Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG)

Hai sobat Geografi. Siapa di antara kamu yang suka menggunakan aplikasi Maps kalau ingin mencari lokasi? Tidak lagi menggunakan peta tematik bukan? Yaps, maps merupakan hasil dari kinerja teknologi sistem informasi geografis (SIG) yang akan kita bahas lebih lanjut di sini.

Prinsip Pengindraan Jauh

sig
sumber: www.intergeo-tv.com

Pengertian

Menurut para ahli pengindraan jauh didefinisikan sebagai:

  • Lindgreen (1985), pengindraan jauh merupakan teknik variasi yang dikembangkan untuk memperoleh dan mengalisis informasi tentang bumi. Informasi  itu berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan dan dipancarkan dari permukaan bumi
  • Lilleseand dan Kifer (1990), pengindraan jauh merupakan suatu ilmu dan seni untuk memperoleh informasi dan data dari objek di muka bumi dengan menggunakan alat tanpa berhubungan dengan objek kajian secara langsung.
  • Avery, pengindraan jauh adalah upaya untuk memperoleh, menunjukkan, dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan kajian.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengindraan jauh merupakan ilmu dan teknik serta seni untuk mendapatkan informasi tentang wilayah atau gejala permukaan bumi dengan cara menganalisis data yang diperoleh kemudian dikaji tanpa menyentuh objek secara langsung.

Baca juga: Sejara Perkembangan Kehidupan Di Bumi

Komponen Pengindraan Jauh

pengindraan jauh
sumber: researchgate.net

Sebagai sebuah sistem, pengindraan jauh tidak lepas dari beberapa komponen yang terkait satu sama lain. Berikut komponen pengindraan jauh:

  1. Sumber Tenaga

Untuk memperoleh data mengenai objek di dalam atau permukaan bumi diperlukan tenaga. Tenaga ada dua, tenaga alami dan buatan.

  • Sensor tenaga alam (matahari)

Pengindraan jauh yang memanfaatkan tenaga matahari adalah pengindraan jauh sistem pasif. Pengoperasiannya hanya saat siang hari.

Cara kerjanya, sinar matahari yang datang ke permukaan bumi dan mengenai objek, dipantulkan dan direkam oleh sensor. Tenaga pantulan dan tenaga pancaran tersebut jika direkam oleh sebuah sensor, akan menghasilkan data berupa data citra digital. Data tersebut dapat diolah atau diinterpretasikan sesuai kehendak untuk keperluan user.

  • Sensor tenaga buatan

Pengindraan jauh yang menggunakan tenaga buatan (tenaga pulsa) dalam perekamannya disebut dengan sistem aktif, karena pengoperasiannya dapat digunakan saat malam hari

2. Atmosfer

Lapisan atmosfer terdiri atas berbagai macam gas seperti oksigen, nitrogen, karbon dioksida, hidrogen, dan helium. Molekul gas tersebut mampu menyerap dan memantulkan tenaga elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Namun spektrum tampak gelombang 0,4-0,7 mikron saja yang digunakan untuk pengindraan jauh.

3. Wahana

Wahana itu adalah alat untuk mendapatkan informasi dan untuk merekam, macamnya berupa pesawat terbang, satelit, atau balon udara. Wahana tersebut akan menghasilkan citra yang berbeda tergantung ketinggian dan ketelitian wahana dalam merekam objek. Misal, satelit dapat menghasilkan citra satelit karena ketinggiannya dipasang 900 km dari permukaan bumi.

4. Sensor

Sensor adalah alat perekam untuk mengetahui karakteristik objek tanpa melakukan kontak langsung dengan objek tersebut. Alat perekam ini menerima informasi dalam bentuk sinar, gelombang bunyi, dan daya elektromagnetik. Ada dua macam sensor. Pertama sensor fotografik yang digunakan adalah kamera. Kedua, sensor elektrik, dalam perekaman objek menggunakan sensor elektrik (scanner) dengan detektor pita magnetik.

5. Perolehan data

Dengan cara manual lalu intepretasi berupa visual. Ada cara numerik yang menggunakan pengolahan komputer.

6. Pengguna data

Pengguna data digunakan dalam berbagai bidang misal kemiliteran, pemetaan sumber daya alam, meteorologi dan geofisika, dan lainnya.

7. Objek

Objek bisa yang ada di permukaan bumi dan dalam bumi.

Manfaat Pengindraan Jauh

Pengindraan jauh merupakan cara efektif dalam memetakan suatu objek baik itu ruang angkasa, atmosfer, litosfer, hidrosfer, biosfer dan objek tampak lainnya. Seiring berkembangnya teknologi, pengindraan jauh tidak hanya digunakan di bidang militer namun sudah meluas. Bidang-bidang seperti meteorologi, industri migas, pemetaan hutan, arkeologi, geologi, dan lain-lain memanfaatkan pengindraan jauh ini. Misal, untuk memantau daerah aliran sungai dan konservasi lahan di hutan

Citra Pengindraan Jauh

gis1
sumber: www.physicalgeography.net

Citra adalah gambaran tamPak dari suatu objek di muka bumi sebagai hasil perekaman dari suatu alat perekam (sensor). Secara umum, citra dapat dibedakan menjadi dua yaitu citra foto (photographic image) dan citra nonfoto (nonphotographic image), penjelasannya sebagai berikut:

Citra foto

Citra foto adalah gambar yang dihasilkan dengan sensor kamera. Foto dapat dibedakan atas beberapa klasifikasi sebagai berikut:

  • Spektrum elektromagnetik, merupakan ragam gelombang yang digolongkan berdasarkan rentang frekuensi. Macamnya antara lain, foto pankromatik, foto ortokromatik, foto ultraviolet, foto inframerah asli, dan foto infamerah modifikasi.
  • Sumbu kamera. Berdasarkan sumbu kamera, citra foto dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu foto vertical (tegak) dan foto condong/miring.
  • Sudut lipat kamera. Berdasarkan sudut lipatnya, citra foto dibedakan atas foto sudut kecil, normal. Lebar, dan sangat lebar.
  • Jenis kamera. Berdasarkan jenis kameranya ada foto tunggal dan foto jamak.
  • Berdasarkan warna, dibedakan atas foto berwarna semu dan foto warna asli.
  • Berdasarkan wahana yang digunakan, citra foto dapat dibedakan menjadi dua. Foto udara yang dibuat dari pesawat dan balon udara serta foto satelit yang dibuat dari satelit.

Citra digital

Citra digital dihasilkan oleh sensor bukan kamera. Klasifikasi citra digital antara lain:

  • Berdasarkan spektrum eletromagnetik yang digunakan dibedakan atas dua jenis, yaitu citra inframerah thermal dan citra radar
  • Berdasarkan sensor yang digunakan, dibedakan menjadi dua yaitu citra tunggal dan citra multispectral (citra RBV dan citra MSS).
  • Berdasarkan wahana yang digunakan dibagi menjadi dua yaitu, citra dirgantara dan citra satelit. Citra satelit dibedakan lagi menjadi citra satelit untuk pengindraan planet, untuk pengindraan cuaca, citra pengindraan sumber daya bumi, dan untuk pengindraan laut.

Baca juga: Pengetahuan Dasar Pemetaan

Interpretasi Citra Pengindraan Jauh

citra
Citra Persebaran Gunung Api aktif dan Gempa Bumi (sumber: www.physicalgeography.net)

Interpretasi citra visual

  1. Rona dan warna (tone and color)

Rona adalah tingkat gelap dan cerah objek pada citra. Karakteristik objek yang memengaruhi rona antara lain permukaan kasar, warna objek gelap, basah, lembab akan menimbulkan rona hitam.

2. Bentuk

Bentuk konfigurasi kerangka gambar mudah dikenali, missal memanjang, persegi, atau melingkar. Gedung sekolah biasanya memiliki bentuk huruf L, U, I, atau segi empat panjang.

3. Ukuran

Ukuran adalah ciri objek berupa jarak, luas, lereng, dan volume. Misal, ukuran rumah pemukiman biasanya lebih kecil dibandingkan dengan kantor atau pabrik.

4. Tekstur

Tekstur merupakan perubahan rona pada citra yang dinyatakan dengan kasar, sedang, dan halus. Misal, hutan bertekstur kasar, semak belukar bertekstur sedang, permukaan air yang tenang bertekstur halus, dan tanaman padi bertekstur halus.

5. Pola

Pola adalah susunan keruangan yang dapat menandai bahwa suau objek merupakan bentukan manusia atau alamiah. Contoh: pola sungai yang difoto dari satelit.

6. Bayangan

Bayangan dapat digunakan untuk objek yang memiliki ketinggian, seperti objek bangunan, patahan, dan menara.

7. Situs

Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misalnya, pemukiman pada umumnya memanjang pada pinggir pantai atau sepanjang jalan.

8. Asosiasi

Asosiasi ini menunjukkan keterkaitan objek satu dengan objek yang lain. Misal, stasiun ketera api berasosiasi dengn rel kereta yang bercabang.

9. Konvergensi Bukti

Teknik ini menggabungkan unsur interpretasi untuk menemukan objeknya.

Interpretasi Citra Digital

Interpretasi citra digital merupakan proses penginputan dari analisis citra digital kemudian digabungkan dengan peta dan dilakukan analisis serta dicetak hasilnya.

Sistem informasi Geografis (SIG)

gis_system
sumber: www.hccs.edu

Definisi

Sistem informasi geografis (SIG) merupakan suatu sistem berbasis komputer, yang digunakan untuk memasukkan, mengelola, menyimpan, memanggil, dan menampilkan informasi berdasarkan pada orientasi ruang. Berikut adalah pengertian SIG dari berbagai ahli:

  • Rice, sistem informasi geografis merupakan sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan data, mengelola, menyimpan, menganalisis, dan menampilkan data berhubungan dengan posisi di permukaan bumi.
  • Chrisman, sistem informasi geografis adalah sistem yang terdiri atas perangkat keras, lunak, data, manusia, organisasi, dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan data, menyimpan, menganalisis, menyebarkan informasi tentang daerah di permukaan bumi.

Subsistem SIG

  1. Masukan data (input)

Berfungsi untuk mengumpulkan dan memproses data spasial geografi yang dapat mendukung topik geografi yang akan diinformasikan. Contoh: foto udara, citra satelit, hasil survey, data sensus, dll.

2. Pengolahan Data

Subsistem ini berfungsi untuk mengorganisasi data ke dalam basis data (bank data) sehingga mudah untuk dipanggil kembali, edit, dan diperbaharui.

3. Keluaran (output)

Data yang sudah dianalisis menggunakan SIG akan menyajikan hasil akhir. Hasil akhir tersebut dapat berupa peta cetakan, rekaman, tabl, grafik, laporan, dan informasi digital lainnya. Misalnya, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan pengelolaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan publik.

Keunggulan Sistem Informasi Geografis

Sistem komputer merupakan salah satu perangkat yang berfungsi sebagai alat bantu dalam pengoperasian sistem informasi geografis. Penyajian data geosfer dengan menggunakan sistem komputer akan lebih cepat, tepat, dan akurat. Sementara penyajian data geosfer dengan manual memerlukan waktu yang relatif lama. Berikut keunggulan sistem informasi geografis menggunakan komputer:

  • Mudah dalam mengolah dan analisis data. Seperti mengubah, menambah, menghapus tanpa mengganggu data yang lain.
  • Pengumpulan data serta penyimpanan tidak memerlukan ruang yang besar, misal disket, compact disk, flash disk, atau memori eksternal.
  • Data dapat dengan mudah diulang dan dilihat jika sewaktu-waktu diperlukan.
  • Data mudah diubah dan direvisi dengan cepat sewaktu-waktu ada perubahan.
  • Data mudah diakses, dibawa, dikirim, dan dipindahkan dengan cepat tanpa melihat ruang dan waktu.
  • Biaya relatif lebih murah dibandingkan survei lapangan
  • Data spasial dan nonspasial dapat dikelola bersama
  • Data yang sulit dilaksanakan secara manual dapat ditampilkan dalam format tiga dimensi atau variasi warna.

Selain memiliki keunggulan, sistem informasi geografis juga memiliki kelemahan, antara lain:

  • Sumber daya manusia harus menguasai teknologi komputer
  • Jika terjadi kerusakan pada software pengolahan data akan mengakibatkan hilangnya data yang belum sempat tersimpan
  • Peralatan yang dibutuhkan relatif mahal
  • Hampir semua data diolah menggunakan komputer
  • Data spasial tidak dapat di-update secara langsung melalui web lain melainkan harus melalui proses digitasi dan impor ke database

Manfaat Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi dasar bagi para pembuat keputusan yang berhubungan dengan perencanaan tata ruang suatu wilayah. Berikut manfaat SiG dalam membantu analisis suatu wilayah:

  1. Perencanaan wilayah dan kota

Kemampuan SIG untuk bidang perencanaan ruang seperi tata ruang wilayah, perencanaan wilayah industri, pasar, pemukiman, penataan sistem, dan status pertahanan.

2. Pengawasan daerah bencana

Kemampuan SIG untuk pengawasan daerah bencana alam misalnya, memantau luas wilayah bencana alam dan pencegahan terjadi bencana alam pada masa mendatang.

3. Inventaris sumber daya alam

Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam yang tersebar di suatu wilayah. Misal, persebaran kawasan hutan yang masih baik dan rusak, persebaran barang tambang, dan lainnya.

4. Manajemen tata guna lahan

Tujuannya untuk melakukan zonafikasi lahan sesuai dengan karakteristik lahan yang ada.

Baca juga: Pengetahuan Dasar Geografi

Pemahaman Akhir

Pengindraan jauh, komponen-komponennya, citra pengindraan jauh, serta manfaatnya. Pengindraan jauh adalah ilmu dan teknik untuk memperoleh informasi tentang bumi dengan cara menganalisis data radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi. Komponen-komponen pengindraan jauh meliputi sumber tenaga, atmosfer, wahana, sensor, perolehan data, pengguna data, dan objek. Sistem ini dapat digunakan untuk memetakan objek di permukaan bumi dalam berbagai bidang, seperti meteorologi, industri migas, pemetaan hutan, arkeologi, geologi, dan lain-lain.

Selain itu, pembahasan juga melibatkan Sistem Informasi Geografis (SIG), yang merupakan sistem berbasis komputer untuk memasukkan, mengelola, menyimpan, memanggil, dan menampilkan informasi berdasarkan orientasi ruang. SIG memiliki subsistem masukan data, pengolahan data, dan keluaran (output). Keunggulan SIG termasuk kemudahan dalam mengolah dan menganalisis data, data dapat diakses dan diulang sewaktu-waktu, serta data dapat disimpan dalam media digital. Manfaat SIG mencakup perencanaan wilayah dan kota, pengawasan daerah bencana, inventaris sumber daya alam, dan manajemen tata guna lahan.

Pengindraan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) memiliki peran penting dalam memahami dan memanfaatkan informasi tentang bumi, serta membantu dalam pengambilan keputusan dan perencanaan yang berhubungan dengan wilayah dan lingkungan sekitar. Dengan teknologi yang terus berkembang, penggunaan pengindraan jauh dan SIG semakin luas dan bermanfaat dalam berbagai bidang kehidupan manusia.

Dari penjelasan di atas, banyak informasi baru yang bisa kamu peroleh terutama informasi tentang pengindraan jauh dan sistem informasi geografis. Semoga penjelasan tersebut bisa menambah wawasan dan pengetahuan kamu.


Sumber:

Budiyanto, E. (2002). Sistem Informasi Geografis Menggunakan ARC VIEW GIS. Yogyakarta : Andi

Offset.Gatot Harmanto. (2016). Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Bandung: Penerbit Yrama Widya.

Prahasta, E. (2002). Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar. Bandung : Informatika.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Anava

Seseorang yang menyukai pengetahuan dengan moto hidup ingin bertumbuh bersama lingkungan sekitar. Dia sekarang seorang pendidik, pengajar, dan pembelajar yang sudah lebih dari 8 tahun di bidang pendidikan. Mata Pelajaran Geografi dan Biologi sedang selami saat ini.

Komentar

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *