAQ 1: Bagaimana cara mengatasi kecemburuan dan perselisihan dalam gereja?

Jawaban:

Untuk mengatasi kecemburuan dan perselisihan dalam gereja, langkah-langkah berikut dapat diambil:

1. Berfokus pada Kristus: Ingatlah bahwa gereja adalah milik Kristus dan bukan milik individu atau kelompok tertentu. Mengalihkan fokus dari pemimpin atau kelompok tertentu kepada Kristus akan membantu mencegah perpecahan dan rivalitas yang tidak sehat.

2. Komunikasi yang Membangun: Penting untuk membuka komunikasi yang jujur dan terbuka antara anggota gereja. Hindari perbincangan dan tindakan yang hanya memperburuk situasi. Berpikir positif dan berusaha mencari solusi yang mempererat hubungan antar anggota gereja.

3. Doa Bersama: Doa adalah senjata utama dalam mengatasi perpecahan dan perselisihan. Melalui doa bersama, kita dapat memohon pertolongan Allah untuk mengatasi konflik dan memohon penyatuan kembali bangunan gereja.

4. Peleburan Diri dengan Firman Tuhan: Membaca dan mempelajari Firman Tuhan secara rutin akan membantu memperkuat iman dan meluruhkan sifat-sifat duniawi seperti kecemburuan dan perselisihan. Firman Tuhan akan mengingatkan kita tentang nilai-nilai kerohanian yang seharusnya kita anut dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah.

FAQ 2: Mengapa penting untuk mencari kematangan rohani dalam kehidupan Kristen?

Jawaban:

Mencari kematangan rohani dalam kehidupan Kristen sangat penting karena:

1. Menjadi lebih dekat dengan Allah: Ketika kita tumbuh dalam kematangan rohani, kita akan semakin dekat dengan Allah. Kita akan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang kehendak-Nya dan dapat hidup selaras dengan apa yang Dia kehendaki bagi hidup kita.

2. Mengatasi godaan dan tantangan hidup: Kematangan rohani mempersiapkan kita untuk menghadapi godaan dan tantangan hidup dengan bijaksana dan kuat. Ketika kita telah tumbuh dalam pemahaman Firman Tuhan dan mengembangkan hubungan yang erat dengan-Nya, kita akan memiliki kekuatan untuk menolak godaan dan menghadapi tantangan hidup dengan iman yang tak tergoyahkan.

3. Memberikan teladan yang baik: Kematangan rohani membuat kita menjadi teladan yang baik bagi orang lain. Ketika orang melihat bagaimana kita hidup dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip iman, mereka akan terinspirasi dan tertarik untuk mengejar kematangan rohani mereka sendiri.

4. Membangun persatuan dalam gereja: Kematangan rohani juga penting dalam membangun persatuan dalam gereja. Ketika setiap anggota gereja tumbuh dalam kematangan rohani, mereka akan memiliki fokus yang sama dan akan hidup dalam harmoni. Ini akan memperkuat watak kesaksian gereja dan memberikan dampak positif pada dunia di sekitar kita.

Kesimpulan

Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus mengingatkan tentang pentingnya mencari kematangan rohani. Hal ini terkait dengan cara berpikir dan berbicara yang terinspirasi oleh Roh Kudus, bukan oleh pola pikir duniawi. Paulus juga menekankan pentingnya persatuan dalam gereja, di mana anggota bertindak sebagai satu tubuh di dalam Kristus.

Untuk mencapai kematangan rohani, perlu dihindari kecemburuan dan perselisihan yang sering kali muncul dalam hubungan antar sesama anggota gereja. Komunikasi yang baik, doa bersama, dan fokus pada Kristus akan membantu mengatasi konflik dan membangun persatuan dalam gereja.

Akibatnya, kita akan menjadi lebih dekat dengan Allah, dapat mengatasi godaan dan tantangan hidup dengan bijaksana, memberikan teladan yang baik bagi orang lain, dan membangun gereja yang kuat dan bersatu dalam kematangan rohani.

Jadi, mari kita berjuang untuk mencari kematangan rohani dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, sehingga kita dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah dan memberikan dampak positif pada dunia di sekitar kita.

Artikel Terbaru

Rika Maharani S.Pd.

Dosen yang Menyukai Riset dan Terus Membaca. Mari bersama-sama merambah ilmu pengetahuan!

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *